Saturday, July 26, 2014

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 29

Bagaimana ucapan Idul Fitri yang sesuai sunnah?

Sehubungan dengan akan datangnya Idul Fitri, sering kita dengar ucapan:

“MOHON MAAF LAHIR & BATHIN ”.

Seolah-olah saat Idul Fitri hanya khusus untuk minta maaf.

Sungguh sebuah kekeliruan, karena Idul Fitri bukanlah waktu khusus untuk saling maaf memaafkan.

Memaafkan bisa kapan saja tidak terpaku di hari Idul Fitri.

Demikian Rasulullah saw mengajarkan kita.


Tidak ada satu ayat Qur'an ataupun hadits yang menunjukkan keharusan mengucapkan “Mohon Maaf Lahir dan Batin” di saat Idul Fitri.

Satu lagi, saat Idul Fitri, seringkali kita dengar orang mengucapkan:

"MINAL 'AIDIN WAL FAIZIN".

Arti dari ucapan tersebut adalah :
“Kita kembali dan meraih kemenangan”.
 

Kita mau kembali kemana?

Apa pada ketaatan atau kemaksiatan?

Meraih kemenangan.

Kemenangan apa?

Apakah kita menang melawan bulan Ramadhan sehingga kita bisa kembali berbuat keburukan?

Satu hal lagi yang mesti dipahami, setiap kali ada yang mengucapkan
“Minal ‘Aidin wal Faizin”

Lantas diikuti dengan kalimat
“Mohon Maaf Lahir dan Batin”.

Mungkin kita mengira artinya adalah kalimat selanjutnya.

Ini sungguh KEKELIRUAN yang luar biasa.

Coba saja sampaikan kalimat itu pada saudara-saudara seiman kita di Pakistan, Turki, Saudi Arabia atau negara-negara lain.

Dipastikan mereka akan bingung!


Dari sisi makna, kalimat ini keliru sehingga sudah sepantasnya kita hindari.

Ucapan yang lebih baik dan dicontohkan langsung oleh para sahabat ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ialah:

"TAQOBBALALLAHU MINNA WA MINKUM"
(Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian) -- dan dijawab dengan "TAQOBBAL YAA KARIM"

Jadi lebih baik, ucapan, sms, atau bbm kita ialah:

"Selamat Hari Raya Idul Fitri. Taqobbalallahu minna wa minkum "
(Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).


*tausiyah dari Mba Niar Alharaff

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 28

Salah satu bentuk kemunkaran saat Idul Fitri adalah memeriahkan Idul Fitri dengan petasan. Selain mengganggu kaum muslimin lain, petasan adalah suatu bentuk pemborosan. Pemborosan, kata Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas adalah menginfakkan sesuatu bukan pada jalan yang benar. Qotadah mengatakan bahwa yang namanya tabdzir (pemborosan) adalah mengeluarkan nafkah dalam berbuat maksiat pada Allah, pada jalan yang keliru dan pada jalan untuk berbuat kerusakan. Semoga kita dihindarkan dari hal-hal yang memboroskan. Wallahu a'lam.

Wednesday, July 23, 2014

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 27

jalan menuju kebaikan itu ada prosesnya | selama itu kebaikan, prosesnya pun indah | nikmati saja

menyayangimu pun perlu waktu, tak perlu ditanya caranya | karena semuanya sudah diawali "karena Allah"

pedih dan senang ada batasnya | bila belum siap jangan memaksa

ulurkan tanganmu saat terjatuh, aku takkan meninggalkan dirimu | berjalanlah kedepan, tenanglah, aku selalu menjaga dibelakangmu

jangan takut hilang arah, aku juga ada di depanmu menunjukkan jalan | jangan risau juga gelisah, aku disamping saat engkau perlukan

lisankanlah semua dengan cara yang engkau suka, sampaikan padaku | tentang lelahmu, tentang harimu, tentang dirimu, semua yang kau mau

suami itu pemimpin dan teladan | ia pelindung karenanya didepan

satu saat waktu akan terhenti, tak selamanya aku bisa menemani | kelak itu cepat lambat akan terjadi, aku tak mau termasuk yang lalai

mendidikmu itu amanah, yang diberikan dari Allah | diawali dengan nikah, diakhiri dengan indah

menikah itu memuliakan sunnah | maka sepantasnya untuk ibadah


-Ustadz Felix Siauw-

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 26

Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 25

Orang fakir yang paling layak dibantu ialah mereka yang disebutkan oleh Allah swt dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 273:

"(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang-orang kaya karena mereka memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui."

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, "Orang fakir ini bisa jadi karena ia tidak mampu bekerja, atau ia mampu namun ia harus meninggalkan suatu amalan yang lebih taat kepada Allah dari bekerja, maka melakukan amalan yang lebih taat kepada Allah disyariatkan baginya." [Majmu' Al-Fatawa, 10/427]

Tuesday, July 22, 2014

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 24

A woman is considered as a homemaker not a housewife because she is not married to the house

Sunday, July 20, 2014

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 23

"Kamu tidak perlu membuktikan apa-apa kepada perempuan. Buktikan saja bahwa kamu bergerak mendekati Allah, dengan begitu perempuan yang kamu cintai akan berlaku padamu layaknya seorang prajurit mencium tangan seorang rajanya untuk berani mati."

-Azzam, PPT 8-

Saturday, July 19, 2014

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 22

Bekerja, Maka Keajaiban (2)

Oleh : Salim A Fillah

Di lintas sejarah berikutnya, datanglah seorang lelaki pengemban da’wah untuk menjadi ‘ibrah. Dari Makkah, dia berhijrah ke Madinah. Tak sesuatupun dia bawa dari kekayaan melimpah yang pernah memudahkannya. Dia, ‘Abdurrahman ibn ‘Auf. Rasulullah saw yang tahu gaya hidupnya di Makkah mempersaudarakannya dengan seorang lelaki Anshar kaya raya. Sa’d ibn Ar Rabi’.

Kita hafal kemuliaan kedua orang ini. Yang satu menawarkan membagi rata segala miliknya yang memang berjumlah dua; rumah, kebun kurma, dan bahkan isterinya. Yang satu dengan bersahaja berkata, “Tidak saudaraku.. Tunjukkan saja jalan ke pasar!”

Dan kita tahu, dimulai dari semangat menjaga ‘izzah, tekadnya untuk mandiri, serta tugas suci menerjemahkan nilai Qurani di pasar Madinah, terbitlah keajaiban itu. ‘Abdurrahman ibn ‘Auf memang datang ke pasar dengan tangan kosong, tapi dadanya penuh iman, dan akalnya dipenuhi manhaj ekonomi Qurani. Dinar dan dirham yang beredar di depan matanya dia pikat dengan kejujuran, sifat amanah, kebersihan dari riba, timbangan yang pas, keadilan transaksi, transparansi, dan akad-akad yang tercatat rapi.

Sebulan kemudian dia telah menghadap Sang Nabi dengan baju baru, wangi oleh tebaran minyak khaluq yang membercak-bercak. “Ya Rasulullah, aku telah menikah!”, katanya dengan sesungging senyum. Ya, seorang wanita Anshar kini mendampinginya. Maharnya emas seberat biji kurma. Walimahnya dengan menyembelih domba. Satu hari, ketika 40.000 dinar emas dia letakkan di hadapan Sang Nabi, beliau bersabda, “Semoga Allah memberkahi yang kau infaqkan, juga yang kau simpan!”

Kita mengenangnya kini sebagai lelaki yang memasuki surga sambil merangkak.

Di mana titik mula keajaiban itu? Mungkin justru pada keberaniannya untuk menanggalkan segala kemudahan yang ditawarkan. Dalam pikiran kita, memulai usaha dengan seorang isteri, sebuah rumah tinggal, dan sepetak kebun kurma seharusnya lebih menjanjikan daripada pergi ke pasar dengan tangan kosong. Tetapi bagi ‘Abdurrahman ibn ‘Auf agaknya itu justru terlihat sebagai belenggu. Itu sebuah beban yang memberati langkahnya untuk menggapai kemuliaan yang lebih tinggi. Keajaiban itu datang dalam keterbatasan ikhtiar keras si tangan kosong. Bukan pada kelimpahan yang ditawarkan saudaranya.

Memulai dengan tangan kosong seperti ‘Abdurrahman ibn ‘Auf seharusnya menjadi penyemangat kita bahwa itu semua mudah. Mungkin dan bisa. Tetapi apakah kemudahan itu? Suatu hari dalam perjamuan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella, semua orang mencibir perjalanan Columbus menemukan dunia baru sebagai hal yang sebenarnya sangat mudah. Tinggal berlayar terus ke barat. Lalu ketemu.

Christopher Columbus tersenyum dari kursinya. Diambil dan ditimangnya sebutir telur rebus dari piring di depannya. “Tuan-tuan”, suaranya menggelegar memecah ricuh bebisikan. “Siapa di antara kalian yang mampu memberdirikan telur ini dengan tegak?”

“Christopher”, kata seorang tua di sana, “Itu adalah hal yang tidak mungkin!”

Semua mengangguk mengiyakan.

“Saya bisa”, kata Columbus. Dia menyeringai sejenak lalu memukulkan salah satu ujung telurnya sampai remuk. Lalu memberdirikannya.

“Oh.. Kalau begitu, kami juga bisa!”, kata seseorang. “Ya.. ya.. ya..”, seru yang lain. Dan senyum Columbus makin lebar. Katanya, “Itulah bedanya aku dan kalian Tuan-tuan! Aku memang hanya melakukan hal-hal yang mudah dalam kehidupan ini. Tetapi aku melakukannya di saat semua orang mengatakan bahwa hal mudah itu mustahil!”

