Sunday, December 29, 2013

The Impossible Dream

To dream the impossible dream
To fight the unbeatable foe
To bear with unbearable sorrow
To run where the brave dare not go


To right the unrightable wrong
To love pure and chaste from afar
To try when your arms are too weary
To reach the unreachable star

This is my quest
To follow that star
No matter how hopeless
No matter how far

To fight for the right
Without question or pause
To be willing to march into hell
For a heavenly cause

And I know if I'll only be true
To this glorious quest
That my heart will lie peaceful and calm
When I'm laid to my rest

And the world will be better for this
That one man, scorned and covered with scars
Still strove with his last ounce of courage
To reach the unreachable star


The Impossible Dream--Man of La Mancha

Thursday, December 19, 2013

Kode // Genap-38 [Diorama-197]

Izinkan aku memulai cerita ini dari sepenggal akad yang kamu ucapakan di pelaminan. Bukan karena sebelum itu kita tak punya banyak cerita, tapi karena sebelum itu kita tidak saling bertanggungjawab atas diri kita masing-masing. Kamu bukan tanggungjawabku, begitu sebaliknya. Apalah artinya repot-repot menghabiskan pikiran dan perasaan untuk seseorang, yang sebenarnya orang itu bukan tanggungjawabnya kita. Apalah hebatnya berkorban untuk seseorang, yang sebenarnya orang itu tidak layak atas pengorbanan kita. Bukan berarti tak boleh, hanya saja masih ada yang lebih berhak untuk bersemayam dalam pikiran dan perasaan kita, masih banyak yang lebih layak untuk mendapatkan pengorbanan kita; keluarga kita, orang-orang terdekat kita, orang-orang yang selama ini begitu berarti bagi kehidupan kita, mereka-mereka yang memang menjadi tanggung jawabnya kita. Bukan orang lain yang entah siapalah.

Memang sudah selayaknya seorang perempuan menitikkan air mata, ketika seorang laki-laki mengucapkan akad untuk menggenapinya. Bagaiamana tidak, akad adalah prosesi penyerahan tanggungjawab dari orangtua kepada seorang laki-laki. Ketika seorang perempuan mendengarkan akad yang diucapkan laki-laki yang menggenapinya, saat itu juga tanggungjawab berpindah. Bayangkan, perempuan, makhluk yang selalu butuh kepastian mempercayakan dan menitipkan masa depannya pada seorang laki-laki yang belum begitu lama dikenalnya, menggantikan orangtua yang sudah dari lahir membersamainya. Ada rasa bahagia, sedih, khawatir, yang bercampur-aduk dalam satu waktu, yang sangat cukup menghasilkan zat bernama air mata. Akupun mengalaminya. Dan kamu tahu? Selalu ada perempuan lain yang menitikkan air mata lebih banyak daripada pengantin perempuan dalam seremoni sakral itu; perempuan yang biasa aku panggil dengan sebutan mama.

Aku pikir sederhana saja, ibu manapun akan sedih berpisah dengan anak perempuan yang dilahirkannya, dengan anak yang selama ini membersamainya. Tapi ternyata, masalahnya tidak sesederhana itu. Setidaknya bagi mama. Aku baru mengerti betapa rumitnya hubungan itu, betapa sulitnya melepaskan orang yang kita cintai walaupun itu untuk kebahagiaannya, betapa dibutuhkan keikhlasan tingkat tinggi untuk melepaskan peran yang sudah berpuluh-puluh tahun melekat. Dan aku baru tahu belakangan, betapa seorang ibu membutuhkan kesiapan yang lebih untuk menikahkan anak perempuannya, daripada si anak itu sendiri.

Laki-laki yang menggenap masih bertanggungjawab atas ibunya, bakti utamanya masih tetap ibu. Bahkan di beberapa kasus, seorang laki-laki yang sudah menikah, harus mengambil peran sebagai ayah dalam keluarganya. Sedangkan perempuan, ketika ada laki-laki yang menggenapinya, pada saat akad terucap, perempuan itu menjadi tanggungan suaminya, bakti utamanya berpindah dari orangtua ke suami. Hak dan kewajiban seorang ibu otomatis berkurang banyak, saat anak perempuannya menggenap. Dan itu bukan perasaan yang sederhana. Seorang ibu yang belum siap melepaskan anak perempuannya, terkadang tidak bisa mengendalikin diri untuk tidak terlalu mencampuri urusan rumah tangga anaknya, masih merasa punya hak dan kewajiban yang sama sebelum anak perempuannya menggenap. Hak dan kewajiban yang sebagian sudah otomatis berpindah tangan melalui akad.

Mamapun pernah mengalami hal yang sama di awal-awal fase menggenap kita. Betapa beliau bersusah payah untuk menahan diri agar tidak terlalu mencampuri urusan rumah tangga kita, tapi di sisi lain betapa dia ingin mengetahui keadaan putri kesayangannya ini setelah menggenap, memastikan aku baik-baik saja. Sampai di satu titik, mama menemukan formula tersendiri dengan peran yang baru ini; mencampuri jika diminta, mengingatkan jika aku sudah keterlaluan, meluruskan jika salah, memberikan masukan jika dirasa perlu. Dan satu hal yang aku tahu, doanya tak pernah berkurang sedikitpun untukku.

