Thursday, November 5, 2015

Kehendak-Nya

Adalah kehendak-Nya yang mempertemukan kita
Peraturan-Nya yang memisahkan kita
Rahmat-Nya yang mempertemukan kita
Kisah kita bukan berawal di facebook
Dan berakhir di dinding-dinding kursi pengadilan
Kisah kita berawal dengan murni
Sempat kita hampir mengotorinya
Tapi sekali lagi
Dia melindungi kita dari noda dalam cinta
Ini bukan akhir perjalanan
Ini awal dari kisah luar biasa
Sebuah kisah yang membuat iri para manusia
Akan dimulai kisah baru bagi kami berdua
Pengantar menaiki bahtera
Kisah kami, kisah dua insan yang saling mencinta
Berlindung dari godaan pembisik dusta
Dengan mempercayakan diri pada Sang Kuasa



Dikutip dari: Cinta Subuh 2

Monday, August 10, 2015

Telur

Dalam setiap telur semoga ada burung dalam setiap burung
semoga ada engkau dalam setiap engkau semoga ada yang senantiasa
terbang menembus silau matahari memecah udara dingin
memuncak ke lengkung langit menukik melintas sungai
merindukan telur

Sapardi Djoko Damono, 1973

Tuesday, June 30, 2015

Mu'ayasyah ma'al Quran

Sudah satu bulan saya tidak memperbarui situs ini. Kali ini saya akan membahas kajian yang dibawakan oleh Ustadzah Ai Nurjannah. Allah swt menciptakan manusia untuk satu tujuan, yakni beribadah kepada-Nya. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam Quran surat Adz-Dzariyat ayat 56:

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."

Bagaimana cara mengabdi kepada Allah? Allah juga telah menjelaskannya dalam Quran surat Al-Bayyinah ayat 5:

"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)."

Dari ayat di atas, kita tahu bahwa untuk menyembah Allah haruslah ikhlas, tentu saja dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Lalu, apa tujuan kita beribadah pada Allah? Kita beribadah agar kita mengenal Allah (ma'rifatullah). Salah satu cara untuk mengenal Allah adalah dengan mengenal kitab-Nya. Al-Quran. Buat saya, Quran itu bagaikan surat cinta dari Sang Khalik yang diturunkan untuk hamba-hamba-Nya. Sebab, isi Quran adalah tentang Allah. Semua yang kita ingin tahu dari Allah dapat kita peroleh dari Quran. Maka, salah satu cara ma'rifatullah adalah dengan mu'ayasyah ma'al Quran.

Mu'ayasyah ma'al qur'an adalah berinteraksi dengan Qur'an. Ada lima cara dalam berinteraksi dengan Al-Quran, yakni:

1. Tasmi' (mendengarkan)
Tasmi' adalah interaksi paling sederhana dengan Al-Quran. Kita hanya perlu menyiapkan dua telinga untuk mendengarkan lantunan Quran yang dibacakan oleh seseorang.

"Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat."
[Al-A'raf: 204]

2. Tilawah (membaca)
Bacalah Al-Quran dengan tartil, yakni tidak terburu-buru dengan memperhatikan tajwid serta makhraj huruf tersebut.

"... Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan."
[Al-Muzzammil: 4]

3. Tadarrus (mempelajari)
Jika kita sudah membaca Quran, maka jangan lupa untuk mempelajari yang telah kita baca tersebut. Dari sebuah survei yang pernah dikemukakan oleh Ustadz Anwar, hanya 2% dari orang Indonesia yang khatam membaca terjemahan dari Quran. Sungguh amat disayangkan sebab membaca arti dari Quran akan menambah kecintaan dan kekaguman kita kepada Allah.

4. Ta'lim (mempelajari)
Jika kita sudah belajar, jangan segan untuk berbagi pada yang lainnya.

"Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, "Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah," tetapi (dia berkata), "Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!"
[Ali-Imran: 79]

5. Tahfidz (menghapal)

Ketika kita mulai berinteraksi dengan Al-Quran, Al-Quran akan memberikan manfaatnya pada kita, Akan ada rahmat yang berada di qalbu. Apa itu rahmat? Rahmat adalah modal hidup, sebab dengan rahmat hidup penuh kasih sayang. Tanpa rahmat, hidup akan penuh kebencian dan permusuhan.

Manfaat rahmat tertera sebagaimana difirmankan Allah dalam Quran surat Ali-Imran ayat 159:

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya."

Ada dua manfaat yang didapat dari membaca Quran, yakni mendapat syafaat dan didampingi malaikat yang selalu berbuat baik.

