Sunday, August 31, 2008

Mohon Maaf Lahir Batin!

Mari kita:

> Setting Niat
> Upgrade Iman
> Download Sabar
> Upload Usaha
> Update Doa
> Top-up Ilmu
> Delete Dosa

Met Shaum!

Semoga Ramadhan kali ini lebih baik dari sebelumnya!

Ps. Maafin aku ya..

Wednesday, August 27, 2008

La La La La Bekhab

la la la la bekhab

donya khasise

vase kam adami khub minevise

yeki labhash tu khbam ghrghe khandas

yeki cheshmash tu khabm khise khise


Mau tahu artinya??
Cari saja di kamus Persia...hihihi... atau menunggu postingan saya 3 bulan kemudian..

Wednesday, August 20, 2008

Sekolah: Tempat Pencarian

Setelah menonton film Harry Potter and The Prisoner of Azkaban, saya jadi teringat dengan masa sekolah dulu. Sekolah ialah tempat bermain, bereksperimen, serta bersosialisasi. Tempat mewujudkan impian menjadi kenyataan. Tempat menaruh asa melalui perjalanan kehidupan.

Sayangnya, tak semua sekolah seperti itu. Sistem kapitalistik telah mengubah sendi-sendi kemanusiaan menjadi mesin. Manusia layaknya robot, tak peduli dengan sesama dan kondisi sekitar. Teknologi sebagai alat silaturrahim malah membuat manusia terasing. Media pun menambah beban tersebut menjadi makin berat. Tak ada idealisme, apalagi etika dan tanggungjawab sosial. Sekolah seharusnya mengajarkan “sense of nation”, rasa kebangsaan. Pendidikan tak hanya transfer of knowledge, tapi turut memproduksi kultur nasionalisme.

Dulu, di sekolahlah, saya belajar kedewasaan dan persahabatan. Belajar arti tanggungjawab dan kemandirian. Kadang tidak melulu indah, ada pil pahit yang mesti ditelan begitu saja. Ada sedih yang mendalam pada masa-masa itu. Namun, bila obat tersebut telah melaju melalui kerongkongan dan menjalar menerobos masuk ke dalam tubuh, sakit tidak akan terasa lagi. Duka menjadi sirna dan sedih berganti gembira.

Layaknya kepompong, ada proses menyakitkan yang mesti dilewati. Kadang, sahabat terbaik atau teman terkasih harus direlakan pergi dan menghilang. Namun, bila kita sabar dalam masa-masa yang yang menyulitkan, akan ada akhir yang indah untuk dinanti. Jawaban atas penantian yang tak henti. Kisah indah yang diceritakan kepada tiap orang dan akan abadi.

Tak usah berlari ke mana-mana untuk mencari bulan
Tak perlu berkelana untuk melihat kemari
Datang saja kemari
Ke rumah cinta ilalang
Kami sedang bersama: berdialektika tentang berjuta makna
(Afifah Afra)

Monday, August 11, 2008

Sepi

Di bawah ini ada puisi dari pujangga besar Iran abad ke-13, Saadi. Puisi ini dikirimkan seorang Agha untukku, kalian, dan kita..

sepi

indahnya taman ini tak ubahnya sebuah kuburan bagiku
karena ketenangan jiwa dan penyejuk hatiku tak ada di sini
jasadku hadir di sini tapi jiwaku hadir di sana
badanku sakit karena jiwaku tak bersamanya
aku melihat langit di sini
tapi ku lihat bintang di sana
wahai angin pagi pabila keharuman bersamamu singgahlah di hatiku
kepada siapa aku mengadu dari kesepian ini
siapakah gerangan yang mampu membuatku bahagia atau
bawalah aku ke tempat muhrimnya cinta ini
pemandangan indah tak berarti bagiku
bagiku indah hanya dengan memandangmu
wahai pecinta sejati dunia ini bukan tempatmu
bersiaplah menuju keabadian bersama orang-orang yang bebas

adakah yang tahu seberapa sabarnya malam menunggu datangnya pagi?
hanya yang berada dipenjara cinta mengetahui ini
suatu hari aku pergi ke taman hanya untuk menghilangkam kesepian ini
tapi apa yang kudapat
ketinggian dan keindahan cemara tak satupun yang menandingi keindahanmu
keindahan cintamu membuat sumpah atas namamu tak bernilai
karena dengan tanah bekas jejakmu saja sudah merupakan sumpah suci bagiku
untuk mendapatkan hatimu hanya dengan melihatmu
bila engkau datang menemuiku
wajahku siap menjadi permadani langkah kakimu
bukankah khayalan ini adalah harapan?
laksana benih yang akan tumbuh di hari kemudian
terperangkap cintamu adalah awal kebahagian sepanjang zaman
khayalan ini datang dari keajaiban cintamu
cobalah kau bercermin pasti kau dapati kalau
di setiap ujung rambutmu ada hati yang sedang menggantung
orang yang melihat bajumu saja
bagaikan melihat bunga-bunga di taman
yang ingin mendapatkan cintamu bukan hanya aku
berapa banyak orang yang berdoa hanya untuk cintamu
tapi cinta mereka tak ubahnya seperti daun berguguran tak bernilai
tapi cobalah singgah di hatiku
engkau akan melihat gunung alvand b'diri kokoh dihadapanmu
kekuatan untuk tidak mengingatmu tak ada padaku wahai kasihku


Gimana? Bagus kan?