Dulu sebelum aku hidup menggenap bersamamu, pernah ada seorang laki-laki yang mendekatiku. Dan sepertinya, dari komentar mama dari ceritaku bagaimana laki-laki itu mendekatiku, bagaimana latar belakang dan kepribadiannya, mama tidak terlalu suka dengan laki-laki itu. Sebenarnya, waktu itu aku juga masih bingung menyikapi laki-laki itu, sampai akhirnya mama memberikan kode dengan nasihatnya, kode yang sudah cukup jelas bagiku tentang ketidaksetujuan mama. Kode yang membuatku bersikap tegas pada laki-laki itu untuk tidak mendekati dan mengganggu hidupku lagi. Kata mama waktu itu;

“Perempuan yang baik, perempuan yang solehah, hanya layak dihargai dengan surga, Sayang. Jadi, siapapun laki-laki yang akan menggenapimu nanti, pastikan kamu yakin kalau dia bisa membawamu ke surga.”

Di kesempatan yang lain, ketika aku sangat risau dengan jodoh yang tak kunjung tiba, ketika aku sudah mulai lelah dengan segala upaya yang tidak menampakkan hasil, mama juga yang menguatkan dan memberikan kode sampai aku benar-benar mengerti urusan jodoh ini.

“Kita memang tak pernah tahu siapa ditakdirkan untuk siapa, tapi takdir tak selalu berupa intervensi Tuhan terhadap makhluk-Nya. Ada juga takdir yang disebut dengan sunatullah, takdir berupa hasil dari apa yang kita usahakan. Siapa jodoh kita memang sudah tercatat rapi di lauhul mahfudz sana, tapi bagaimana seseorang sampai pada jodohnya tentu saja tergantung dari usahanya. Jika belum sampai, mungkin itu adalah kode, kalau ada sunatullah yang belum dipenuhi, ada ikhtiar yang masih belum disempurnakan, ada doa yang tak sempat dilantunkan. Bahkan jika merasa segala upaya sudah dicoba, tapi tak kunjung jua sampai pada jodohnya; tetaplah berusaha dan berdoa. Jangan khawatir, karena ada pahala dalam setiap doa dan usaha, ada sederet kesabaran dalam proses menunggu, ada kekuatan yang tersembunyi dibalik ujian. Tetaplah berusaha, Sayang. Sambil menyerahkan segala urusan pada-Nya, maka yang terbaik akan datang dalam kehidupan kita. Entah itu urusan jodoh, atau yang lainnya.”

* * *

Jadi aku harap kamu mengerti, kenapa aku tetap menyediakan ‘ruang khusus’ untuk mama dalam kehidupan rumahtangga kita. Semoga itu tak mengurangi sedikitpun hak dan tanggungjawabmu selaku laki-laki yang menggenapiku. Dan aku harap, semuanya sudah jelas. Tak ada lagi pembahasan sejauh mana mama boleh mencampuri rumah tangga kita. Karena beliau sudah mengerti bagaimana seharusnya. 

bersambung…

*Disalin dari notes facebook milik Nazrul Anwar

Wednesday, November 6, 2013

Surat

Mengapa ada sepi, pada mata yang luka?

Membaca surat cintamu
Laksana nyalakan lentera saat gulita
Suratmu kudus dan perawan
Pada tiap potong mozaik zaman

Membaca lagi suratmu
Hatiku bergetar riuh
Dalam dekapan rindu

Suratmu  jadi pelukan resah
yang merayap pada senyap saat
Airmata meluruh pada sajadah
Deras jatuh tumpah membuncah

Suratmu bicara
Menembus ruang hampa, nircahaya
Menyapu hati beku, jasad kaku
Getar meregang urat nadi

Sesali bara yang jadi abu?
Ah,

Suratmu memapah
Tapaki lembaran baru
Dengan langkah tertatih
Hadapkan wajah penuh nanah
Pada terang rona purnama

Suratmu menyapa
Jiwa yang mokhsa
Pada pias cahaya
Tanpa warna, tanpa rupa

Suratmu  teka-teki
Yang selesai kuterka
Saat api hangati kaki

Surat cintamu telah kubaca
Mengapa ada sunyi, pada hati yang duka?

Karya : Musafir Hayat

Tuesday, October 15, 2013

Slaughtering Our Attachments

Many years ago, our father Ibrahim (AS) made a choice. He loved his son. But He loved God more. The commandment came to sacrifice his son. But it wasn’t his son that was slaughtered. It was his attachment. It was his attachment to anything that could compete with his love for God. And the beauty of such a sacrifice is this: Once you let go of your attachment, what you love is given back to you–now in a purer, better form. So let us ask ourselves in these beautiful days of sacrifice, which attachments do we need to slaughter?

