Tuesday, September 23, 2008

Menunggu Lailatul Qadr

karya: Halfino Berry

Pada langit malam itu ada lengkung wahyu
Yang menunggu waktu,
Ada cahaya dari bintang-bintang ufuk
Yang denyarkan hangatnya rindu

Pada malam itu ada angin lembut
Yang tak henti menasbihkan ayat-ayat dalam desaunya
Dan sebagian tersangkutlah di pucuk pohon-pohon,
Lalu
Mengurai bersama embun pagi

Pada malam itu ada gegumam gerai-gerai rerumputan
Mempercakapkan kedatanganmu
Ada kuncup ang merekah pelan-pelan
Tak sabar untuk segera menampung isyarat pertamamu

Pada ufuk segumpal awan tiba-tiba merona,
Dan segenap alam pun terdiam terpesona

*Mari gapai lailatul qadr dengan penuh semangat...

Saturday, September 20, 2008

Untukmu 1000 kalinya

Novel yang mengharukan, mencekam, dan eksotik...

Dilatarbelakangi suasana kisruh di Afghanistan, The Kite Runner berhasil membawa pembaca menitikkan air mata untuk kondisi sosial disana.. well, kita tahu bahwa most of pepole in Afghanistan are moslems. But, in fact, ( hmm.. kadang soleh individu tidak berbanding lurus sama soleh sosial, coba baca Robohnya Surau Kami dari AA.Navis). In Afghanistan, kaum muslim saling bertengkar hanya karena ia berasal dari suku Pashtun atau Hazara (yah…mirip-mirip konflik etnis Madura-Dayak yang mengerikan itu). Memang, sebagai sesama muslim kita wajib mengingatkan bila ada yang menyimpang dari koridor yang digariskan. Tapi, saya rasa perdamaian lebih baik daripada peperangan. Banyak darah tumpah, air mata menetes, dan raungan kesedihan di mana-mana.

Actually, novel ini, sesuai judulnya, menceritakan perjalanan kehidupan dua orang anak kecil yang memuat intrik dan konflik di dalamnya. Berbagai rentetan peristiwa terjadi. Kebohongan, kesakitan, pengkhianatan, penyesalan, hingga penebusan dosa.

Cerita dimulai dengan mengisahkan kehidupan Amir, seorang Pashtun yang hidup mewah bersama Baba, Ali, pelayannya, dan Hassan, seorang Hazara. Ali dan Hassan bagaikan sahabat meski dalam strata berbeda. Suatu hari, saat musim salju dimulai, pertandingan akbar layang-layang digelar. Ada satu tradisi, ketika layang-layang jatuh terlibas oleh layang-layang lain, orang-orang berhamburan mengejar layang-layang yang jatuh tersebut. Barangsiapa berhasil mendapatkan layang-layang putus ini, ia serasa mendapatkan piala dari sang raja.

Hassan adalah pengejar layang-layang terbaik di distrik Wazir Akbar Khan, daerah di Kabul tempat Amir, Baba, Ali, dan Hassan tinggal. Ketika layang-layang Amir berhasil menjadi pemenang dengan memutuskan benda berkerangka empat yang berwarna biru itu, Hassan bersiap. Ia kemudian mengejar layang-layang tersebut untuk tuan yang dianggap sahabat terbaiknya, Amir. Hassan pun berhasil mendapatkan layang-layang berkat kemampuannya mengetahui letak mata angin.

Namun, sesaat setelah mendapatkan layang-layang, bencana dimulai. Pengkhianatan atas pengabdian terjadi. Kekejaman ras arya bangkit. Mimpi buruk yang kemudian dipendam selama bertahun-tahun, bahkan hingga melintasi benua. Amir insyaf, jalan menuju kebaikan adalah dengan menghadapinya, bukan menghindar atau lari darinya.

Novel ini sungguh menyedihkan. Saya sampai menangis dibuatnya. Kabarnya, filmnya telah beredar. Mungkin, akan saya tonton pula. Lagi-lagi tokoh favorit saya di novel ini berakhir dengan kematian. Kenapa setiap tokoh favorit saya dalam cerita selalu berakhir di tengah tragisnya kehidupan? Dumbledore, tokoh kesayangan saya di Harry Potter harus tewas oleh Avada Kedavra. Corrie du Busse, tokoh di Salah Asuhan juga meninggal lebih dulu.

Back to topic, satu hal yang menarik dari novel ini adalah jalan menuju kebaikan berasal dari hati nurani. Sumber kekuatan nurani adalah wahyu Illahi. Karenanya, nurani manusia yang beraroma bumi harus disiram dengan nurani langit. Fikroh adalah sesuatu yang menggerakkan orang pada perilaku. Oleh sebab itu, ketika kita memiliki masalah—baik itu ketumpulan hati, kelelahan jiwa, atau kegersangan pikiran—ia berasal dari kedangkalan ibadahnya pada Allah.

Ketika relung-relung hati telah diisi dengan ibadah yang baik, apapun kondisinya, pengaruhnya akan tercermin pada caranya menyikapi kehidupannya.

Yuk, menjernihkan hati! Untukmu, hati, keseribu kalinya! :D

Ps. Novel The Kite Runner sarat dengan bahasa Persia, buat yang sedang belajar bahasa Parsi, novel ini layak dibaca

Ps2. Saya rasa dosa terbesar bukanlah mencuri, melainkan musyrik: menyekutukan Allah.
Mencuri adalah menyekutukan Allah terhadap harta
Berzina adalah menyekutukan Allah terhadap nafsu semata
Berbohong adalah menyekutukan Allah dengan merasa bahwa Allah tidak melihatnya
Well, dosa tertinggi adalah bila mengakui adanya Ilah selain Allah…

Ps3. Untukmu, keseribu kalinya, saya sarankan untuk membaca novel ini!

Friday, September 12, 2008

Speech of Hajj Wada

Hari itu Hari Tarwiyah 10 H. Saat itu Rasulullah SAW pergi ke Mina dan melaksanakan shalat zuhur, ashar, maghrib, isya, dan subuh di sana. Seusai menanti beberapa saat hingga matahari terbit, beliau lantas melanjutkan perjalanan hingga tiba di Arafah. Tenda-tenda waktu itu telah didirikan di sana. Beliau pun masuk tenda yang disiapkan bagi beliau.

Setelah matahari tergelincir, Rasulullah SAW meminta agar Al-Qashwa', unta beliau, didatangkan. Beliau kemudian menungganginya hingga tiba di tengah Padang Arafah. Di sana telah berkumpul sekitar 124.000 atau 144.000 kaum Muslim. Beliau kemudian berdiri di hadapan mereka menyampaikan khutbah haji terakhir beliau yang lebih dikenal dengan sebutan haji wada':

Wahai manusia! Dengarkanlah nasihatku baik-baik, karena barangkali aku tidak dapat lagi bertemu muka dengan kamu semua di tempat ini. Tahukah kamu semua, hari apakah ini? (Beliau menjawab sendiri) Inilah Hari Nahr, hari kurban yang suci.Tahukah kamu bulan apakah ini? Inilah bulan suci. Tahukah kalian tempat apakah ini? Inilah kota yang suci. Karena itu, aku permaklumkan kepada kalian semua bahwa darah dan nyawa kalian, harta benda kalian dan kehormatan yang satu terhadap yang lainnya haram atas kalian sampai kalian bertemu dengan Tuhanmu kelak. Semua harus kalian sucikan sebagaimana sucinya hari ini, sebagaimana sucinya bulan ini, dan sebagaimana sucinya kota ini. Hendaklah berita ini disampaikan kepada orang-orang yang tidak hadir di tempat ini oleh kamu sekalian!

Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!

Hari ini hendaklah dihapuskan segala macam bentuk riba. Barang siapa yang memegang amanah di tangannya, maka hendaklah is bayarkan kepada yang empunya. Dan, sesungguhnya riba jahiliah adalah batil. Dan awal riba yang pertama sekali kuberantas adalah riba yang dilakukan pamanku sendiri, Al-'Abbas bin'Abdul-Muththalib.

Hari ini haruslah dihapuskan semua bentuk pembalasan dendam pembunuhan jahiliah, dan penuntutan darah cara jahiliah. Yang pertama kali kuhapuskan adalah tuntutan darah 'Amir bin Al-Harits.

Wahai manusia! Hari ini setan telah putus asa untuk dapat disembah pada bumimu yang suci ini. Tetapi, ia bangga jika kamu dapat menaatinya walau dalam perkara yang kelihatannya kecil sekalipun. Karena itu, waspadalah kalian atasnya! Wahai manusia! Sesungguhnya zaman itu beredar sejak Allah menjadikan langit dan bumi.

Wahai manusia! Sesungguhnya bagi kaum wanita (istri kalian) itu ada hak-hak yang harus kalian penuhi, dan bagi kalian juga ada hak-hak yang harus dipenuhi istri itu. Yaitu, mereka tidak boleh sekali-kali membawa orang lain ke tempat tidur selain kalian sendiri, dan mereka tak boleh membawa orang lain yang tidak kalian sukai ke rumah kalian, kecuali setelah mendapat izin dari kalian terlebih dahulu. Karena itu, sekiranya kaum wanita itu melanggar ketentuan-ketentuan demikian, sesungguhnya Allah telah mengizinkan kalian untuk meninggalkan mereka, dan kalian boleh melecut ringan terhadap diri mereka yang berdosa itu. Tetapi, jika mereka berhenti dan tunduk kepada kalian, menjadi kewajiban kalianlah untuk memberi nafkah dan pakaian mereka dengan sebaik-baiknya. Ingatlah, kaum hawa adalah makhluk yang lemah di samping kalian. Mereka tidak berkuasa. Kalian telah membawa mereka dengan suatu amanah dari Tuhan dan kalian telah halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Karena itu, bertakwalah kepada Allah tentang urusan wanita dan terimalah wasiat ini untuk bergaul baik dengan mereka.

Wahai umatku! Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!

Wahai manusia! Sesungguhnya aku meninggalkan kepada kalian sesuatu, yang jika kalian memeganginya erat-erat, niscaya kalian tidak akan sesat selamanya. Yaitu: Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Wahai manusia! Dengarkanlah baik-baik apa yang kuucapkan kepada kalian, niscaya kalian bahagia untuk selamanya dalam hidupmu!

Wahai manusia! Kalian hendaklah mengerti bahwa orang-orang beriman itu bersaudara. Karena itu, bagi tiap-tiap pribadi di antara kalian terlarang keras mengambil harta saudaranya, kecuali dengan izin hati yang ikhlas.

Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah saksikanlah!

Janganlah kalian, setelah aku meninggal nanti, kembali kepada kekafiran, yang sebagian kalian mempermainkan senjata untuk menebas batang leher kawannya yang lain. Sebab, bukankah telah kutinggalkan untuk kalian pedoman yang benar, yang jika kalian mengambilnya sebagai pegangan dan lentera kehidupan kalian, tentu kalian tidak akan sesat, yakni Kitab Allah (AI¬Quran).

Wahai umatku! Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!

Wahai manusia! Sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, dan sesungguhnya kalian berasal dari satu bapak. Kalian semua dari Adam dan Adam terjadi dari tanah. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian semua di sisi Tuhan adalah orang yang paling bertakwa. Tidak sedikit pun ada kelebihan bangsa Arab dari yang bukan Arab, kecuali dengan takwa.

Wahai umatku! Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!

Karena itu, siapa saja yang hadir di antara kalian di tempat ini berkewajiban untuk menyampaikan wasiat ini kepada mereka yang tidak hadir!

Tak lama setelah Rasulullah Saw. menyampaikan khutbah tersebut, turunlah firman Allah, Pada hari ini telah Kusempurnakan bagi kalian agama kalian dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku dan Islam telah Kuridhai menjadi agama bagi kalian (QS AI-Ma'idah [5]: 3).

Mendengar firman Allah tersebut, 'Umar bin Al-Khaththab pun meneteskan air mata. Melihat hal itu, dia pun ditanya, "'Umar! Mengapa engkau menangis? Bukankah engkau ini jarang sekali menangis?"

"Karena aku tahu, selepas kesempurnaan hanya ada kekurangan," jawab Umar. Ia telah merasakan suasana perpisahan (wada') terakhir dengan Rasulullah SAW yang sangat dicintainya.

(Diceritakan kembali dari sebuah hadis yang dituturkan oleh Al-Bukhari dari 'Abdullah bin 'Umar dan sebuah kisah yang dituturkan oleh Ibnu Hisyam dalam Al-Sirah Al-Nabawiyyah dalam Teladan indah Rasullulah dalam ibadah, Ahmad Rofi 'Usmani)