Nah, para pengemban da’wah, bekerjalah. Maka keajaiban akan menyapa dari arah tak terduga. Mulailah. Karena dalam keberanian memulai itulah terletak kemudahannya. Bukan soal punya dan tak punya. Mampu atau tak mampu. Miskin atau kaya. Kita bekerja, karena bekerja adalah bentuk kesyukuran yang terindah. Seperti firmanNya;

"..Bekerjalah hai keluarga Daud, untuk bersyukur. Dan sedikit sekali di antara hamba-Ku yang pandai bersyukur." (QS Saba’: 13).


ps. Yang aku tahu Allah tak akan pernah menyia-nyiakanku :)

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 21

Bekerja, Maka Keajaiban

Oleh : Salim A Fillah
 
Iman itu terkadang menggelisahkan.

Atau setidaknya menghajatkan ketenangan yang mengguyuri hati dengan terkuaknya keajaiban. Mungkin itu yang dirasakan Ibrahim ketika dia meminta kepada Rabbnya untuk ditunjukkan bagaimana yang mati dihidupkan. Maka saat Rabbnya bertanya, “Belum yakinkah engkau akan kuasa-Ku?”, dia menjawab sepenuh hati, “Aku yakin. Hanya saja agar hati ini menjadi tenteram.”

Tetapi keajaiban itu tak serta merta datang di hadapannya. Meski Allah bisa saja menunjukkan kuasa-Nya dalam satu kata “Kun!”, kita tahu, bukan itu yang terjadi. Ibrahim harus bersipayah untuk menangkap lalu mencincang empat ekor burung. Lalu disusurnya jajaran bukit-bukit dengan lembah curam untuk meletakkan masing-masing cincangan. Baru dia bisa memanggilnya. Dan burung-burung itu mendatanginya segera.

Di sinilah rupanya keajaiban itu. Setelah kerja yang menguras tenaga.

Tetapi apakah selalu kerja-kerja kita yang akan ditaburi keajaiban?

Hajar dan bayinya telah ditinggalkan oleh Ibrahim di lembah itu. Sunyi kini menyergap kegersangan yang membakar. Yang ada hanya pasir dan cadas yang membara. Tak ada pepohonan tempat bernaung. Tak terlihat air untuk menyambung hidup. Tak tampak insan untuk berbagi kesah. Kecuali bayi itu. Isma’il. Dia kini mulai menangis begitu keras karena lapar dan kehausan.

Maka Hajar pun berlari, mencoba mengais jejak air untuk menjawab tangis putera semata wayangnya. Ada dua bukit di sana. Dan dari ujung ke ujung coba ditelisiknya dengan seksama. Tak ada. Sama sekali tak ada tanda. Tapi dia terus mencari. Berlari. Bolak-balik tujuh kali. Mungkin dia tahu, tak pernah ada air di situ. Mungkin dia hanya ingin menunjukkan kesungguhannya pada Allah. Sebagaimana telah ia yakinkan sang suami, “Jika ini perintah Allah, Dia takkan pernah menyia-nyiakan kami!”

Maka kejaiban itu memancar. Zam zam! Bukan. Bukan dari jalan yang dia susuri atau jejak-jejak yang dia torehkan di antara Shafa dan Marwa. Air itu muncul justru dari kaki Isma’il yang bayi. Yang menangis. Yang haus. Yang menjejak-jejak. Dan Hajar pun takjub. Begitulah keajaiban datang. Terkadang tak terletak dalam ikhtiar-ikhtiar kita.

Mari belajar pada Hajar bahwa makna kerja keras itu adalah menunjukkan kesungguhan kita kepada Allah. Mari bekerja keras seperti Hajar dengan gigih, dengan yakin. Bahwa Dia tak pernah menyia-nyiakan iman dan amal kita. Lalu biarkan keajaiban itu datang dari jalan yang tak kita sangka atas kehendak-Nya yang Maha Kuasa. Dan biarkan keajaiban itu menenangkan hati ini dari arah manapun Dia kehendaki.

Bekerja saja. Maka keajaiban akan menyapa dari arah tak terduga.

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 20

Ka'ab bin Ujrah ra berkata, Rasulullah saw bersabda,

 "Mendekatlah kalian ke mimbar!"

Lalu kami pun mendekati mimbar itu. Ketika Rasulullah saw menaiki tangga mimbar yang pertama, beliau berkata, "Amin."

Ketika beliau menaiki tangga yang kedua, beliau pun berkata, "Amin."

Ketika beliau menaiki tangga yang ketiga, beliau pun berkata, "Amin."

Setelah Rasulullah saw turun dari mimbar, kami pun berkata,

"Ya Rasulullah, sungguh kami telah mendengar dari engkau pada hari ini, sesuatu yang belum pernah kami dengar sebelumnya."

Rasulullah saw bersabda, "Ketika aku menaiki tangga pertama, Jibril muncul di hadapanku dan berkata,

"Celakalah orang yang mendapati bulan Ramadhan yang penuh berkah, tetapi tidak memperoleh ampunan." Maka aku berkata, "Amin"

Ketika aku menaiki tangga yang kedua, Jibril berkata,

"Celakalah orang yang apabila namamu disebutkan, dia tidak bersalawat atasmu." Aku pun berkata, "Amin."

Ketika aku melangkah ke tangga ketiga, Jibril berkata,

"Celakalah orang yang mendapati ibu bapaknya yang telah tua, atau salah satu dari keduanya, tetapi keduanya tidak menyebabkan orang itu masuk surga." Akupun berkata, Amin."


[HR. Hakim]

Thursday, July 17, 2014

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 19

Allah Maha Berkehendak atas segala peristiwa baik yang dapat dimasuki oleh nalar manusia maupun tidak. Allah Maha Membolak-balik hati siapapun yang dikehendaki-Nya tanpa terkecuali. Allah Maha Pencipta makhluk, waktu, dan tiap-tiap yang diciptakan. Allah Maha Pemberi dari segala kemungkinan, baik dari setiap hal yang mungkin dan yang tidak mungkin yang akan terjadi. Allah Maha Berkuasa atas semua kejadian di alam semesta dan berkuasa menggerakkan apapun sesuai keinginan-Nya.

Takdir Allah adalah keniscayaan. Manusia hanya perlu menyikapi dengan sikap yang terbaik dari takdir. Tidak ada yang salah pada takdir karena itu pasti yang terbaik, kita hanya belum mengetahui kebaikan dan manfaatnya. Kebaikan-kebaikan diciptakan untuk membuat manusia makin dekat kepada-Nya. Kesalahan justru terjadi pada manusia yang kerapkali salah menyikapi takdir dan membuat manusia jauh dari kebaikan-kebaikan-Nya. Sama saja dengan mempertanyakan, apakah Muhammad saw merupakan Rasul pilihan Allah yang terbaik? Apakah Al-Qur'an adalah kitab paling benar? Jangan-jangan ada ayat yang salah? Apakah hari akhir itu nyata? Jangan-jangan ia dongeng belaka?

Tidak ada yang tertukar dari takdir dan ketetapan Allah. Semua di dunia ini sudah ada dalam pengaturan-Nya bahkan hingga hal yang tak terjangkau oleh mata atau teknologi manusia. Tugas manusia hanyalah menjadikan shalat dan sabar sebagai penolong dari setiap permasalahan. Semoga kita menjadi bagian dari hamba-hamba Allah yang selalu taat akan takdir-Nya.

*Seperti dikutip dari tausiyah Mas Mukti Andriyanto dengan beberapa perubahan.

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 18

Be a thankful person!

Monday, July 14, 2014

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 17

Terima kasih ya Allah karena telah menyelamatkanku dengan ayat-ayat-Mu, selalu :)

Wahai Allah yang Maha Besar, sesungguhnya Engkau anugerahkan kepada kami ayat-ayat suci-Mu sebagai pembimbing akhlak.
Kemanakah ayat-ayat ini akan menuju jika bukan kepada keridhoan-Mu ya Allah?
Ya Allah, ridhoilah bacaan kami.
Ridhoilah dunia dan akhirat kami.
Ridhoilah hidup dan mati kami.
Jadikanlah hari kematian kami sebagai hari terindah untuk kami ya Allah.
Apa yang kami cari dari sepi tanpa cahaya-Mu?
Dunia yang selalu lari ketika kami mengejarnya.
Dunia yang selalu datang menggoda ketika kami mendiamkannya.
Maka apa yang dapat kami lakukan untuk menyelamatkan diri selain mencari-cari wajah-Mu ya Allah?
Mencari-cari wajah-Mu.
Selamatkan aku dengan ayat-ayat-Mu.
Selamatkan aku dengan ayat-ayat-Mu

-Bang Jack, PPT 8-

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 16

Apakah kita tak sadar bahwa kita menjadi pemimpin atas diri kita sendiri?

Kita menuntut pemimpin jujur padahal perilaku kita pendusta. Bohong menjadi hal yang biasa.

Kita menuntut pemimpin yang amanah tapi kita permisif pada pengkhianat. Kita juga sering khianat, pada janji, ucapan, atau perbuatan.

Kita menuntut pemimpin tegas padahal kita suka berlaku curang. Kena tilang lebih suka damai. Berusaha meringankan hukuman untuk keluarga dan golongan ketika kita zhalim tapi tidak ketika yang dizhalimi orang lain.