-Yasmin Mogahed-

Eidul Adha Mubarak! May Allah bless us and accept our deeds :)

Tuesday, September 17, 2013

Istri Hamka

Pada Ramadan ini saya ingat cinta seorang lelaki berkopiah kepada seorang perempuan muslimah—mungkin perempuan terbaik dalam hidupnya.

Di masa sulit pemerintahan Soekarno, di suatu sore di bulan Ramadan, muslimah yang dicintai seorang lelaki berpeci itu menunggu kedatangan tukang susu murni. Tukang susu langganannya biasa mengantar susu tiap sore pukul empat. Sementara anaknya, yang rutin minum susu murni itu, biasa minum pukul lima sore.

Tapi pukul empat, setengah empat, pukul lima berlalu—tukang susu tak kunjung datang.

Perempuan itu mulai panik.

Waktu maghrib datang tukang susu baru tiba. Perempuan muslimah yang khawatir itu melangkah tergesa-gesa ke luar rumah. Mungkin akan marah-marah. Cepat-cepat tukang susu mengeluarkan termos kecil dari tasnya, menyerahkan susu pesanan perempuan itu, dan meminta maaf. “Ada halangan di jalan,” katanya. Tukang susu kemudian buru-buru mohon ijin membatalkan puasa.

Tapi perempuan muslimah itu tidak marah-marah—kita sudah salah sangka. Malah ditawarinya tukang susu untuk berbuka puasa bersama suami dan anak-anaknya. Tukang susu menolak, mungkin segan. Apalagi ia baru saja bikin salah. Tapi barangkali kebaikan memang harus diperjuangkan: kalau menolak ke dalam, makan di teras saja. Terjadilah kompromi. Atas buka gratis yang tak bisa ditolak hari itu, tukang susu berkata: “Terima kasih. Saya belum pernah menemui ibu yang sebaik Ibu.”

Setelah peristiwa itu tukang susu selalu datang lebih awal, sekitar pukul tiga sore, dengan susu perahan yang masih hangat—tapi, tentu saja, bukan ini yang penting.

Di sore Ramadan yang lain, bertahun-tahun setelah peristiwa tukang susu, sehabis perempuan itu menyiram bunga-bunga di halaman, seorang pedagang pisang berhenti.

“Permisi, Nyonya Besar,” katanya, “tolong dibeli supaya saya bisa buka puasa dan buat ongkos saya pulang ke kampung.”

Perempuan itu mengamati tandan-tandan. Hanya dilihatnya pisang yang layu dengan kulit yang bocel-bocel.

Mengerti kekurangan-kekurangan pisangnya, tukang pisang itu sekali lagi memohon dengan risau. “Saya jual dua sisir sepuluh ribu, Nyonya.”

Tapi transaksi belum terjadi ketika terdengar adzan maghrib. Tampak tukang pisang kebingungan. Mungkin karena ia tak ada rupiah atau sekedar air putih buat membatalkan puasa. Nyonya baik hati itu mengerti: ia menawarkan tukang pisang untuk membatalkan puasa sekalian makan bersama suami dan anak-anaknya di dalam rumah.

Tapi, sama seperti cerita tukang susu, tukang pisang merasa sungkan, “Saya minta air teh saja, jangan diajak masuk.”

Perempuan itu tidak memaksa. Ia hanya meminta pembantu membawakan minum dan kolak pisang, beserta nasi dan lauk pauk sebagai makan malam tukang pisang.

Selesai berbuka dan makan malam sang nyonya membeli pisang dua sisir. Ia tak memborongnya. “Kalau saya semua nanti malah saya yang jadi tukang pisang,” perempuan itu bergurau. Ia memberi tukang pisang sepuluh ribu, ditambah lima belas ribu—tambahan buat ongkos pulang naik angkot, bis, dan ojek.

Tentu saja kebaikan perempuan itu tidak hanya di rumah, dan tidak hanya kepada kaum yang sering membungkuk dalam-dalam tiap ketemu tuan dan nyonya besar seperti tukang pisang dan tukang susu dalam cerita di atas.

Tiap Ramadan, perempuan itu membuat daftar siapa-siapa kerabat yang akan dikunjungi. Ia tak pilih-pilih, entah itu kaya atau miskin. Selama masih di Jakarta, bahkan kerabat yang rumahnya di tengah wilayah pelacuran pun didatangi. Ia tak peduli kata orang karena tak ada yang salah dengan silaturahim (saudaranya sampai menangis karena haru). Dan ia tidak mengharuskan yang lebih muda mendatangi yang tua—semua sama, tak ada yang harus merasa paling layak untuk memulai.

Mungkin karena akhlak semacam itu, lelaki berkopiah yang mencintai perempuan muslimah baik hati itu menaruh hormat. Lelaki itu, misalnya, menuruti saran sang perempuan agar dirinya tidak menerima pangkat mayor jenderal tituler dari pemerintah (wakil pemerintah dalam hal ini, waktu itu, Jenderal Nasution). Begitu pula saat lelaki itu ditawari menjabat Duta Besar RI di Arab Saudi. Kekuasaan dan kelimpahan harta di depan mata, tapi perempuan yang selalu di sisinya bertanya: kalau sibuk, kapan waktu untuk mengaji Al-Quran yang tidak pernah ditinggalkan sejak kecil, kapan waktu untuk membaca dan menambah ilmu—pertanyaan yang bertaut pada akhirat.

Perempuan itu ingin lelaki yang mencintainya, yang dicintainya, memilih peran di sebuah masjid yang baru berdiri di dekat komplek rumahnya: Masjid Agung Al-Azhar. “Lebih terhormat di hadapan Allah,” katanya—kita bisa membayangkan tatapannya yang lembut tapi yakin.

Dan lelaki itu menurut. Perempuan itu telah memberinya keteguhan hati: jangan-jangan ia memang tak butuh pangkat dan jabatan, jangan-jangan ada yang jauh lebih berharga ketimbang sejumlah rupiah dan sebuah posisi.

Maka saya ingat, setelah perempuan itu wafat, lelaki berkopiah itu selalu salat taubat jika ingat padanya—perempuan terbaik dalam hidupnya—dan kuat sekali lanjut membaca kitab suci sampai 5-6 jam—sampai mengantuk, sampai 6-7 kali khatam per bulan. Ketika anaknya bertanya kenapa ia begitu rajin, sampai salat taubat segala, lelaki itu berkata sesuatu yang memang tak mudah: “Ayah takut, kecintaan Ayah kepada Ummi melebihi kecintaan Ayah kepada Allah.”

Saya ingat siapa lelaki yang mengajari kita tentang cinta dan akidah itu: namanya Hamka. Dan perempuan itu: istrinya.

Akhlak istri adalah cerminan akhlak suami, kalau kata orang.


Dikutip dari sini
Pada Ramadan ini saya ingat cinta seorang lelaki berkopiah kepada seorang perempuan muslimah—mungkin perempuan terbaik dalam hidupnya.
Di masa sulit pemerintahan Soekarno, di suatu sore di bulan Ramadan, muslimah yang dicintai seorang lelaki berpeci itu menunggu kedatangan tukang susu murni. Tukang susu langganannya biasa mengantar susu tiap sore pukul empat. Sementara anaknya, yang rutin minum susu murni itu, biasa minum pukul lima sore.
Tapi pukul empat, setengah empat, pukul lima berlalu—tukang susu tak kunjung datang.
Perempuan itu mulai panik.
Waktu maghrib datang tukang susu baru tiba. Perempuan muslimah yang khawatir itu melangkah tergesa-gesa ke luar rumah. Mungkin akan marah-marah. Cepat-cepat tukang susu mengeluarkan termos kecil dari tasnya, menyerahkan susu pesanan perempuan itu, dan meminta maaf. “Ada halangan di jalan,” katanya. Tukang susu kemudian buru-buru mohon ijin membatalkan puasa.
Tapi perempuan muslimah itu tidak marah-marah—kita sudah salah sangka. Malah ditawarinya tukang susu untuk berbuka puasa bersama suami dan anak-anaknya. Tukang susu menolak, mungkin segan. Apalagi ia baru saja bikin salah. Tapi barangkali kebaikan memang harus diperjuangkan: kalau menolak ke dalam, makan di teras saja. Terjadilah kompromi. Atas buka gratis yang tak bisa ditolak hari itu, tukang susu berkata: “Terima kasih. Saya belum pernah menemui ibu yang sebaik Ibu.”
Setelah peristiwa itu tukang susu selalu datang lebih awal, sekitar pukul tiga sore, dengan susu perahan yang masih hangat—tapi, tentu saja, bukan ini yang penting.
Di sore Ramadan yang lain, bertahun-tahun setelah peristiwa tukang susu, sehabis perempuan itu menyiram bunga-bunga di halaman, seorang pedagang pisang berhenti.
“Permisi, Nyonya Besar,” katanya, “tolong dibeli supaya saya bisa buka puasa dan buat ongkos saya pulang ke kampung.”
Perempuan itu mengamati tandan-tandan. Hanya dilihatnya pisang yang layu dengan kulit yang bocel-bocel.
Mengerti kekurangan-kekurangan pisangnya, tukang pisang itu sekali lagi memohon dengan risau. “Saya jual dua sisir sepuluh ribu, Nyonya.”
Tapi transaksi belum terjadi ketika terdengar adzan maghrib. Tampak tukang pisang kebingungan. Mungkin karena ia tak ada rupiah atau sekedar air putih buat membatalkan puasa. Nyonya baik hati itu mengerti: ia menawarkan tukang pisang untuk membatalkan puasa sekalian makan bersama suami dan anak-anaknya di dalam rumah.
Tapi, sama seperti cerita tukang susu, tukang pisang merasa sungkan, “Saya minta air teh saja, jangan diajak masuk.”
Perempuan itu tidak memaksa. Ia hanya meminta pembantu membawakan minum dan kolak pisang, beserta nasi dan lauk pauk sebagai makan malam tukang pisang.
Selesai berbuka dan makan malam sang nyonya membeli pisang dua sisir. Ia tak memborongnya. “Kalau saya semua nanti malah saya yang jadi tukang pisang,” perempuan itu bergurau. Ia memberi tukang pisang sepuluh ribu, ditambah lima belas ribu—tambahan buat ongkos pulang naik angkot, bis, dan ojek.
Tentu saja kebaikan perempuan itu tidak hanya di rumah, dan tidak hanya kepada kaum yang sering membungkuk dalam-dalam tiap ketemu tuan dan nyonya besar seperti tukang pisang dan tukang susu dalam cerita di atas.
Tiap Ramadan, perempuan itu membuat daftar siapa-siapa kerabat yang akan dikunjungi. Ia tak pilih-pilih, entah itu kaya atau miskin. Selama masih di Jakarta, bahkan kerabat yang rumahnya di tengah wilayah pelacuran pun didatangi. Ia tak peduli kata orang karena tak ada yang salah dengan silaturahim (saudaranya sampai menangis karena haru). Dan ia tidak mengharuskan yang lebih muda mendatangi yang tua—semua sama, tak ada yang harus merasa paling layak untuk memulai.
Mungkin karena akhlak semacam itu, lelaki berkopiah yang mencintai perempuan muslimah baik hati itu menaruh hormat. Lelaki itu, misalnya, menuruti saran sang perempuan agar dirinya tidak menerima pangkat mayor jenderal tituler dari pemerintah (wakil pemerintah dalam hal ini, waktu itu, Jenderal Nasution). Begitu pula saat lelaki itu ditawari menjabat Duta Besar RI di Arab Saudi. Kekuasaan dan kelimpahan harta di depan mata, tapi perempuan yang selalu di sisinya bertanya: kalau sibuk, kapan waktu untuk mengaji Al-Quran yang tidak pernah ditinggalkan sejak kecil, kapan waktu untuk membaca dan menambah ilmu—pertanyaan yang bertaut pada akhirat.
Perempuan itu ingin lelaki yang mencintainya, yang dicintainya, memilih peran di sebuah masjid yang baru berdiri di dekat komplek rumahnya: Masjid Agung Al-Azhar. “Lebih terhormat di hadapan Allah,” katanya—kita bisa membayangkan tatapannya yang lembut tapi yakin.
Dan lelaki itu menurut. Perempuan itu telah memberinya keteguhan hati: jangan-jangan ia memang tak butuh pangkat dan jabatan, jangan-jangan ada yang jauh lebih berharga ketimbang sejumlah rupiah dan sebuah posisi.
Maka saya ingat, setelah perempuan itu wafat, lelaki berkopiah itu selalu salat taubat jika ingat padanya—perempuan terbaik dalam hidupnya—dan kuat sekali lanjut membaca kitab suci sampai 5-6 jam—sampai mengantuk, sampai 6-7 kali khatam per bulan. Ketika anaknya bertanya kenapa ia begitu rajin, sampai salat taubat segala, lelaki itu berkata sesuatu yang memang tak mudah: “Ayah takut, kecintaan Ayah kepada Ummi melebihi kecintaan Ayah kepada Allah.”
Saya ingat siapa lelaki yang mengajari kita tentang cinta dan akidah itu: namanya Hamka. Dan perempuan itu: istrinya.
Akhlak istri adalah cerminan akhlak suami, kalau kata orang.
- See more at: http://mata-esais.com/?p=626#sthash.fv25GWtS.dpuf