Ps. alvand adalah nama salah satu gunung di iran

Saturday, August 9, 2008

Kisah Kalbu pada Nurani

"Apakah kau mencintainya?" tanya Nurani suatu hari

"Apa kau gila?”

“Aku mencintainya melebihi diriku!" jawab Kalbu

"Lalu kenapa kau menjauh darinya?" tanya Nurani penuh selidik

"Entahlah" Kalbu hanya terdiam

"Apa dia tidak mencintaimu?" Nurani kembali bertanya

"Kurasa cintanya padaku sederas hujan dan sebanyak bintang di langit"

"Ini semua salahku," Kalbu terduduk lemas

"Kenapa?" tanya Nurani

"Karena aku terlanjur jatuh cinta pada cahaya kesholehannya," jawab Kalbu sambil memandang penuh arti kepada Nurani.

Kemudian sambil menghela nafas panjang Kalbu berkata,

"Cahaya kesholehan pada seseorang adalah sesuatu yang sangat langka di dunia ini, dan untuk mendapatkannya diperlukan cara-cara yang halal."

"Dan bila kita mendapatkannya dengan cara-cara tidak halal maka yang kita dapat hanyalah sebuah raga tanpa jiwa, karena cahaya itulah yang membuat cinta menjadi nyata. Cinta yang menembus batas ruang dan waktu melewati nilai-nilai fisik dan keduniawian."

"Ah… Siapa yang peduli dengan hal itu? Yang penting kan kalian saling mencintai," sergah Nurani

"Memang benar tapi cinta yang tidak dinaungi cahaya kesholehan akan cepat memudar seiring waktu. Lambat laun dia akan mengikis jiwa-jiwa yang lemah dan menjauhkannya dari Rabbnya"

"Lambat laun hati orang tersebut akan membeku menjadi batu. Nasihat-nasihat akan terpancarkan bak angin lalu. Maka selanjutnya, jiwanya akan mati tak berarti dan raganya cuma mayat hidup di hadapan Rabbnya" jawab Kalbu dengan tenang.

"Lalu apa yang kau lakukan?" tanya Nurani sambil memegang bahu sahabatnya itu

"Hanya ada dua pilihannya," jawab Kalbu penuh takzim

"Yaitu?" tanya Nurani

"Bila Rabbku mengizinkan kami bertemu, insya Allah bila saatku sudah tiba maka aku akan melamarnya langsung"

"Lalu yang kedua?"

"Bila Rabbku tidak menakdirkan kami, aku rela bila dia menikah dengan seorang pemuda yang sholeh," jawab Kalbu mantap.

"Kenapa seperti itu? Bukankah justru itu akan membuat hatimu semakin sakit?" tanya Nurani dengan herannya.

"Memang, tapi bagiku akan jauh lebih sakit bila cahaya kesholehan itu hilang dari dirinya. Karena aku terlanjur jatuh cinta pada cahaya itu bukan pada fisik, harta, maupun keturunannya".

"Aku lebih baik kehilangan wujud fisiknya, ketimbang harus kehilangan cahaya itu. Dan aku rela mengorbankan apapun termasuk diriku sendiri untuk mempertahankan cahaya itu," jawab Kalbu penuh arti.

Tak terasa setitik air menetes dari mata Nurani mendengar kisah sahabatnya. Matahari pun kembali ke peraduannya sambil membawa kedukaan resah dan gelisah semua orang kala itu.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali Imran: 14)

(Diambil dari blog Kang Yoga dengan sedikit perubahan)

Friday, August 8, 2008

Alhamdulillahirabbil'alamiin..

Kapok!!!

Ga lagi-lagi deh!

Tak ada transportasi
Tatapan nanar penjaga tiket
Kerlingan penjaga rokok
Kerutan dahi dan sinisan mata dari tiap ikhwan
Picikan mata lelaki hidung belang
Godaan syaitonirrajim
Tanda tanya dari tiap tetangga
Larian seorang gadis
Tangga yang hampir rubuh

Tangan yang menggapai-gapai
Tercekatnya tenggorokan
Dua lembar uang ribuan
Kekhawatiran ibu
Lampu sen mobil dan siulan jahil


Hiiiy...

Allahu rabbi...

Aku begitu ngeri...

Alhamdulillahirabbil'alamin..

You save me, Allah..!!!

Friday, August 1, 2008

Melawan Gejolak

"Hai jiwa yang tenang
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya
Maka masuklah di dalam jamaah hamba-hamba-Ku
Dan masuklah dalam surga-Ku"

[Al-Fajr: 27-30]

ps. Ya Allah hanya rahmat-Mu-lah yang kuharapkan... Karena itu, jangan biarkan aku mengikuti nafsuku sendiri walau sekejap mata pun. Perbaikilah keadaanku semuanya. Tiada Rabb selain Engkau...

Hampir Pingsan!!!

Ya Allah… tadi aku hampir pingsan! Alhamdulillahirabbil’alamiin… ada Nyo-Nyo yang bersedia menolong. Thanks Nyo! Jasamu tak akan kulupakan. Jadi, begini ceritanya… eng..ing..eng…

Hari ini, actually dari kemarin sih, darah di ovariumku meluruh sehingga dinding rahim mengeras dan terjadilah kram perut yakni meregangnya otot-otot di sekitar rahim. Tapi, kemarin darahnya yang meluruh, hari ini reaksi kramnya. Tak terperi dengan kata-kata deh. Bukan! Bukan karena enak, tapi sakiiit banget!

Hmm… gimana ya? Kalau digambarin itu rasanya seperti cutter berkilat diiris secara perlahan-lahan ke perut. Perlahan dan perlahan… Nah, sakitnya kayak gitu tuh… Mantab kan? Dan ini selalu terjadi setiap bulan, setiap tahun, dan seterusnya hingga nanti. That’s why, wanita disebut sebagai makhluk perkasa. Bukan... bukan seperti yang pernah dikatakan Dipo bahwa wanita punya buah dada dan vagina, tapi karena wanita memiliki rahim yang dengannya ia mengemban amanah untuk menjadi seorang ibu yang penuh kasih sayang. Pantaslah jika ibu itu penuh cinta, wong selama hidupnya ditempa sakit yang begitu rupa. Can’t imagine, bagaimana jika melahirkan bayi yah? Apalagi jika tidak didampingi sama suami. Wah.. wah... Ok, back to topic!

Well, biasanya sakit perutnya tidak seperti ini. Sakit sih sakit. Tapi, bukan pakai cutter, biasanya pakai silet (loh, apa bedanya sakit juga toh?) tapi kan nggak parah. Nah, pas saya naik kereta jurusan Jakarta-Bogor jam 11.00 WIB, tidak ada satu orangpun (baca: laki-laki) yang memberikan tempat duduk untuk saya (hal seperti ini memang sudah biasa di angkutan umum Indonesia).

Di saat-saat itulah, kejadian itu muncul. Entah kenapa? Sakit di perut saya benar-benar menggila. Lebih dari sekedar cutter atau silet. Rasanya perut saya diiris-iris golok, ditinju, dan isinya diaduk-aduk (horor banget!). Banget! Sakit banget! Yang terjadi selanjutnya ialah dengkul saya melemas, otot saya mengendur, dan tungkai menjadi lunglai. Karenanya, saya harus berpegangan di tiang-tiang kereta api (biasanya nggak loh!). Kemudian, mata saya mulai meredup. Suara-suara tiba-tiba hilang. Senyap. Saat itu udara terasa dingin sekali. Laksana berada di kutub selatan tanpa jaket tebal. Padahal, saya berangkat di siang hari dengan cuaca panas. Saya tahu pada saat itu ada sesuatu yang tidak beres akan terjadi. Dan entah mengapa, saya merasa saya akan pingsan.

Seketika saya membaca istighfar sebanyak-banyaknya. Astaghfirullahaladziiim! Saya berdoa agar Allah memberikan kekuatan agar sampai di tempat tujuan dengan selamat. Tapi, apa yang terjadi? Otot saya bertambah kendur. Suara-suara tidak terdengar. Dan yang lebih parah, penglihatan saya menjadi kabur. Tadinya, saya dapat melihat bentuk dengan jelas. Namun, lama-kelamaan berubah menjadi mozaik-mozaik yang terbang tak beraturan hingga menjadi siluet yang berpendar di sekitar saya.

Sontak, saya berpegangan pada teman saya. Alhamdulillah! Ketika itu, saya bersama teman. Kalau tidak, saya mau pegangan sama siapa? Nyo-Nyo langsung melotot memandang saya dan berkata …. (saya tidak tahu teman saya berkata apa, segalanya terlihat buram dan blur). Saya hapal betul lototannya karena begitu dekat dengan mata saya. Saya kemudian berkata, “Nyo, kayaknya gue mau pingsan deh!”. Anehnya, saya tidak dapat mendengar suara saya sendiri.

Alhamdulillah! Seorang bapak yang duduk memberikan tempat duduknya untuk saya (makasih banyak Pak!) dan segera saja saya duduk. Alhamdulillah selalu, tukang jualan minuman lewat. Segeralah saya membeli air mineral ukuran gelas untuk menyegarkan pikiran. Dan tiba-tiba pendar-pendar itu bersatu kembali. Membentuk titik… garis… kotak… bangun… dan terciptalah ruang. Saya pun dapat mendengar suara saya kembali. Suara pertama yang saya dengar ialah suara Nyo-Nyo itu. “Tau gak Put? Lo tuh pucat banget tadi!”.

Pucat banget… Seperti Harry Potter yang terkena ciuman dementor. Rasanya saat itu malaikat Izrail sedang berada dekat saya. Entah menarik ubun-ubun siapa?

Ps. Penderitaan belum berakhir, karena saya harus lompat dari kereta api dan menyusuri rel untuk mencapai kampus. Kereta api mogok!