Assalamualaikum warahmatullahi..wabarakatuh!!
Alhamdulillah! Akhirnya saya dapat menulis kembali di blog ini, actually kmarin2 udah sempat nulis, cuma karena khilaf password-nya apa ya? [hahaha...koq bisa? Ya..bgitulah!] jadilah saya malas menulis untuk bertahun2 lamanya [hiperbola sedikit!]. Lalu, kmarin setelah mengikuti kuliah Perkembangan Teknologi Komunikasi dengan Pak Budi Putra, saya kembali bergiat diri untuk menulis.
Kata Fatima Mernissi, menulis itu dapat membuat kulit kita bercahaya dan sangat menyehatkan. Mau tahu buktinya? Saya menulis setiap hari [alhamdulillah!] di buku harian. Ketika saya merasa patah semangat dan penyakit 3L [lelah, letih, lesu] menyerang, saya selalu membuka dan membaca kembali setiap peristiwa yang saya lalui pada diary.. And what happen? Saya merasa menemukan diri saya kembali. Kalian juga dapat mencobanya loh! Dalam kuliah kemarin, saya menemukan betapa cepatnya perkembangan teknologi yang terjadi kini dan hal itu berhubungan dengan komunikasi. Yup! The basic instint of human. Jadi, sebagai seorang mahasiswa saya merasa harus berbuat sesuatu, mungkin sedikit tulisan bisa membantu. Tulisan-tulisan yang ada di blog ini tidak sepenuhnya tulisan saya, sebagian mengutip, sebagian bikinan pribadi. Selamat menikmati!
Tulisan ini adalah salah satu favorit saya. Dibuat oleh Jalaluddin Rakhmat, rangkaian kalimat di bawah ini saya kutip dari Main-Main dengan Teks-nya Hernowo. Sekedar informasi, Hernowo adalah seorang penulis yang berfokus pada program baca dan tulis. Buku-bukunya yang diterbitkan antara lain Quantum Writing, Quantum Reading, Mengikat Makna, dll. Sementara Jalaluddin [akrab disapa Kang Jalal] adalah calon dosen saya di Fikom Unpad [yah..sebelum saya pindah dari sana] yang mengetengahkan isu psikologi komunikasi. Bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi adalah a must have book-nya para komunikator di seluruh Indonesia.
Al-Hikmah
Plato, dalam karyanya Republic, berkata bahwa kearifan adalah pengetahuan tentang keseluruhan.
Aristoteles, murid Plato, membagi kearifan menjadi dua yakni kearifan spekulatif dan kearifan praktis. Kearifan spekulatif disebut Sophia, kearifanpraktis disebut Phronesis. Ketika platonisme masuk ke dunia Islam, kaum Muslim menerjemahkan kedua istilah kearifan tersebut ke dalam bahasa Arab, yakni Al-Hikmah.
Sebenarnya, kata Al-Hikmah bukan ciptaan para filosof. Kata ini terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dalam Al-Qur’an, Al-Hikmah disebut sebanyak 20 kali. Al-Hikmah sering dirangkaikan dengan Al-Kitab sebagai pengetahuan yang dibawa para nabi. Al-Hikmah kadang digabungkan dengan kekuasaan sebagai kualifikasi seorang pemimpin atau disebutkan ketika Allah menjelaskan hukum-hukumnya dan prinsip normatif yang mengatur kehidupan manusia.
Dalam Al-Hadits, Al-Hikmah diartikan sebagai cahaya hati, barang hilang yang harus dicari oleh orang mukmin dimanapun adanya, pengetahuan mendalam tentang agama, pengetahuan tentang diri, kesucian batin, ketinggian akhlak, dan pelembut hati.
Ahli hikmah dan ahli perang, Rasulullah SAW bersabda:“Ambillah Al-Hikmah dan jangan engkau hiraukan dari tempat mana ia keluar”
Ali bin Abi Thalib berkata:
“Seandainya Al-Hikmah berada dalam gunung, akan aku guncangkan gunung itu”
Apa kalian sudah menemukan hikmah? Kalau sudah, kalian boleh berbagi di blog ini!
Ps: Blog ini dinamai iftirar yang berarti tersenyum, semoga blog ini selalu memberi senyuman kepada siapapun...amin!