Sunday, September 1, 2013

Karena Allah Mencintai Kita

Siapa yang pernah kehilangan harta benda? 
Kehilangan HP, laptop, dompet?
Maka jangan pernah sekali-kali menyalahkan Allah
Duhai, Allah terlalu kaya untuk mengambil harta kita
Dialah yang memiliki semesta alam

Siapa yang pernah kehilangan kesempatan? 
Kesempatan sekolah, kesempatan pekerjaan?
Maka jangan sedikitpun menyalahkan Allah
Wahai, Allah terlalu pemurah untuk menutup kesempatan kita
Sungguh Dialah yang menciptakan kehidupan,
yang darinya muncul berjuta kesempatan

Siapa yang pernah kehilangan orang yang disayangi?
Suami? Istri? Anak?
Maka jangan tergoda menyalahkan Allah
Sungguh, Allah terlalu penyayang untuk mengambil orang yang kita sayangi
Dialah yang masih pengasih dan penyayang

Siapa yang pernah gagal rencananya?
Gagal semua yang sudah disusun?
Maka jangan pernah menyalahkan Allah
Sungguh, Allah terlalu sempurna rencananya untuk gagal
Dialah yang maha merencanakan, dan pasti sempurna sudahlah

Lantas kenapa beban kehidupan itu datang?
Silih berganti terasa, menghimpit dada rupanya, dan membuat sesak?
Kemudian kenapa semua kejadian harus terjadi?
Membuat kaki melangkah berat, nafas menghela panjang?

Karena Allah mencintai kita.
Di mana-mana, tentu saja, cinta itu harus diuji.
Mengertilah, hal yang sangat sederhana ini
Allah mencintai kita, maka Allah menguji kita
Sungguh tidakkah kita ingin membalas cinta tersebut?
Dengan selalu mengingat, menyebut, bersama
Maka semoga kita bisa membalas rasa cinta itu dengan baik


-Tere Liye-

Sunday, August 25, 2013

Kebahagiaan Hidup

Hari ini, aku memutuskan untuk mengikuti kembali pengajian yang sudah lama tidak kudatangi. Selain karena rindu dengan orang-orang yang ada di sana, aku merasa sudah lama sumur ilmuku tidak terisi air yang baru. Kali ini pengajian diisi oleh Ustadz Latief Nurdin dengan tema "Kebahagiaan Hidup".

Bahagia, kata salah satu pendiri bimbingan haji Persis ini, sangat sederhana. Banyak orang beranggapan bahwa bahagia adalah kesuksesan di dunia. Tapi kebahagiaan hakiki sebenarnya adalah bahagia di dunia dan di akhirat. Sebab, buat apa bahagia di dunia namun ketika hidup di dunia telah berakhir ia merasa sengsara di akhirat?

Orang-orang mungkin beranggapan bahwa bahagia identik dengan kemewahan. Mobil mewah, rumah mewah, dan harta berlimpah. Namun apa benar itu yang disebut bahagia? Beberapa orang hidup dengan sederhana. Rumah sederhana. Hidup sederhana. Tapi sesungguhnya dia bahagia dengan kehidupannya.

Allah swt menjelaskan bahagia alam Al-Qur'an surat At-Thur ayat 21, "Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami peretemukan dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya".

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa bahagia adalah memiliki pasangan hidup yang sholeh/sholehah, anak-anak serta keturunan yang sholeh dan sholehah, serta berkumpul bersama-sama di surga.

Rasulullah saw membagi kebahagiaan dalam empat bentuk. Kebahagiaan itu adalah :

1. Memiliki istri yang sholehah/suami yang sholeh
Rasulullah saw bersabda bahwa dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah istri yang sholehah. Seperti apa istri sholehah? Kriteria utama dari seorang istri sholehah adalah taat. Ia taat pada Allah, pada rasul-Nya, pada suaminya. Ia tidak hanya sejuk dipandang mata namun juga dapat menjaga kehormatan dirinya maupun suaminya. Lalu, bolehkah seorang istri menuntut kehidupan yang lebih baik kepada suaminya? Tentu saja boleh. Seorang wanita boleh menginginkan kehidupan yang lebih baik. 

Dulu sekali, 14 abad yang lalu, hal ini pernah terjadi dalam rumah tangga Rasulullah. Seperti yang kita ketahui, Nabi Muhammad saw adalah seorang yang sangat sederhana. Saking sederhananya, ia tidur beralaskan tikar sehingga ketika bangun bekas-bekas tikar masih tergurat di wajahnya. Ia pernah kehabisan bahan makanan di rumahnya sehingga berpuasa di hari itu. Beberapa istrinya kemudian meminta agar Rasulullah saw menaikkan tingkat kesejahteraan mereka. Apa susahnya bagi Rasul untuk meminta kesejahteraan pada Allah yang Maha Memberi? Apalagi, beberapa sahabat Rasul seperti Abdurrahman bin Auf atau Utsman bin Affan merupakan saudagar kaya yang taat pada Allah. Nabi saw pun diam menanggapi permintaan istri-istrinya. Kemudian Allah swt menurunkan ayat dan mengabadikan kisah ini dalam Qur'an surat Al-Ahzab ayat 28-29.

"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, "Jika kamu menginginkan kehidupan di dunia dan perhiasannya, maka kemarilah agar kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik." Dan jika kamu menginginkan Allah dan rasul-Nya dan negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan pahala yang besar bagi siapa yang berbuat baik di antara kamu."

Pak Ustadz Latief kemudian menanyakan kepada para ibu mengenai opsi yang disuguhkan Allah swt jika itu terjadi kepada ibu-ibu. Tentu saja ibu-ibu kompak menjawab opsi kedua. Aku pun begitu. Perempuan mukmin manapun rasanya akan sangat rela menukar seluruh kebahagiaan dunia dibanding harus berpisah dari Rasulullah saw, manusia berakhlak mulia sepanjang masa. Begitupun dengan istri-istri Rasul saw. Mereka adalah mukminat taat. Tidak ada lagi satupun permintaan untuk menaikkan taraf kesejahteraan kepada Rasulullah saw. Allah dan Rasul-Nya memang lebih baik dari apapun. Rabbi.. Masukkan aku ke dalam golongan wanita sholehah, aamiin..

2. Memiliki keturunan yang sholeh dan sholehah
Mendidik anak di zaman sekarang ini butuh kekuatan ekstra. Kecanggihan teknologi dan alat komunikasi membuat siapapun dapat mengakses dunia informasi. Karena itulah, beberapa orang tua mencoba menjaga akidah anak-anak mereka dengan memasukkannya ke sekolah yang memiliki pendidikan agama yang lebih baik, pesantren misalnya. Tapi apakah dengan menyekolahkan anak-anak mereka di pesantren otomatis anak-anak mereka akan berakhlak baik? Belum tentu, kata Pak Ustadz Latief. Jadi memang dibutuhkan kesabaran dalam mendidik anak-anak. Jangan pula dilupakan bahwa sikap anak-anak kita adalah sikap kita terhadap orang tua kita dahulu. Jika kita ingin anak-anak kita menghormati kita, hormatlah kepada kedua orang tua kita.
 
3. Dikelilingi oleh sahabat-sahabat yang baik
Sahabat yang baik akan menolong kita dan meneguhkan kita di jalan Allah. Carilah sahabat yang baik yang menunjukkan kita jalan ke surga.

4. Mendapatkan rizki dari hasil usaha di negerinya sendiri
Pak Ustadz Latief memberikan ilustrasi berupa kisah temannya yang sangat menarik. Tadinya kawannya ini bekerja di luar negeri. Gajinya sangat tinggi. Namun, hatinya merasa tidak puas. Seperti merasa ada yang kurang. Kemudian kawan pak ustadz ini beralih dengan bekerja di negeri sendiri. Meski gajinya tidak sebesar di luar negeri, ia merasa puas. Ia bahagia. Setelah pensiun ia tetap meneruskan perjuangannya di jalan Allah dengan mendirikan masjid dan aktif di dalamnya. Subhanallah, indah sekali kisahnya. Semoga aku menjadi bagian dari wanita yang senantiasa berjuang di jalan Allah seperti Khadijah istri tercinta Rasulullah saw.

ps. Ibu yang biasa menyuguhkan makanan saat kaki hendak melangkah masuk ke dalam ruang pengajian telah tiada. Semoga Allah swt mengampuni dosanya dan menerima seluruh amal-amalnya.

Sunday, August 18, 2013

Jelajahilah Dunia!

Wahai anakku! Dunia ini bagaikan samudra tempat banyak ciptaan-ciptaan-Nya yang tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menyebut nama Allah. Jadikan ketakutanmu pada Allah sebagai kapal-kapal yang menyelamatkanmu. Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu, logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nahkoda perjalananmu, dan kesabaran sebagai jangkar dalam setiap badai cobaan.
-Ali bin Abu Thalib ra-

Tuesday, July 9, 2013

A Beautiful Dua

Ya Allah SWT, you are As-Salam, the source of peace. From You is all peace and tranquility.

Ya Salam, there are those across this Ummah that are living in broken homes, that are in broken relationships.

Mothers that are broken with their children, spouses whose relationships is broken, friends whose relationships are broken.

Slaves of Yours whose relationships with You are broken.

Ya Allah SWT, You are the Healer of wounds, You are the Remover of pain, You are the Giver of peace.

Heal the hearts of those whose homes & hearts are broken. Soften the hearts that have become hard with sin.

Give patience and courage to those that are mocked and suffer as they struggle to remain on Your path.

Guide the families that are far away from guidance. Heal the hearts that are hurting and take away the pain.

O Lord of Mankind, make every hardship a means of returning back to You.

Give us peace in our hearts so that we can face every storm with an Alhamdulillah.

Allahuma Ameen.

Tuesday, July 2, 2013

Menjadi Kuat

Menjadi kuat bukan berarti tahu segalanya. Bukan berarti tidak bisa hancur. Kekuatanmu ada pada kemampuanmu untuk bangkit lagi setelah berkali-kali jatuh. Jangan pikirkan kamu akan sampai di mana dan kapan. Tidak ada yang tahu. Your strength is simply your will to go on.
-Dee Lestari, Partikel-

Saturday, June 29, 2013

The Last Sermon of The Holy Prophet

All mankind is from Adam and Eve, an Arab has no superiority over a non-Arab nor a non-Arab has any superiority over an Arab; also a white has no superiority over black nor a black has any superiority over white except by piety (taqwa) and good action. Learn that every Muslim is a brother to every Muslim and that the Muslims constitute one brotherhood. Nothing shall be legitimate to a Muslim which belongs to a fellow Muslim unless it was given freely and willingly. Do not, therefore, do injustice to yourselves. Remember, one day you will appear before Allah and answer for your deeds. So beware, do not astray from the path of righteousness after I am gone.

-Muhammad saw-

Sunday, June 23, 2013

The Military Leader

The most famous men created arms, laws and empires only. They founded, if anything at all, no more than material powers which often crumbled away before their eyes. This man moved not only armies, legislation, empires, peoples and dynasties, but millions of men in one-third of the then inhabited world; and more than that, he moved the altars, the gods, the religions, the ideas, the beliefs and souls... his forbearance in victory, his ambition, which was entirely devoted to one idea and in no manner striving for an empire; his endless prayers, his mystic conversations with God, his death and his triumph after death; all these attest not to an imposture but to a firm conviction which gave him the power to restore the dogma. Philosopher, orator, apostle, legislator, warrior, conqueror of ideas, restorer of rational beliefs, of a cult without images; the founder of twenty terrestrial empires and of one spiritual empire, that is Muhammad. As regards all standards by which human greatness may be measured, we may well ask, is there any man greater than he?

- Alphonse de Lamartine (1854) -

Wednesday, June 12, 2013

Warrior of Lights

By: Maya Hasan


I call thee "my owner"
Thy who owns the sphere
Thy who owns my soul
I adore thy much so

Moving across the sky like a ray of light
Must i question thy existence in my heart
Must i question event without sight?

In a river of love, we walk
Hoping to complete the journey
In spirit and more, we talk
Chanting great anthem of beauty

Warrior of light
Bestowe upon me an armour of love and hate

Sunday, June 9, 2013

Hujan Bulan Juni

Oleh : Sapardi Djoko Damono
 
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
 
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
 
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu                         

(Hujan Bulan Juni: 1989)
 
ps. Thank YOU for pouring June rain today, it warms my heart. Alhamdulillah :)
 

Monday, May 20, 2013

Malaikat Juga Tahu

"Dia mencintai tidak cuma dengan hati, tapi seluruh jiwanya. Bukan basa basi surat cinta, tidak cuma rayuan gombal, tapi fakta. Adiknya bisa cinta sama kamu, tapi kalau kalian putus, dia dengan gampang cari lagi. Tapi abang tida mungkin cari yang lain. Dia cinta kamu tanpa pilihan. Seumur hidupnya."

-Rectoverso, Malaikat Juga Tahu-

ps. Paling suka cerita ini baik di buku atau di film

Thursday, May 9, 2013

The Beauty of Woman

The beauty of a woman is not the clothes she wears, the figure that she carries, or the way she combs her hair. The beauty of woman is seen in her eyes, because that is the doorway to her heart, the place where love resides. True beauty in a woman is reflected in her soul. It's the caring that she lovingly gives, the passion that she shows and the beauty of a woman only grows with passing years

-Audrey Hepburn-

Monday, May 6, 2013

Orangutan

Orangutan telah berevolusi bersama alam dua juta tahun. Manusia baru muncul 200 ribu tahun terakhir. Namun, dalam 100 tahun, atas nama ekonomi manusia telah mendesak orangutan hingga mendekati punah. Hanya 20 persen populasi orangutan yang tersisa.

Seperti manusia, setiap individu orangutan memiliki kepribadian unik. Orangutan punya kompleksitas dan kerentanan emosi seperti manusia. Mereka bisa menunjukkan trauma, gangguan jiwa, juga afeksi kepada yang dicinta. Dengan mata bundarnya yang berkilau, tatapan orangutan akan meninggalkan kesan yang berbeda. Ada yang menatap lembut, ada yang memancarkan agresi samar, ada yang dingin, ada yang jenaka. Apapun kesan yang mereka tinggalkan, tatapan orangutan selalu menembus ke hati. Mereka menatap tanpa agenda tersembunyi.

Berbeda dengan gorila yang terestrial, atau simpanse yang setengah arboreal, orangutan adalah primata arboreal tulen. Sebagian besar hidup orangutan terjadi di pohon. Bagi makhluk terestrial seperti manusia, mengamati orangutan bukan pekerjaan mudah.

Gorila dan simpanse hidup dalam kelompok sedangkan orangutan hidup soliter. Orangutan jantan dewasa menghabiskan hidupnya dalam kesendirian, kecuali jika musim kawin. Jika berkelompok pun, jumlahnya tidak lebih dari tiga atau empat. Seiring dengan perubahan umur dan dinamika antar-individu, kebersamaan itu biasanya sementara. Ibu akan melepas anak dewasanya. Jantan akan menyendiri.

Meski penyendiri, tidak berarti orangutan tak mengenal kesetiaan. Justru karena sifatnya soliter, orangutan amat jujur. Dalam tindakan terkecilnya sekalipun, manusia selalu dibayangi motivasi sosial. Manusia butuh justifikasi dari lingkungannya, orangutan tidak. Manusia perlu konfirmasi berulang dalam hubungan antarsesama, entah itu pasangan, sahabat, atau keluarga. Kita gemar menguji cinta. Orangutan tidak. Ikatan orangutan terjadi sekali dan bertahan selamanya.

Orangutan cuma bisa bertahan kalau hutan bertahan. Kalau manusia tidak bisa mempertahankan hutan, tidak cuma orangutan yang hilang, manusia juga. Menebang satu pohon di hutan tropis berarti membunuh puluhan, mungkin ratusan spesies sekaligus. Di Amazon, ada satu pohon yang dihuni 163 spesies kumbang. Setiap pohon bisa menghasilkan spesies serangga yang berbeda-beda. Hutan tropis adalah ekosistem paling kompleks di dunia.

Dikutip dari Partikel karya Dee Lestari

Sunday, April 28, 2013

Keteladanan Nabi Muhammad saw dalam Membina Keluarga

Materi di bawah ini disampaikan oleh Ustadz Jeje Zainuddin saat pengajian Johar, Ahad, 28 April 2013. Sebagai ekses globalisasi adalah bercampur baurnya nilai dan norma budaya antar bangsa yang didominasi oleh individualisme, liberalisme, dan hedonisme. