Dulu, saat masih kelas 3 SMA, saya mendapatkan nasihat yang ditulis kakak BTA..
"Hargailah setiap titik kejadian karena di dalamnya ada suka, duka, cinta, benci, dan lain-lain.."
Dan sekarang semua hal di SUMA menjadi berharga. Tiga tahun bukan waktu yang singkat untuk terus bertahan di organisasi. Di FSI hanya setahun, dakwah kampus... lumayan sih.. Tapi, saya lebih dulu berkecimpung sama SUMA.
Ketika SMA ada MPK, bahkan sampai sekarang masih ikut dengan acara-acaranya, lima tahun lebih saya jalani. Tapi rasanya sungguh beda.. Mungkin organisasi yang ingin kita masuki karena keinginan yang besar lebih bernilai dibanding yang dijerumuskan ya?
Napak tilas di SUMA sedikit..
Ketika tahu di UI ada pers kampus, saya langsung memutuskan untuk gabung sama SUMA. Bahkan, saya tanya sama admin milisnya kapan SUMA buka pendaftaran. Ketika itu, sedang sibuk-sibuknya Prasar. Tapi, saya nggak mau impian saya lepas begitu saja. Jadilah, saya mendaftar meski Prasar menggila. Setelah tes, saya pasrah. Iqbal (pewawancara saya ketika itu) bilang kalau nilai tes saya paling kecil, nilai tugasnya sih lumayan. Terus, ketika ditanya bisa nginep apa nggak? Saya bilang nggak. Bisa pulang paling malam jam berapa? Saya bilang jam 8. Hanya saya yang jawabannya kayak gitu di antara para pendaftar. Pasrah deh!
Habis itu, saya sholat istikhoroh. Saya bilang sama Allah, "Kalau SUMA memang baik untuk kehidupan saya, agama saya, maka berikanlah ia untuk saya, tapi bila tidak, gantilah saya dengan yang lebih baik dari itu."
Sms pada tanggal 2 Desember 2005 pukul 1:27 pagi membuat saya merasa lega.
"PO OR SUMA:SELAMAT! Km tlh lolos dlm sleksi anggt br SUMA UI XV.WJB dtg pd plthn jrnlalistik @ aula styaningrum pusgiwa,sbt&mgu 10&11 des jm9 TEPAT-15.30.Trmksh"
Alhamdulillah, saya diterima (makasih buat panitia yang sudah percaya sama kemampuan saya). Dan masih berlanjut hari ini, hingga jadi alumni.
Senang rasanya bisa melepaskan amanah dengan baik. Tapi, sedih bila membayangkan Pusgiwa dan teman-teman SUMA yang aneh namun menyenangkan. Di SUMA, saya belajar me-manage media dengan baik. Menulis ala jurnalistik dan membangun opini publik. Pelajaran penting untuk mimpi dan cita-cita saya nantinya.
Buat saya, SUMA itu seperti pelangi, warna-warnanya selalu menyisakan ruang di hati.
Semoga kita semua dapat meraih impian kita masing-masing..
kau teramat berarti
istimewa di hati
selamanya rasa ini
bila tua nanti, kita tlah hidup masing-masing
ingatlah hari ini...
(Project Pop)
ps. Kalau saya punya anak, salah satunya akan saya kasih nama Suara Mahasiswa (tentunya dengan versi keren!), dan yang lain adalah.. Embun dan Yellow Spot (bahkan, nama kerennya sudah saya pikirkan..hoho).
No comments:
Post a Comment