Ada lima cara agar kita konsisten dalam membaca Al-Quran:
1. Mu'ahadah
Kita harus memantapkan hati untuk membaca Al-Quran. Jika perlu buatlah target, misalnya dalam satu hari setengah juz atau satu juz.

2. Muraqabah
Kita harus yakin bahwa Allah mengawasi kita setiap saat.

3. Muhasabah
Kita melakukan introspeksi dan refleksi atas target yang kita buat.

4. Mu'aqabah
Kita memberi sanksi pada diri kita sendiri jika kita lalai dalam membaca Quran.

5. Mujahadah
Berusaha dan bersungguh-sungguh atas apa yang kita lakukan.

Semoga kita semua menjadi ahlul Quran dan mendapat rahmat dari Al-Qur'an, aamiin.


Wednesday, May 27, 2015

Ujub

"(Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya." [QS. Al-Kahfi ayat 104]

Ujub ialah bangga akan diri sendiri. Orang yang memiliki sifat ujub akan menjadi sia segala amalnya seperti disebutkan dalam ayat di atas.

Rasulullah saw bersabda, ada tiga hal yang membahayakan diri sendiri, yakni:
  • Kikir terhadap diri sendiri
  • Hawa nafsu yang selalu dituruti
  • Ujub terhadap diri sendiri
Putus asa dan ujub merupakan sifat yang sangat membahayakan diri sendiri. Dua sifat tersebut dapat dilawan dengan kesungguhan dan usaha.

Bahaya ujub ialah:
1. Ujub membawa diri kepada kesombongan
2. Ujub menyebabkan pelakunya mendapat dosa dan murka Allah. Untuk menghilangkannya, ia haruslah memohon ampun dan perbanyak istigfar.
3. Ujub menyebabkan pelakunya dibenci orang lain

Tidak ada manfaat sedikit pun dari ujub. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang tawadhu dan senantiasa dijauhkan dari sifat ujub.

Monday, April 27, 2015

Adab Kefakiran

Asal kalimat faqir adalah patah tulang belakang. Al-Jurnani menjelaskan bahwa fakir adalah kehilangan apa yang dibutuhkan, adapun kehilangan apa yang tidak dibutuhkan tidaklah disebut faqir. Sementara Sayyid Sabiq berpendapat bahwa faqir-miskin adalah orang yang memiliki kebutuhan dan tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Lawan dari faqir-miskin adalah orang kaya yang berkecukupan yang dapat memenuhi kebutuhannya. Kaya ialah apabila ia memiliki kelebihan dari kebutuhan pokok yang ada.

Al Raghib Al Ashfahani menjelaskan empat makna faqir dalam Al-Quran, yakni:
a. Tidak adanya kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh semua manusia di dunia
    Semua manusia pada dasarnya merupakan faqir, kita faqir terhadap Allah swt.
b. Tidak mendapatkan barang yang dibutuhkan
c. Jiwa yang serakah, merasa tidak cukup, menyeret kepada kefaqiran
    Seorang yang faqir pada dasarnya bisa saja menjadi manusia yang bahagia asalkan ia memiliki ghaniyatunnafs (hati yang kaya).
d. Faqir kepada Allah, merasa membutuhkan Allah, perlu kepada bantuan Allah swt.

Kefakiran dan kemiskinan bisa saja merupakan bentuk siksa Allah swt sebagaimana disebutkan dalam QS. Ali Imran ayat 112:
"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan (tali) perjanjian dengan manusia. Mereka mendapat murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi, tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas."

Dari ayat di atas, dapat dilihat bahwa Yahudi mendapat siksa disebabkan oleh empat hal, yakni:
- Mengingkari ayat-ayat Allah swt
- Membunuh para nabi
- Maksiat (durhaka)
- Melampaui batas (berbuat maksiat pada manusia)

Empat hal tersebut juga merupakan indikator untuk membedakan suatu musibah itu disebut ujian atau siksa.

Ada beberapa keutamaan orang faqir, yakni:
- Allah swt mencintai orang faqir yang menjaga kehormatan
- Tidak ada perbedaan kekayaan di mata Allah swt, yang membuat beda adalah ketakwaan manusia itu masing-masing. Nabi saw bahkan pernah ditegur oleh Allah swt karena mengabaikan orang miskin buta yang ingin bertanya tentang agama Islam.
- Pengikut Rasulullah saw berasal dari orang-orang faqir
- Hamba Allah swt yang paling dicintai adalah orang faqir yang qanaah dan ridha atas apa yang Allah berikan padanya.

Ada empat adab kefakiran:
1. Adab batin

Kefaqiran dipandang sebagai cobaan dari Allah swt. Pada kefaqirannya ia tidak suka namun ia memandangnya sebagai ujian karenanya ia tetap cinta kepada Allah swt.

2. Adab zahir

Menjaga kehormatan, tidak memperlihatkan kesusahan, tidak mengeluh pada kefaqiran, namun menyembunyikannya dari orang lain. Ia tidak menunjukkan kesusahannya pada orang lain, malah ia memberi kepada yang lain. Ia tidak menjadi peminta-minta. Karena sikapnya ini, orang-orang menyangkanya ia berkecukupan padahal ia faqir.

3. Adab bergaul dengan orang faqir

Rendahkan diri dan dekati orang faqir. Orang yang tawadhu pada orang miskin akan diberi ganjaran oleh Allah swt. Jangan hanya diam dan tunduk pada orang kaya ketika melihat sesuatu yang salah, sebab ketundukan hanya pada Allah swt (amar ma'ruf nahi munkar).
 

4. Adab dalam menyikapi kefaqiran

Jangan malas ibadah karena sebab kefaqiran seolah-olah ibadah yang banyak tetap membuat diri ada dalam kefaqiran. Jangan sampai berhenti bershadaqah karena sebab faqir. Usahalah yang maksimal dalam berinfaq. Shadaqah dalam masa kefaqiran lebih berharga dibanding dalam zaman kemakmuran.

Dirangkum dari pengajian bulanan Persis oleh Ustad Husen.

Tuesday, April 21, 2015

Weeping Willow

Weeping willow with your tears running down
Why do you always weep and frown?
Is it because he left you one day?
Is it because he could not stay?
On your branches he would swing
Do you long for the happiness that day would bring?
He found shelter in your shade
You thought his laughter would never fade
Weeping Willow, stop your tears, for there is something to calm your fears.
You think death has ripped you forever apart
But I know he'll always be in your heart

Quoted from My Girl (1991)

Tuesday, March 17, 2015

Barangkali Cinta

Barangkali Cinta
Jika darahku mendesirkan gelombang yang tertangkap oleh darahmu dan engkau beriak karenanya
Darahku dan darahmu terkunci dalam nadi yang berbeda
Namun berpadu dalam badai yang sama

Barangkali Cinta
Jika napasmu merambatkan api yang menjalar ke paru-paruku dan aku terbakar karenanya
Napasmu dan napasku bangkit dari rongga dada yang berbeda
Namun lebur dalam bara yang satu

Barangkali Cinta
Jika ujung jemariku mengantar pesan yang menyebar ke seluruh sel kulitmu dan engkau memahamiku seketika
Kulitmu dan kulitku membalut dua tubuh yang berbeda
Namun berbagi bahasa yang serupa

Barangkali Cinta
Jika tatap matamu membuka pintu menuju jiwa dan aku dapati rumah yang kucari
Matamu dan mataku tersimpan dalam kelopak yang terpisah
Namun bertemu di jalan setapak yang searah

Barangkali Cinta
Karena darahku, napasku, kulitku, dan tatap mataku
kehilangan semua makna dan gunanya jika tak ada engkau di seberang sana

Barangkali Cinta
Karena darahmu, napasmu, kulitmu, dan tatap matamu
Kehilangan semua perjalanan dan tujuan jika tak ada aku di seberang sini

Pastilah cinta
Yang punya cukup daya, hasrat, kelihaian, kecerdasan, dan kebijaksanaan
Untuk menghadirkan engkau, aku, ruang, waktu, dan menjembatani semuanya
Demi memahami dirinya sendiri


Karya: Dee Lestari

Sunday, February 15, 2015

Kamu

Kenapa kamu? Aku sendiri tak tahu jawaban tepatnya. Dulu jawabanku sederhana saja, sesederhana karena perihal jodoh, memang sudah ditetapkan oleh-Nya, bukan? Tapi sekarang, setelah sekian lama menggenap bersamamu?

Hmm... Baiklah, izinkan aku menarik nafas dulu sebelum mengatakan ini:

"Kita cinta sama seseorang saat kita begitu bahagianya melakukan sesuatu--apapun itu--untuknya. Saat kepadanya, kita selalu ingin memberikan yang terbaik yang kita bisa. Saat terhadapnya, kita tak perlu menyembunyikan apapun tentang kita. Saat di sisinya, kita merasakan hidup kita jauh lebih berharga. Saat bersamanya, beban hidup terasa lebih ringan."

Dan itu kamu.

Dikutip dari Nazrul Anwar

Monday, January 12, 2015

Sekufu

Dulu, sebelum hidup menggenap bersamamu, aku meyakini bahwa laki-laki yang baik hanya diperuntukkan untuk perempuan yang baik pula. Akupun sibuk memperbaiki diri, berusaha sebisa mungkin menjadi pasangan yang layak bagi siapapun yang Allah kirim untuk menggenapiku. Kamu pun datang dalam kehidupanku, menggenapkan sebagian diriku yang memang baru bisa lengkap dengan adanya kamu. Catat ya, lengkap bukan sempurna.

Sepasang manusia yang hidup menggenap tidak lantas menjadi sempurna, karena memang di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna, termasuk manusia yang sudah menggenapkan dirinya melalui ikatan suci pernikahan. Sepasang manusia yang hidup bersama bukan hanya memiliki kelebihan yang akan saling melengkapi, tapi juga kekurangan yang lebih banyak, karena kekurangannya berasal dari dua orang yang harus ditanggung dan diperbaiki bersama. Ringan dan beratnya ditentukan dari seberapa besar tanggungjawab yang kita miliki terhadap diri kita juga pasangan yang menggenapi kita. Bukan ditentukan dari seberapa besar cinta kita. Ah, untuk beberapa hal, cinta memang tak efektif untuk menyelesaikan masalah. Jadi, tak perlulah berlebihan mengagung-agungkan cinta.

Lagi-lagi kamu, makhluk yang Allah jadikan perantara langsung ataupun tidak untuk menyadarkanku, meluruskan banyak pemahaman yang awalnya aku pikir harusnya begitu, tapi tidak begitu pada kenyataannya. Keyakinanku, tentang laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik dan sebaliknya, sempat memudar di awal-awal hidup menggenap bersamamu. Bagaimana mungkin? Kamu, laki-laki yang aku harapkan ‘sekufu’ denganku, yang juga bersusah payah memperbaiki dan menyiapkan diri untuk hidup menggenap, ternyata seperti itu, memiliki kekurangan dan melakukan hal-hal yang seharusnya tak kamu lakukan, yang aku pun tak pernah menduga kalau ternyata kamu seperti itu. Dan jujur, aku kecewa menyaksikannya dengan mata dan kepalaku sendiri.

Akupun mulai bertanya, pertanyaan yang sebenarnya kurang pantas untuk ditanyakan, pertanyaan tentang janji Allah untuk menggenapkan perempuan yang baik dengan laki-laki yang baik. Pertanyaan yang kutujukan pada diri sendiri, yang kudapatkan jawabannya melalui seorang perantara yaitu kamu: Apa iya, kamu adalah yang terbaik untuk menggenapiku?

“Kamu tahu, dulu aku bersusah payah untuk memperbaiki diri, mempersiapkan diri agar layak untuk mendampingi pasangan yang akan menggenapiku?” Suaraku tercekat sampai situ, tak ada keberanian untuk melanjutkan pada kalimat selanjutnya, kalimat yang sebenernya adalah inti dari apa yang ingin kubicarakan padamu, tentang kekuranganmu, tentang betapa aku kecewa atas beberapa sikapmu.

“Makasih ya, sudah berusaha dengan begitu keras, aku merasa beruntung sekali bisa menggenapimu.” Katamu waktu itu, setelah tersenyum, setelah sekian detik aku diam karena bingung harus berkata apalagi, tak berani mengutarakan apa yang sebenarnya ingin aku sampaikan. Lalu kamu tersenyum lagi, sebelum melanjutkan kata-katamu. Senyum, yang semakin membingungkan perasaanku.

“Aku dulu juga sama, berusaha untuk memperbaiki dan mempersiapkan diri. Cuma mungkin masih belum sekeras kamu. Tapi bukan karena ingin mendapatkan pasangan yang baik. Aku melakukannya ya karena untuk diri sendiri, karena Allah memang menyuruh kita untuk senantiasa memperbaiki diri, bukan? Walaupun perbaikan itu begitu kecil di mata orang lain. Karena dengan memperbaiki diri itulah, kita akan mendapatkan banyak kebaikan yang lainnya, salah satunya diberikan pendamping hidup yang juga baik. Kayak kamu...”

“Sekarang, aku juga masih sibuk memperbaiki diri, lebih keras dari sebelum ada kamu, karena tanggungjawabku jadi bertambah. Aku juga harus bertanggungjawab atas kamu, aku akan berusaha untuk menjadi pasangan sebaik mungkin buat kamu. Tapi, aku butuh kesabaran kamu...”

****

Well, tak ada yang salah dari janji Allah yang kuyakini: bahwa perempuan yang baik, hanyalah untuk laki-laki yang baik pula. Yang salah adalah caraku memahaminya. Harusnya, seperti kamu, yang kadang ngeselin banget tapi juga mencengangkan. Selayaknya, seseorang memperbaiki dirinya sendiri memang karena dirinya sendiri, selain Allah juga memang menyuruh kita untuk memperbaiki diri. Bukan karena orang lain, bukan juga karena mengharapkan pasangan yang baik. Karena pasangan yang baik itu, akan otomatis mengikuti, kalau kita sudah berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki diri.

Masalahnya, sesuatu yang dilakukan karena orang lain, atau dilakukan karena mengharapkan sesuatu yang lainnya (karena mengharapkan pasangan yang baik misalkan), hanya akan banyak mengundang rasa kecewa. Sebaliknya, sesuatu yang dilakukan karena Allah, karena pemahaman yang baik dalam dirinya sendiri, akan selalu menentramkan hati. Sesulit apapun proses yang harus dijalani.

Dan yang harus dipahami, karena baik itu adalah proses sepanjang hayat, tidak semua perempuan atau laki-laki yang baik itu, beruntung dipertemukan dengan pasangannya masing-masing dalam kondisi yang sama baiknya. Ada beberapa yang tak kalah beruntung, yang dipersatukan dalam kondisi yang salah satunya belum begitu baik, tapi punya potensi dan keinginan untuk selalu memperbaiki diri. Tinggal masalah waktu dan kesabaran saja, yang belum baik itu akan menyamai bahkan melebihi yang sudah baik. Kayak kamu, yang sekarang sudah jauh berlari meninggalkan aku. Huh, curang.

 Dikutip dari : ___ Genap karya Nazrul Anwar

ps. Semoga setiap kaum hawa disadarkan dari tingginya ego ;)

Tuesday, January 6, 2015

Ihsan

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
[QS. An-Nisa ayat 1]

Ayat diatas menekankan pentingnya silaturrahim. Salah satu bentuk silaturrahim adalah dengan ihsan. Apa yang dimaksud dengan ihsan? Ihsan ialah beribadah kepada Allah swt seakan-akan melihat-Nya. Ihsan juga disebut sebagai berbuat baik. Lalu bagaimana cara kita mengenal Allah swt? Dengan mempelajari ilmu tauhid, kita akan mengenal Tuhan kita.

Perintah untuk berbuat baik kepada manusia terdapat dalam QS. An-Nisa ayat 36,
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri."

Islam sangat menghargai kesalehan seseorang. Kebaikan yang dilakukan juga memiliki tingkataN, yakni: orang tua, kerabat dekat, anak yatim, orang miskin, tetangga, teman, hamba sahaya. 

Kepada binatang dan makhluk hidup lain, kita juga harus berbuat ihsan. Ada suatu penelitian di Amerika Serikat bahwa hewan yang disembelih dengan cara Islam (dibaringkan ke sebelah kiri, ditenangkan, serta dibacakan bismillah saat akan menyembelihnya) lebih merasa tidak sakit dibanding hewan yang dibunuh dengan cara disuntik/dipingsankan.

Hukuman mati sebaiknya dilakukan terbatas kecuali hukum cambuk boleh dilakukan di hadapan orang-orang mukmin untuk membuat jera.

Orang yang berdosa besar tetapi dengan tulus ikhlas memberi makan/minum orang lain atau makhluk hidup lainnya akan diampuni dosanya oleh Allah swt.

Seperti dikutip dari ceramah Ustadz Dr. Jeje Zainuddin

Sunday, January 4, 2015

Perempuan

Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karena cinta
Digenangi air racun jingga adalah wajahmu
Seperti bulan lelap tidur dihatimu
Yang berdinding kelam dan kedinginan

Ada apa dengannya
Meninggalkan hati untuk dicaci
Baru sekali ini aku melihat karya surga dalam mata seorang hawa

Ada apa dengan cinta
Tapi aku pasti akan kembali
Dalam satu purnama
Untuk mempertanyakan kembali cintanya

Bukan untuknya
Bukan untuk siapa
Tapi untukku
Karena aku ingin kamu
Itu saja



Oleh: Rako Prijanto