Monday, June 9, 2008

Monogami, Sulitkah?

Orang-orang yang sulit melakukan monogami membenarkan tindakan mereka dengan berpaling pada dunia hewan. Mereka mengelak dengan mengatakan, “memiliki sifat monogami bukanlah sesuatu yang alami, hewan tidak bersifat monogami.” Untuk menanggapi argumen ‘hewan tidak bermonogami’, Dr. Marianne J. Legato mengatakan bahwa monogami pada hewan dirancang untuk memberi hewan betina perlindungan selama masa rentannya, yakni saat anaknya tumbuh. Dalam banyak kasus, hewan jantan menunggui hewan betina selama proses itu berlangsung. Hanya saja, anak hewan tumbuh mandiri secara jauh lebih cepat daripada anak manusia, kadang hanya dalam hitungan minggu.

Tapi, tidak benar semua hewan menghindari monogami. Kenyataannya, kira-kira 5 persen (apakah laki-laki di bumi juga sekecil ini jumlahnya?:<) dari semua mamalia menunjukkan perilaku sepasang orangtua monogami. Salah satunya, yang menjadi subjek adalah makhluk yang disebut vole padang rumput. (Kalau hewan ini dan perilakunya terdengar menaik bagi kita, kita juga harus tahu bahwa vole adalah makhluk pengerat yang terlihat seperti tikus). Vole padang rumput umumnya bersifat monogami. Hewan ini membentuk ikatan pasangan yang bertahan lama, bahkan selama periode tidak subur, dan hidup dalam liang secara bersama-sama. Begitu terikat, vole padang rumput jantan menjaga pasangan betinanya dengan agresif. Vole jantan juga berperan serta aktif dalam membesarkan anak, memeluk, dan merawatnya berdampingan dengan sang betina. Mungkin karena hal ini, ikatan antara orangtua dan anak sangatlah kuat. Anak tinggal di sarang selama suatu periode waktu setelah disapih dan menunjukkan kesedihan besar saat dipisahkan dari orangtuanya. Saat pasangannya mati, vole yang ditinggalkan seringkali tetap melajang alih-alih mencari pasangan lagi. Apa yang menjadikan vole padang rumput suami yang sempurna? Neuroendokrinolog Sue Carter (dan yang lain) mengaitkan perilakunya dengan kombinasi hormon yang dilepaskan ke aliran darah—berbeda bagi jantan dan betina. Otak vole jantan melepaskan hormon yang disebut vasopresin, yang diambil di area otak yang dikaitkan dengan rasa senang dan penerimaan. Pelepasan unsur kimiawi ini terhubung dengan aroma vole padang rumput betina tertentu yang sedang dikencani oleh si jantan sehingga ia mendapatkan kesan yang sama setiap kali ia membaui sang betina. Itulah yang menjadikannya setia. Baginya, aroma pasangannya terasa menyenangkan dan tidak seperti aroma orang lain. Seperti oksitosin, pelepasan vasopresin mungkin terpicu selama hubungan seks. Para peneliti mengetahui hal ini karena vole padang rumput jantan mengubah perilaku setelah berpasangan. Misalnya, hewan ini bertindak sangat agresif terhadap hewan jantan lain setelah berpasangan dengan pasangannya, sementara vole padang rumput jantan lajang tidak begitu. Jadi, vasopresin mengaktifkan pengubah yang berlaku pada keseluruhan perilakunya, dan salah satunya adalah perilaku monogami. Vole padang rumput sendiri sudah menarik, tetapi bahkan menjadi lebih menarik saat dibandingkan dengan spesies yang merupakan kerabat dekatnya, vole pegunungan. Vole pegunungan adalah hewan pengerat yang secara genetis serupa dengan vole padang rumput, tetapi dengan sedikit perbedaan pada otak—dan sebagai akibatnya memiliki pola menjalin hubungan yang sangat berbeda. Vole pegunungan jantan adalah playboy yang tidak bertanggung jawab, melakukan banyak hubungan seks dengan liar, antisosial, dan hampir tidak memainkan peran dalam membesarkan anak. Di mana bedanya? Vole padang rumput memiliki banyak reseptor untuk vasopresin, sementara vole pegunungan memiliki jauh lebih sedikit reseptor dan tidak memiliki asosiasi positif yang sama dengan kaum betina yang berpasangan dengannya, jadi ia tidak tidur di mana-mana. Memberikan vasopresin secara langsung tidak memberikan hasil. Kuncinya ada pada cara kerja otak dikondisikan, bukan pada semata berlimpahnya unsur kimiawi. Terobosan itu ditemukan saat Larry Young, Ph.D., guru besar di Emory University, menempatkan gen reseptor padang rumput dan wilayah yang diaturnya pada vole pegunungan. Begitu vole pegunungan memiliki baik unsur kimiawi mupun reseptor untuk menangkap unsur kimia itu, Dr.Young melihat perbedaan dramatis dalam perilakunya. Tiba-tiba, seperti sepupu mereka yang monogami, vole pegunungan menjadi jantan pencinta keluarga. Jadi, jika seseorang mengutip kerajaan hewan yang melakukan banyak hubungan seks untuk mendukung tindakan tidak bertanggung jawabnya, kita bisa membalasnya dengan menyebutkan vole padang rumput yang setia.


Di bawah ini, ada puisi yang ditulis Yunainen F. Damanik, istri dari Bismar Siregar, mantan hakim agung Republik Indonesia. Mereka sudah menjalani pernikahan selama lebih dari 50 tahu. Yup! Separuh abad, nggak nyangka kan?

Seoul, 15 September 2002

Amang...
My husband
You are my forever love

You're friendship and love
And all of the wonderful things
That they bring to my life,
Are like nothing else i've ever known
My heart is complete with the love we share,
And our love grows more beautiful each day...

As long as i have you, my husband,
I have everything i need
Moments of success may come and go,
But you are with me always...in a smile,
A touch, a memory, a feeling or a moment we share

Friends enter our lives, sometimes only for a short time,
But the friendship we share is deep and secure
Even if everyone else suddenly left me
I know that i'd still have you as my best friend

We pass through different phases of life
With all their channges and challenges,
And one day turns into another
But through it all, our love is constant

You lend me strength when i need it most,
And give me a precious gift each day
By loving me just the way i am

I don't know how you do it
But in your own special way
you fill my life and heart with a wondrous joy
That will always be present
You make my life complete, and i love you

-Inang-


Bisa nggak ya pernikahanku nanti bertahan seperti vole (padang rumput not pegunungan) atau Pak Bismar ini?

ps. Dikutip dari "Why Men Never Remember and Women Never Forget" oleh Dr. Marianne J. Legato

No comments: