Saturday, September 25, 2010

Mengenali Masalah Tata Ruang

Sejumlah Masalah Tata Ruang

KOTA dan daerah pada dasarnya merupakan pengejawantahan budaya. Tom Turner (1996) menyebutnya dengan cultural-landscape, sebagai mosaik yang sarat dengan beraneka ragam karakter, sifat, kekhasan, keunikan, dan kepribadian. Karenanya, memahami sebuah kota atau daerah, pertama-tama yang harus dilakukan adalah memahami budaya dari berbagai kelompok masyarakat dan pengaruh dari tata nilai, norma, gaya hidup, kegiatan dan simbol-simbol yang mereka anut. Jelas, yang paling rumit dan kompleks adalah memahami perkotaan.

Mengapa? Sebab, dalam setiap kota yang merupakan melting-pot selalu terdapat pluralisme budaya. Dalam kondisi demikian, sulit dihindari benturan budaya yang rentan menciptakan kompleksitas dan kontradiksi. Akibatnya, tata ruang kota juga terentang antara homogenitas yang kaku dengan heterogenitas yang kenyal. Suatu bentuk yang gampang pemeriannya, tapi sulit pengejawantahannya.

Kerumitan lain, khususnya di perkotaan, berkaitan dengan dinamika perkembangan kota. Penduduk kota selalu berubah dan bergerak yang seringkali susah ditebak. Karena itu pola tata ruang kota yang terlalu ketat dan kaku, tidak akan bisa tanggap terhadap perubahan.

Mengatasi masalah semacam itu, suatu bentuk perencanaan yang open-ended akan dibutuhkan. Perencanaan model ini akan menentukan bagian-bagian tertentu dari sistem kota yang memberikan peluang bagi bagian lain, termasuk yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya, untuk bergerak spontan.

Perencanaan kota seperti itu juga akan memungkinkan penjabaran nilai, kebutuhan dan gaya hidup yang berbeda dapat berdampingan dalam satu lingkungan yang dinamik. Pengaruhnya, kelompok-kelompok penghuni kota yang berdatangan dengan mudah bisa menyesuaikan diri dan membentuk kembali secara kreatif organisasi ruang, waktu, makna, dan komunikasinya.

Namun sulit dibantah, para perencana kota yang menganut paham bahwa segala sesuatu harus direncanakan, dikontrol dan dipantau secara tegar, pasti akan menentang pola tersebut. Mereka beranggapan bahwa ekspresi individual atau kelompok yang dimungkinkan melalui perencanaan yang open-ended, bila dibiarkan akan menciptakan lingkungan yang kacau balau, berantakan, tidak teratur. Atau, dengan satu kata: jelek. ”We must get away from our haphazard way of doing things and sure that everything is planned down to the last detail,” begitulah kira-kira coleteh mereka. (Tapi saya setuju bahwa detail tetap diperlukan--Iftirar)

Padahal, pada kenyataannya, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sebuah kota yang ”down to the last detail” tidak hanya tidak mungkin, akan tetapi bahkan juga tidak diinginkan. Soalnya, banyak hal yang di luar dugaan muncul dengan tiba-tiba.

Kejadian dan perubahan, ekspresi dan improvisasi, merupakan faktor yang justru memanusiawikan lingkungan dan layak disalurkan perlu diberi wadah dan dikembangkan. Tentu saja, dengan catatan bahwa semua perubahan itu mesti dilandasi oleh itikad untuk menyejahterakan masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan rendah yang berada di perkotaan.

Perencanaan kota yang open-ended akan menciptakan lingkungan yang memberikan tingkat kebebasan dan tindakan yang lebih bervariasi, di samping pelibatan masyarakat yang lebih besar, dan peluang untuk penyesuaian secara kreatif, bahkan modifikasi.

Di negara semaju Jepang pun tenda-tenda penjual bakso, bakmi, dan wedang ronde masih selalu didambakan keberadaannya karena konon berhasil menumbuhkan suasana akrab berskala manusia. Munculnya pun hanya pada saat-saat tertentu saja, biasanya malam hari. Lantas, kondisi seperti itu mereka sebut instant city alias kota dadakan. (Di Jakarta, warga bisa memberikan masukan untuk perencaan kota melalui Musrembang dan melihat RTRW di tiap kecamatan--Iftirar)

Sejumlah masalah
Perencanaan tata ruang selama ini masih cenderung berorientasi pada pencapaian tujuan ideal jangka panjang yang sering meleset akibat banyaknya ketidakpastian. Di sisi lain, masih banyak pula rencana yang disusun dengan pendekatan pemikiran sekadar untuk memecahkan masalah secara ad hoc yang berjangka pendek dan kurang berwawasan luas. Sering dilupakan bahwa short term gain akan berakibat pada long term pain. Seyogyanya pendekatan yang diambil mencakup keduanya. Ibarat melihat hutan sekaligus mengkaji pohon-pohonnya. Atau sebaliknya, melihat keunikan setiap jenis pohon, ditilik dalam konteks hutannya.

Rencana tata ruang yang baik tidak selalu menghasilkan penataan ruang yang baik pula bila tanpa didukung para pengelola perkotaan dan daerah yang handal, serta mekanisme pengawasan dan pengendalian pembangunannya pun kurang jelas.

Kecenderungan yang terjadi kini adalah perencanaan tata ruang terlalu ditekankan pada aspek penataan ruang dalam arti fisik dan visual, biasanya menyangkut tata guna lahan, sistem jaringan jalan dan infrastruktur atau prasarana lingkungan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan perencanaan komunitas (sosial-budaya) dan perencanaan sumber daya masih belum diperhatiankan sesuai porsinya. Demikian halnya dengan keterpaduan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan yang masih terkesan sebagai slogan atau hiasan bibir belaka, belum mengejawantah dalam kenyataan.

Kota dan daerah masih hampir selalu dilihat dalam bentuk hirarki pohon yang tampaknya saja sederhana, padahal dalam kehidupan sesungguhnya berbentuk hirarki-jaring yang sangat kompleks. Bisa jadi, hal tersebut disebabkan karena masih adanya arogansi sektoral dan egosentrisme wilayah yang cenderung menggunakan ’kacamata kuda’. Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup pun masih sangat terbatas.

Grey areas, yaitu berupa rencana kawasan urban-design, yang sesungguhnya merupakan titik temu antara perencanaan kota yang berdimensi dua dengan perancangan arsitektur yang berdimensi tiga masih terjadi. Dengan kata lain, sesudah tersusunnya rencana kota mulai dari Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK), Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) dan Rencana Teknis Ruang Kota (RTRK), biasanya langsung meloncat ke perancangan arsitektur secara individual. Bahkan bila dirunut lebih lanjut, seringkali RUTRK dibuat lebih dulu ketimbang Rencana Tata Ruang Wilayah.

Yang cukup merisaukan adalah kekurangpekaan para penentu kebijakan, dan juga beberapa kalangan profesional, terhadap warisan peninggalan kuno yang pada hakikatnya merupakan bagian tak terpisahkan dalam sejarah perkotaan. Tergusur dan lenyapnya karya arsitektur langka yang estetis dan bernilai sejarah, berarti lenyapnya suatu babakan dari kisah perkembangan kota. Kota tanpa peninggalan arsitektur bersejarah, serupa saja dengan manusia tanpa ingatan.

Jalan keluarnya nampaknya perlu revitalisasi kawasan bersejarah yang perlu lebih digalakkan. Penekanan perencanaan kota dan daerah pun perlu seimbang dengan memperhatikan aspek lingkungan binaan dan pendayagunaan lingkungan alamiah.

Demikian halnya dengan tipisnya wibawa dan kekuatan hukum produk rencana tata ruang, cukup merisaukan. Tata ruang yang sudah tersusun dengan begitu saja dijungkirbalikkan karena adanya kehendak sesaat yang tidak konseptual. Nampaknya dimasa datang perencanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup perlu dilihat sebagai management of conflicts, tidak sekadar management of growth atau management of changes. Orientasi tujuan jangka panjang yang ideal perlu disenyawakan dengan pemecahan masalah jangka pendek yang bersifat inkremental.

Mekanisme development control yang ketat juga perlu ditegakkan, lengkap dengan sanksi bagi si pelanggar dan penghargaan bagi mereka yang taat pada peraturan. Hal lainnya, penataan ruang perlu dilakaukan secara total, menyeluruh dan terpadu. Model-model participatory planning dan over-the-board planning atau perencanaan lintas sektoral selayaknya dilakukan secara konsekuen dan berkesinambungan.

Demikian halnya dengan kepekaan sosiokultural para penentu kebijakkan dan para perencana seyogyanya lebih ditingkatkan. Sedangkan, kekayaan khasanah lingkungan alam mesti jadi perhatian dalam setiap setiap perencanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup.

Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc
Mantan Rektor Undip dan Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT)

Dikutip dari www.wawasasandigital.com

Thursday, September 9, 2010

Tausiyah Ramadhan (Hari XXX)

Tuhan Sembilan Senti
Oleh: Taufik Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk
orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana
kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter
tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun
menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut
dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul
saling menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya
mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus,
kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya
ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,
Bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis,
turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik,
sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat
dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh,
dengan cueknya,
pakai dasi,
orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi orang perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh,
duduk sejumlah ulama terhormat merujuk
kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka
terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
ke mana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka
memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda
yang terbanyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz.
Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan,
Di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr.
Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang,
karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol,
sudah ada babi,
tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir.
Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,
dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok
lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir,
gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan,
berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana
dalam nikmat lewat upacara menyalakan api
dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana,
beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

ps. Salut buat Walikota Padang Panjang yang memberlakukan Perda anti rokok dengan baik, teruskan Pak! :)

Wednesday, September 8, 2010

Tausiyah Ramadhan (Hari XXIX)

"Ceritakan padaku Tuan, mengapa kau sampai digelari pedang Allah yang terhunus?" tanya Roderick, panglima Romawi dalam pertempuran Yarmuk. "Apakah Tuhan telah menurunkan sebilah pedang padamu dari langit, hingga kau ayunkan dia ke arah musuh maka kau pasti menghancurkan mereka?"

Tentu saja jawabnya tidak. Pedang Allah yang terhunus justru turun melalui sulbi seorang laki-laki yang cerdas namun angkuh bernama Walid bin Al Mughirah. Dia adalah tokoh Quraisy yang paling dihormati, yang berkata tentang Al-Qur'an,"Ini adalah sihir yang dipelajari." Maka, Allah pun menghinakannya. Tetapi Allah memuliakan Al-Qur'an yang dikagumi sekaligus didustakannya dengan putranya: Khalid bin Walid.

Cerita lebih jauh tentang Khalid bin Walid bisa kalian baca di Jalan Cinta Para Pejuang karya Salim A. Fillah bagian Keberanian yang Terhunus.

Intinya, Khalid mengoreksi prinsip yang dianutnya, bahwa perang bukanlah untuk perang itu sendiri.

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
-QS. Al Baqarah: 216-

Tahun demi tahun berlalu, Khalid belajar lebih banyak. Dan gairah perangnya menjadikan semua peniti jalan cinta para pejuang, iri kepadanya. "Satu malam yang dingin berjaga dalam perang," katanya, "Lebih aku cintai daripada bermalam pertama dengan gadis perawan." Seseorang menjadi pahlawan bukan karena banyaknya darah yang ia tumpahkan atau peperangan yang ia lakukan, namun karena ia mencintai perdamaian.

Keberanian sejati mengenal rasa takut.
Dia tahu bagaimana takut kepada apa yang harus ditakuti.
Orang-orang yang tulus menghargai hidup dengan penuh kecintaan.
Mereka mendekapnya sebagai permata yang berharga.
Dan mereka memilih waktu serta tempat yang tepat untuk menyerahkannya.
Mati dengan penuh kemuliaan.
-Eiji Yoshikawa, Mushashi-

Tuesday, September 7, 2010

Tausiyah Ramadhan (Hari XXVIII)

Tebing Tak Tampak, Jurang Tak Tampak

oleh: Taufiq Ismail

Untuk Anak-anak Muda Sineas,

Yang Ingin Bebas Tanpa Batas

Di tepi desa kami ada sebuah tebing yang curam
Menghadap ke jurang yang dalam
Di atas tebing itu ada tanah datar lumayan luasnya
Di sana anak-anak kecil bisa bermain-main leluasa
Berkejar-kejaran, melompat-lompat ke sini dan ke sana
Berteriak-teriak, menjerit-jerit dan tertawa-tawa

Karena penduduk desa cinta pada anak-anak mereka
Masih waras dan tak mau anak-anak celaka
Termasuk juga untuk orang-orang dewasa
Maka di tepi tebing dibikinkan pagar sudah lama
Terbuat dari kayu, tua, terbatas kekuatannya
Agar tidak ada yang kepleset terjatuh ke jurang sana

Tebing itu lima puluh meter tingginya
Batu-batu besar bertabur di dasarnya
Semak dan belukar di tepi-tepinya
Hewan buas dan ular penghuninya
Kalau orang terjatuh ke dalamnya
Akan patah, cedera, cacat dan gegar otaknya

Nah, pada suatu hari
Ada anak-anak ABG berdemonstrasi
Menuntut yang menurut mereka sesuatu yang asasi
Dengan nada yang melengking dan tinggi
Tangan teracung, terayun ke kanan dan ke kiri
Dalam paduan suara yang diusahakan harmoni

"Kami menolak pagar tebing, apa pun bentuknya
Kami menuntut kebebasan sebebas-bebasnya
Bermain, melompat-lompat ke sini dan ke sana
Berkejar-kejaran tak ada batasnya

"Apa itu pagar? Kenapa dibatas-batasi?
Tubuh kami ini hak kami
Kami menggunakannya semau hati sendiri
Apa itu pembatasan?
Konsep kuno, melawan kemerdekaan
Cabut itu pagar, semuanya robohkan!"

Demo berlangsung, hiruk-pikuklah terdengar suara
Heboh seantero kampung dan desa
Orang-orang bertanya, ini ada apa
Kok jadi tegang suasana
Barulah situasi jadi agak reda, karena
Ternyata yang berdemo itu, anak-anak rabun dan buta

Monday, September 6, 2010

Tausiyah Ramadhan (Hari XXVII)

Budaya yang hadir di masa kita sekarang adalah budaya materialisme. Semuanya dilihat dari materi. Uang. Termasuk seni. Islam menganggap seni sebagai hal yang fitrah. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Saba' ayat 13:

"Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring, yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur."

Dari ayat di atas, kita dapat melihat bahwa peradaban sejak Nabi Sulaiman as telah berada di puncaknya. Seni sebenarnya bersumber dari nilai religi, perwujudan dari ketakwaan. Namun pada akhirnya bergeser karena budaya itu sendiri. Seni juga memiliki nilai filosofis dan ideologis. Filosofis berarti seni merupakan hal yang dapat dipelajari. Sementara seni dalam ideologis adalah adanya ide dalam suatu seni.

Seni tidak bisa bernilai bebas karena seni itu sendiri adalah pesan. Kebebasan mutlak dalam Islam hanya dapat dimiliki oleh Allah ta'ala. Karenanya, seni bukanlah untuk seni. Tapi seni hanya untuk Allah swt.

"Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) tidak ada pilihan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan."
-QS. Al-Qashashah: 68-

Sunday, September 5, 2010

Tausiyah Ramadhan (Hari XXVI)

Ikhsan adalah segala hal yang kita lakukan seolah-olah sedang dilihat Allah swt. Tak hanya ketika kita beribadah, pun dalam segala aktivitas. Di bawah ini adalah kisah tentang ikhsan.

Pada suatu hari Abdullah bin Umar menuju sebuah perkampungan. Setelah beberapa waktu perjalanan, rombongan tersebut berhenti untuk beristirahat. Tak jauh dari tempat peristirahatan Abdullah, ada penggembala kambing yang sedang mengawasi kambing-kambingnya.

Abdullah melihat sinar ketaatan di wajah pemuda penggembala kambing tersebut. Ia kemudian berniat mengujinya. Abdullah bin Umar kemudian mengajak penggembala kambing tersebut untuk makan siang bersama.

"Hai penggembala! Mari makan bersama!" ajak Abdullah bin Umar.
"Aku sedang berpuasa," jawab penggembala.
"Di hari sepanas ini kamu berpuasa? Dan di lembah segersang ini pula?" tanya Abdullah bin Umar.
"Aku terburu-buru karena dikejar-kejar oleh hari-hari setelah kematianku," jawab si penggembala.

Benarlah ia pemuda shalih, pikir Abdullah bin Umar. Abdullah kemudian memutuskan untuk terus mengujinya.

"Maukah kamu menjual seekor kambingmu kepadaku? Nanti aku akan beri dagingnya untuk kamu berbuka puasa," tawar Abdullah bin Umar.
"Kambing-kambing itu bukan milikku, melainkan milik majikanku," kata penggembala.

Abdullah bin Umar bermaksud menguji kekuatan iman si penggembala. Ia kemudian berkata, "Bukankah kamu bisa mengatakan kepada majikanmu bahwa kambing itu dimakan serigala?"

Penggembala itu kemudian pergi seraya berkata dengan tegas,"Faaina Allah?"
"Bagaimana urusanku dengan Allah?" tanya si penggembala terus-menerus.

Abdullah bin Umar tergetar melihat kekuatan iman si penggembala. Ia pun juga mengucapkan "Di mana Allah? Di mana Allah? Di mana Allah?"

Karena bahagianya, Abdullah bin Umar memanggil sang majikan penggembala. Ia beli kambing-kambingnya, memerdekakan si penggembala, dan memberikan kambing tersebut pada si penggembala.

Andai pemerintah seikhsan si penggembala... Merasa selalu diawasi Allah ta'ala.

Saturday, September 4, 2010

Tausiyah Ramadhan (Hari XXV)

Sepuluh menit lalu saya menonton film Departures. Film drama Jepang yang bercerita tentang Daigo, seorang pemain cello yang terpaksa menjadi pengurus mayat karena orkestra tempatnya bekerja dibubarkan.

Film yang amat menggugah. Selain melihat budaya dan tradisi masyarakat Jepang dalam memaknai kematian, kita disuguhi berbagai filosofi yang menyadarkan kita tentang esensi kehidupan. Kematian bagi masyarakat Jepang adalah transisi ke dunia lain. Departure. Keberangkatan. Karenanya, pengurusan kematian seseorang harus dilakukan dengan sangat tenang dan hati-hati.

Berbeda dengan ajaran agama Islam yang memuliakan seseorang yang memandikan jenazah, di Jepang, mengurus mayat merupakan pekerjaan yang sangat rendah. Bukan karena gaji tapi mayat diidentifikasikan dengan sesuatu yang kotor atau jijik. Karenanya, banyak keluarga yang memandikan jenazah melalui jasa pengurusan mayat. Dalam film diceritakan, bahkan istri Daigo berpisah sementara dengan Daigo ketika mengetahui pekerjaan suaminya adalah mengurus jenazah.

Film yang disutradarai Yojiro Takita ini menggelitik hati saya. Kematian itu begitu dekat, bahkan sangat dekat seperti kehidupan itu sendiri. Jika kita mempersiapkan segalanya untuk hidup, mengapa kita juga tak mempersiapkan yang terbaik untuk mati?

"Life: a cycle. A series of events, meetings, and departures. Friends discovered, others lost. Precious time, wastes away. Big droplet tears are shed for yesterday, but are dried in time for tomorrow, until all that remain are foggy, broken memories of a happy yesteryear.”
-Daniella Gallo-

Tausiyah Ramadhan (Hari XXIV)

Sebenarnya saya tidak terlalu suka mengucapkan dan menerima ucapan "Selamat Ultah", "Happy B'day", dan lainnya. Buatku, bukan ucapannya yang penting, doa yang dipanjatkan hingga menembus langitlah yang membuatku tetap menyimpan ucapan milad di handphone. Ini adalah pesan-pesan singkat yang dikirimkan teman-teman saya ketika saya berulang tahun kemarin. Inbox handphone saya terlalu penuh. Sebagian harus dihapus sesegera mungkin. Tentu saja setelah merekamnya di blog ini.

Wulan:
"Beibbb!! smg blm cpe ddoain sm smw org=)
"Met milad barakallah fii umrik..Smg dlmphkn ilmu yg brmnfaat agr dgn'a ia mmpmnjga umt,brlmph hrt'a agr dgn'a ia mmp mnntrmkn umat dg derma'a, mnjd h,b yg brtqwa agr dgn'a ia mmp mmbgn umt yg shlih&kwt,,smg ukhuwh qt trs t'jga,amin..
(b'hrp jd yg plg akhr ngcpin)"
=> Tengkyu ceceu bebeb wulan pingkiiiii... aaamiin Allahumma aaamiin.. doanya bagus sekali :)

Rika:
"Assalamualaikum wr wb.
Alow selamat ulang tahun, semoga makin bnyk berkah di usia ini. Maaf bgt gw br ngucapin skrg, mdh2an gak ngambek ya :-)"
=> Of course, I ain't, u're such a bestfriend to me, mami Rikaaa :)

Rifka:
".....Halah aku kmrn ktduran mau sms..
Happy bday yaa my dear, smga umurmu berkah, dan Allah memudahkan jalanmu, aamiin... :-) ;-)"
=> Gapapa Neng Ika, aaamiiin.. terima kasih banyak udah nemenin itikaf kemarin :)

+6289635932560 (Ini nomor siapa ya? Lupa :P)
"Sahabatku... Met milad ya, semoga tahun ini lbh bermanfaat drpd tahun sebelumnya&segala keinginanmu tercapai. Amieen (maaf ya telat tp drpd ga sm sekali)"
=> Terima kasih doanya, aamiin yaa Rabb.."

Dwi Nar:
"h4PpY B'd4Y M3+ M1L4D 03KHT1
Smg rhmt 4WI sll mnaungi, kridhoanNy sll m'iringi, rizkiNy sll tcurah,kberkahn sll tcapai,do'a sll twujud, keistiqomahn sll dbrikanNy,,
Luv u cz 4WI!!"
=> Bundooo.. makasiii.. aaamiin Allahumma aaamiin.. luv u too bun! take care :)

+6283896428449:
"Toko buku leksika mengucapkan selamat ulang tahun semoga panjang umur dan sukses selalu. Dptkan disc khusus 20% (kec mjalah & prlatan kompter) 3 hr dr skrg."
=> Selanjutnya adalah promosi dari toko buku yang berlokasi di Lenteng Agung ini. Anyway, thank you :)

Teh Icha:
"Aslm.Met milad.. Mg btmbh iman taqwa & selalu dlm rahmat ALLAH SWT. Juga diberikan kebaikan, berkah disisa umur dgn segala ketentuan NYA....
Aamiin -t'icha-"
=> Jazakillah khoiron katsir teh :)

Amel:
"Mba, slmt berkurang tahun ye.. Semoga tetep istiqomah dan diberi rejeki yg bnyk untuk mentraktir gw and the genk. Hahaha..."
=> Hee? Traktir gue duluan!

Ulan:
"Selamat Hari lahir Iringan DoaQu,,smuga tmbh BijaK, DwasA,selalu MensyuKuri NikmatNya,cpt Dpt JodoH Hahahaha...
Met UlTah yah SaudaraQu. Di Tunggu TraktiranNa..."
=> Besok ikut ke pengajian yuk neng!

Hening:
"Slmt milad utk .. dan jg utk yg lainnya yg udh lewat2 tp aku blm ngucapin..hehe. Barakallah. Dtg ke walimahnya sofyan yuk, ahad bsk jam9 d rumahnya. Bs?"
=> Hahaha, akhirnya sih saya nggak jadi datang :P

Ya Allah, disetiap pertambahan umurku, tambahkan kebaikan pula didalamnya.

Thursday, September 2, 2010

Tausiyah Ramadhan (Hari XXIII)

Ada tiga syarat ibadah agar diterima Allah swt, yaitu:

1. Adanya kesungguhan dalam melaksanakan ibadah
2. Memiliki kesesuaian dengan ibadah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw
3. Memiliki keikhlasan niat dalam beribadah

Malaikat Jibril datang kepada Nabi Saw, lalu berkata, "Hai Muhammad, hiduplah sesukamu namun engkau pasti mati. Berbuatlah sesukamu namun engkau pasti akan diganjar, dan cintailah siapa yang engkau sukai namun pasti engkau akan berpisah dengannya. Ketahuilah, kemuliaan seorang mukmin tergantung shalat malamnya dan kehormatannya tergantung dari ketidakbutuhannya kepada orang lain." (HR. Ath-Thabrani)

Wednesday, September 1, 2010

Tausiyah Ramadhan (Hari XXII)

Fakta tentang Ramadhan:

Pada tahun ke-15 Hijrih di bulan Ramadhan terjadi Perang Qadisiyah yang menentukan antara kaum muslimin melawan pasukan Persia. Pasukan muslimin berhasil meraih kemenangan besar.

Di tahun ke-53 Hijriah, Pulau Rhodes jatuh ke kekuasaan kaum muslimin.

Di tahun ke-92 Hijriah, kaum muslimin menguasai Andalusia (Spanyol).