Kita menuntut pemimpin sholeh padahal hidup kita jauh dari ajaran agama. Alih-alih menegakkan sunnah, shalat atau berhijab pun ogah. Tiang agama dihancurkan. Kita runtuhkan atap agama. Hidup tanpa pedoman.

Kita menuntut pemimpin berlisan baik padahal lidah kita liar. Kita banyak mengumpat, ghibah dan fitnah terucap. Caci-maki menjadi hiasan hidup. Kata-kata kotor kerap terlontar. Jauh dari dzikir dan istigfar.

Kita menuntut pemimpin taat aturan tapi seringkali kita tidak peduli pada rambu-rambu jalan. Pengurusan ijin ingin diutamakan dan menjadi cepat saat amplop berjalan. Jika pedoman aturan Tuhan saja diterjang apatah lagi aturan buatan manusia?

Kita menuntut pemimpin cerdas tapi terus saja dibodohi oleh informasi yang salah. Betapa banyak orang yang cerdas akhirnya menjadi terlihat bodoh karena lisannya tanpa ilmu.

Pemimpin adalah cermin rakyat.

*Tausiyah dari Mas Mukti Andriyanto dengan beberapa perubahan

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 15

Perhaps you hate a thing and it is good for you; and perhaps you love a thing and it is bad for you.

AND ALLAH KNOWS, WHILE YOU KNOW NOT.


Al-Qur'an, surat Al-Baqarah verse 216

Sunday, July 13, 2014

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 14

Apakah Sampai Kepadamu Berita Tentang Mahanazi?

Oleh: Helvy Tiana Rosa

Kabar apakah yang sampai padamu tentang Palestina?

Apakah sampai padamu
berita tentang rumah-rumah yang dihancurkan
tanah-tanah meratap berpindah tuan,
bahkan manusia yang dibuldozer?

Apakah sampai padamu
berita tentang airmata yang tumpah dan menjelma minuman sehari-hari
tentang jadwal makan yang hanya sehari sekali
atau listrik yang menyala cuma empat jam sehari?

Apakah sampai padamu
berita tentang kanak-kanak yang tak lagi berbapak
tentang ibu mereka yang diperkosa atau diseret ke penjara?

Para balita yang menggenggam batu
dengan dua tangan mungil mereka
menghadang tentara zionis Israel
lalu tangan kaki mereka disayat dan dibuntungi

Apakah sampai padamu
berita tentang masjidil Aqsha
di halamannya menggenang darah
dan tubuh-tubuh yang terbongkar
peluru yang berhamburan di udara
menyanyikan lagu kematian menyayat nadi
kekejaman yang melebihi fiksi
dari semua film yang pernah kau tonton
di bioskop dan televisi

Kebiadaban yang mahanazi
Tapi orang-orang di negeriku masih saja mengernyitkan kening:
“Palestina? Untuk apa memikirkan Palestina?
Persoalan di negeri sendiri menjulang!”
Mereka bersungut-sungut tak suka

membatu, tak jarang terpengaruh
menuduh pejuang kemerdekaan Palestina
yang membela tanah air mereka sendiri
sebagai teroris!

Duhai, maka kukatakan pada mereka!
Tanpa abai pada semua persoalan di negeri ini,
atas nama kemanusiaan: menyala-lah!

Kita tak bisa hanya diam
menyaksi pagelaran mahanazi
sambil mengunyah menu empat sehat lima sempurna
dan bercanda di ruang keluarga
kita tak bisa sekadar
menampung pembantaian-pembantaian itu dalam batin
atau pura-pura tak peduli

Seorang teman Turki berkata:
mereka yang membatasi ruang kemanusiaan
dengan batas-batas negara
sesungguhnya belum mengerti makna kemanusiaan
Hai Amr Moussa tanyakan pada Liga Arab
belum tibakah masanya bagi kalian
bersatu, membuka hati, berani
berhenti mengamini nafsu Amerika
yang seharusnya kita taruh di bawah sepatu?

Hai Ban Ki Moon,
apakah Perserikatan Bangsa-Bangsa itu nyata?
Sebab tak pernah kami dengar
PBB mengutuk dan memberi sanksi
pada mahanazi teroris zionis Israel
yang pongah melucuti kemanusiaan dan keberadaban
dari wajah dan hati dunia

Apakah kalian, apakah kita tak malu
pada para syuhada flotilla, Rachel Corrie, Yoyoh Yusroh
dan George Galloway?

Karena sesungguhnya kita bisa melakukan sesuatu:
menyebarkan tragedi keji ini pada hati-hati yang bersih,
memberi meski sedikit apa yang kita punya
dan mendoakan Palestina

Apakah sampai padamu, berita tentang mahanazi itu?
Tentang Palestina yang bersemayam kokoh
di hati mereka yang diberi kurnia?

