Sunday, December 27, 2009

Como Cambiar la Cinta

Quite la cubierta y enrole toda la cinta
Gastada en un solo carrete
Saque la cinta de la harquilla portacintas
Tomo los carretes y descuelge la cinta
Del carrete vacio

Pertanyaan:

a. Pilihlah salah satu tema yang tepat mengenai puisi di bawah ini:
1. tema: asmara yang merana di Andalusia
2. tema: sindiran pada Somoza, keluarga yang korup di Nikaragua
3. tema: keterampilan menggunakan sepuluh jari

b. Siapa gerangan penerbitnya?


c. Di mana bisa dibeli?


Berikut ini adalah kunci jawaban keempat soal tadi:

1. a. Rendra, Ramadhan KH, Goenawan Muhammad, Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi WM,
Taufiq Ismail, Sapardi Djoko Damono, Ibrahim Sattah, Ajip Rosidi, Wing Kardjo.
b. Di Rotterdam. Kota itu 8 meter di bawah laut.
c. Karena mereka menyertai festival puisi Poetry International Rotterdam.

2. a. Ahli Ilmu Jiwa Prof. Slamet Imam Santoso
b. Di tahun 1961
c. Di Bogor
d. Di depan mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Pertanian dan
Kehutanan, Universitas Indonesia (jadul banget ya??)
e. Dalam kuliah Stadium General

3. a. Miss Bel Kaufman. Dia ini bovelis dan dosen sastra. Orang Amerika
b. Dalam sebuah diskusi sastra di New York.

4. a. Tema: Keterampilan menggunakan sepuluh jari
b. Penerbitnya: perusahaan mesin tik Royal (Brosur Petunjuk Pemakaian Mesin Tik Royal).
c. Di Glodok. Atau toko mesin tik mana sajalah.

Kalau kalian penasaran ingin tahu juga makna puisi itu, ini dia terjemahan bebasnya:

Como Cambiar la Cinta
(Cara Menukar Pita Mesin Tik)

Lepaskan tutup atas dan putar pita bekas
Lepaskan pita dari jabatannya
Lepaskan gulungan dan buang pita bekas itu

Untuk menentukan posisi kepandaian kalian dalam sastra Indonesia, inilah penilaiannya:

Betul semua : Jenius sastra
Betul tiga : Calon pemenang Nobel
Betul dua : Berbakat Menteri Kebudayaan
Betul satu : Doktor Kehormatan
Betul nol : Orang normal

Dikutip dari tulisan Taufik Ismail di Tempo, 10 November 1979

ps. Saya termasuk yang normal, kalian?

Saturday, December 12, 2009

Mendeteksi Keimanan

Power tends to corrupt
Absolute power corrupts absolutely
-Lord Acton-

Kata-kata Lord Acton di atas terngiang-ngiang kembali ketika hari ini saya mengikuti pengajian bulanan di Masjid Al-Muhajirin. Kali ini, Ali Muchtar Ngabalin, MA., mantan anggota DPR RI yang mengisinya. Bang Ali, begitu beliau di sapa, memulai ceramahnya dengan pernyataan bahwa kondisi iman setiap orang berubah. Karenanya sangat sulit mendeteksi tingkat iman karena kondisi iman itu sendiri berubah-ubah. Kata Bang Ali, rusaknya suatu negara karena seseorang tidak tahu apa yang harus dia perbuat atau dia lakukan.

Kemudian pembicaraan beralih kepada masalah keluarga. Semua pemangku kekuasaan, menurut Bang Ali, tidak boleh berbohong pada istri dan anak-anaknya (jadi sama orang lain boleh dong Bang? :P). Kemudian Bang Ali menceritakan keistimewaan menjadi suami dan istri, salah satu informasi yang baru saya ketahui adalah bila sepasang suami istri berhubungan badan saat Ramadhan, maka dendanya yakni puasa dua bulan berturut-turut dibayar oleh suaminya.

Lalu bagaimana agar iman kita--meski naik turun pasang surut--tetap stabil? Perbaharuilah iman-iman kita dengan kalimat tauhid, Laa Ilaha Illallah. Menurut Bang Ali, kota metropolitan yang sarat godaan membuat setiap individu didalamnya harus selalu membina dirinya dengan keimanan. Hendaklah kita takut apabila suatu hari nanti kita tidak dapat mewariskan kepada anak-anak kita sehingga anak-anak kita nanti menjadi miskin, baik miskin jiwa, akal, dan harta.

Bang Ali mengungkapkan bahwa Ibu haruslah jadi contoh (role model) dalam menutup aurat. Ada tiga hal yang dapat membuat anak tumbuh dengan baik, yakni: pemerintah membuat sistem yang baik untuk anak-anak dan generasi muda, lingkungan sekolah anak yang baik, dan lingkungan rumah yang baik.

Sebagai penutup, Bang Ali memberi tiga nasihat, yakni:
a. Jangan memberi makan istri dan anak-anak dengan harta yang haram
b. Jangan mengulangi perilaku bohong berulang-ulang
c. Berniatlah untuk shalat di tengah malam (qiyamul lail)

Jadi, sudah seberapa jauhkah kita dari keimanan? Coba tanyakan pada hati nurani masing-masing!

ps. Untuk melihat profil Ali Muchtar Ngabalin bisa diklik disini

ps2. Berbicara tentang hijab, saya menemukan tulisan bagus dari buku Hijaab Wali, mungkin postingan selanjutnya akan saya tulis mengenai hal itu.