Seperti cinta yang tak bisa kau hapus
dari penglihatan dan ingatan,
airmata, darah, dan denyut nadi manusia

Lawan Mahanazi!


 

Tausiyah Ramadhan 1432 H - Hari 13

Ibu,
Cinta kasih yang kau punya
Adalah cahaya yang berpendar menembus pekat
Adalah butir embun yang melumatkan dahaga
Adalah lagu yang meninabobokan
Maka kepada Rabb aku mohonkan
Cinta kasihmu menjelmalah surga


Dikutip dari Sakinah Bersamamu karya Asma Nadia

ps. Rabbighfirlii waliwalidayya warhamhuma kama rabbaya nii shagira

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 12

"Knowledge is not knowing a large number of texts and quoting narrations. It is a light that God places in the heart."


Imam Malik

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 11

Fir'aun dan kaumnya dibinasakan karena doa Nabi Musa as yang dikabulkan. Jangan remehkan doa untuk saudara kita di Palestina. Doa adalah senjata seorang mukmin. Save Palestine!

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 10

Mengenai Zakat Profesi

Q : Tolong berikan penjelasan mengenai zakat profesi. Apakah ada zakat profesi? Bagaimana nishabnya? Bagaimana pula cara membayarnya, per tiap kali menerima gaji atau diakumulasi per tahun?

A : Jika berprofesi sebagai pedagang, dikenakan zakat usaha. Nishabnya adalah 85 gram emas. Buat pembukuan selama satu tahun dengan rumus: (kas + setara kas + persediaan + piutang) - (kewajiban/hutang usaha jangka pendek yang harus dibayarkan di tahun itu). Jika selisihnya lebih besar sama dengan 85 gram ( > 85 ) emas, maka diwajibkan zakat atasnya, yakni 2,5% dari selisih tersebut.

Kas adalah uang kas. Setara kas adalah konversi dari kas, misalnya tabungan usaha yang ada di bank, modal usaha yang dibelikan emas untuk ditabung, atau cadangan sejenisnya yang bentuknya bukan uang namun dapat dijadikan uang (kas) dalam waktu cepat.

Contoh kasus:

Muhammad adalah seorang distributor baju koko di Bandung. Di akhir periode usaha Qamariyah 1435 Hijriah (hitung per 1 Dzulhijjah) catatan keuangan usahanya sebagai berikut:
A. Kas di tangan sebesar Rp.20 juta
B. Kas di bank sebesar Rp.150 juta
C. Persediaan (dalam rupiah) sebesar Rp.420 juta
D. Piutang dagang sebesar Rp.30 juta
E. Hutang dagang sebesar Rp.200 juta
F. Gaji/operasional bulan ini sebesar Rp.20 juta

Maka cara menghitung harta dagang yang terkena zakat adalah: (A+B+C+D) - (E+F) yakni (20+150+420+30) juta - (200+20) juta = 620 juta - 220 juta = 400 juta.
Nishab zakat: 85 gram x Rp. 500.000 =  Rp. 42.500.000
Usaha Muhammad sudah melampaui nishab zakat, maka Muhammad wajib membayar zakat atas niaganya.
Perhitungan zakat usaha Muhammad:
2,5% x Rp. 400 juta = Rp. 10 juta

Zakat profesi adalah ijtihad kontemporer. Tidak ada dalam teks hadits maupun Qur'an. Karenanya, tidak akan pernah ada nash-nya dalam literatur klasik. Zakat profesi adalah ijma' ulama dalam Muktamar Zakat Internasional I dan sudah disepakati oleh jumhur ulama kontemporer. Zakat profesi didasarkan pada qiyas syabah*, dua dalil analogi dalam ijtihad fiqh. Nishabnya dari zakat pertanian karena keidentikan usaha antara pertanian dan profesi. Dalam zakat profesi tidak ada "haul" melainkan ditunaikan dari setiap kali "panen".

Kadar zakat profesi diqiyaskan pada zakat emas dan perak karena wujud harta dari profesi adalah uang. Ini identik dengan fungsi emas dan perak di masa Nabi saw sebagai alat pertukaran. Maka, kadar zakat profesi adalah 2,5%. Setiap profesi berbeda-beda, ada yang "panen" bulanan, ada yang by project. Jika seseorang menerima gaji bulanan, maka setiap menerima "panen" wajib ditunaikan zakatnya tanpa harus membayar akumulasi di akhir tahun.

Sementara itu, jika profesi seseorang adalah by project, zakat harus ditunaikan setelah seluruh fee project diterima, tanpa harus bayar akumulasi di akhir tahun. Jika akumulasi setahun dari profesi seseorang ternyata melampaui nishab, maka itu bukan zakat profesi, melainkan zakat tabungan. THR, bonus, SPPD, dan semua penerimaan non-reguler dari profesi juga terkena zakat profesi, diakumulasikan jadi satu saat menerimanya.

Seseorang menjadi wajib zakat jika hartanya sudah melampaui nishab. Jika tidak mencapai nishab, maka dianggap infaq. Nishab profesi adalah 625 kg beras. Qiyas zakat profesi adalah ke pertanian dan emas/perak, bukan perdagangan. Zakat profesi diambil dari bruto, jadi si waijb zakat tidak dihitung punya hutang atau tidak.

*Qiyas syabah adalah qiyas yang 'illat hukum asalnya ditetapkan melalui metode syabah. Syabah yang dimaksudkan adalah sifat yang memiliki kesamaan.

**Sebagaimana dikutip dari sebuah diskusi seru di grup whatsapp. Terima kasih Hanum atas penjelasan mendetailnya mengenai zakat. Semoga kita semua menjadi pakar di bidang kita masing-masing dan membangun kembali peradaban Islam :)

ps. Kata teman saya yang menjelaskan hal ini, pedoman mengenai zakat profesi sedang diperbarui dan menunggu approval Menteri Agama untuk disahkan sebagai peraturan.

Monday, July 7, 2014

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 9

Semua pasti tahu, pada masa Rasulullah saw, setiap waktu sholat tiba, akan ada seorang pria yang mengumandangkan adzan. Dia adalah Bilal bin Rabbah. Bilal ra ditunjuk karena memiliki suara yang indah. Pria berkulit hitam asal Afrika itu mempunyai suara emas yang khas. Posisinya semasa Nabi saw tak tergantikan oleh siapapun, kecuali saat perang atau saat keluar kota bersama Nabi saw. Ia tak pernah berpisah dengan Nabi saw kemanapun Nabi saw pergi. Hingga tiba saatnya bagi Nabi pergi selama-lamanya pada awal 11 Hijriah, Bilal ra menyatakan diri tidak akan mengumandangkan adzan lagi. Ketika Khalifah Abu Bakar ra memintanya untuk menjadi muadzin kembali, dengan hati pilu nan sendu Bilal berkata, “Biarkan aku jadi muadzin Nabi saja. Nabi telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi.”

Abu Bakar terus mendesaknya. Bilal pun bertanya, “Dahulu, ketika engkau membebaskanku dari siksaan Umayyah bin Khalaf, apakah engkau membebaskanku karena dirimu atau karena Allah?” Abu Bakar ra hanya terdiam. 


“Jika engkau membebaskanku karena dirimu, aku bersedia jadi muadzinmu. Tetapi jika engkau dulu membebaskanku karena Allah, maka biarkan aku dengan keputusanku.” Abu Bakar ra pun tak bisa lagi mendesak Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan.

Kesedihan sebab ditinggal wafat Nabi saw terus mengendap di hati Bilal ra. Kesedihan itulah yang mendorongnya meninggalkan Madinah. Ia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam dan kemudian tinggal di Homs, Syria. Lama Bilal ra tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam, Nabi saw hadir dalam mimpi Bilal dan menegurnya, “Ya Bilal, wa maa hadzal jafa’? Hai Bilal, kenapa engkau tak mengunjungiku? Kenapa sampai begini?” Bilal pun bangun terperanjat. Ia pun segera mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah pada Nabi saw. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Nabi saw.


Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada sang kekasih, Rasulullah saw. Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa mendekatinya. Keduanya adalah cucu Nabi saw, Hasan dan Husein. Sembari mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Nabi saw itu. Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal ra, “Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami? Kami ingin mengenang kakek kami.” Ketika itu, Umar bin Khattab ra yang telah jadi khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu. Beliau juga memohon agar Bilal mau mengumandangkan adzan, meski sekali saja.

Bilal ra pun memenuhi permintaan itu. Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu dia biasa adzan pada masa Nabi saw masih hidup. Mulailah dia mengumandangkan adzan. Saat lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap. Segala aktifitas terhenti. Semua terkejut. Suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok nan agung, suara yang begitu dirindukan telah kembali. Ketika Bilal meneriakkan kata “Asyhadu an laa ilaaha illallah”, seluruh isi kota Madinah berlarian ke arah suara itu sembari berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan pun keluar.


Saat Bilal ra mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, Madinah pecah oleh tangis dan ratapan yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Nabi saw. Umar bin Khattab ra adalah orang yang paling keras tangisnya. Bilal tak sanggup meneruskan adzannya. Lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Hari itu, Madinah mengenang masa saat Nabi saw masih ada di antara mereka. Tak ada pribadi agung yang begitu dicintai seperti Nabi saw. Tak ada sosok yang begitu dirindukan seperti Rasulullah saw. Dan adzan itu, adzan yang tak bisa dirampungkan, adalah adzan pertama sekaligus terakhir dari Bilal ra. Semenjak Nabi saw wafat, Bilal tak pernah bersedia lagi mengumandangkan adzan. Kesedihan yang teramat sangat segera mencabik-cabik hatinya mengenang seseorang yang karena dirinya derajatnya terangkat begitu tinggi. 

Ya Allah, semoga kita dapat merasakan nikmatnya rindu dan cinta seperti yang Allah karuniakan kepada sahabat Bilal bin Rabbah ra, aamiin.

Dikutip dari sini

ps. Allahumma sholli 'ala Muhammad, wa 'ala ali Muhammad. Aku ingin sekali bermimpi bertemu Rasulullah saw, meski hanya sekali, hanya sekali.

Sunday, July 6, 2014

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 8

Keep our faith cause Allah is always by our side :)

Saturday, July 5, 2014

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 7

Innallaha ma'ana, as always..

Friday, July 4, 2014

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 6

Ada tiga keistimewaan ibadah puasa :

1. Orang-orang yang berpuasa dapat masuk melalui pintu surga Ar-Rayyan

Rasulullah saw bersabda :
Sesungguhnya di surga ada suatu pintu yang disebut “ar rayyan“. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari kiamat. Selain orang yang berpuasa tidak akan memasukinya. Nanti orang yang berpuasa akan diseru, “Mana orang yang berpuasa.” Lantas mereka pun berdiri, selain mereka tidak akan memasukinya. Jika orang yang berpuasa tersebut telah memasukinya, maka akan tertutup dan setelah itu tidak ada lagi yang memasukinya” (HR. Bukhari no. 1896 dan Muslim no. 1152).

2. Ibadah puasa melatih kesabaran

Puasa mengharamkan hal-hal yang awalnya halal. Makan dan minum asalnya halal. Berjima' dengan suami/istri adalah hal yang halal. Namun, saat berpuasa kegiatan tersebut menjadi haram. Waktunya pun tidak sebentar, dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Umat muslim di Indonesia, negara yang dilintasi garis khatulistiwa, berpuasa selama 12-13 jam sepanjang tahunnya. Bayangkan dengan muslim di negara-negara yang letaknya di utara atau selatan. Mereka harus berpuasa bahkan hingga 20 jam. Subhanallah!

3. Ibadah puasa merupakan ibadah yang sifatnya rahasia

Tidak ada seorangpun yang tahu seseorang secara sempurna telah menjalankan puasanya kecuali Allah ta'ala. Seseorang yang sahur bersama kita di sepertiga malam mungkin saja pada siang harinya berbuka puasa. Atau seseorang yang kelihatannya begitu bersemangat dan tidak terlihat lelah, mungkin saja ia sedang menjalani puasanya dengan diam-diam.

Dengan tiga keistimewaan di atas, pantaslah jika orang yang berpuasa mendapat ganjaran yang tinggi dari Allah yakni menjadi orang-orang yang bertakwa dan karena kesabarannya mendapat balasan kebaikan yang tak terhingga.

Semoga pada Ramadhan ini, Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang bertakwa.

Wednesday, July 2, 2014

Tuesday, July 1, 2014

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 4

Hamba kembali menghadap-Mu ya Allah
Bersama ribuan ayat suci-Mu di atas lembaran sajadah panjang ini
Lidah hamba terbata-bata, tapi mata dan langkah ini terus menuju-Mu
Jangan palingkan wajah-Mu dariku yaa Rabb
Engkaulah satu-satunya arahku saat ini, wahai Sang Penguasa hari akhir
Allahu Akbar!

Wahai Rabb, janganlah berjarak denganku

Engkau yang tak terhingga
Kuasa-Mu membuatku berputus asa, kecuali Engkau yang menuntunku melewati huruf demi huruf firman-Mu
Tabir tujuh lembar langit tak mampu kutembus, kecuali doa-doa penuh harap yang diterbangkan malaikat-malaikat-Mu

Sampaikah doa-doa ku pada-Mu?

Seandainya ada  puncak yang lebih tinggi dari sujud ini, tentu hamba naiki. 
Tapi Engkau yang menetapkan sujud ini sebagai puncak penghambaanku
Maka jangan Engkau minta lebih dariku untuk menghamba
Tak berani kutanyakan, menangkah hamba, kalahkah hamba
Hamba yang terus mencari-Mu, mencari ridha-Mu, dalam gelapnya harapan

Kutinggalkan dunia yang menjadi karunia-Mu
Kutinggalkan kekhalifahan yang Engkau amanahkan
Kulupakan semua nama dunia yang menjadi bebanku selama ini
Kuingat hanya nama-Mu, nama rasul-Mu, dan nama ibuku
Mana kaki-Mu yaa Allah
Mana kaki-Mu?

Laa ilaaha illallah Muhammadarrasulullah
Laa ilaaha illallah Muhammadarrasulullah
Laa ilaaha illallah Muhammadarrasulullah

-Bang Jack, Para Pencari Tuhan Jilid 8-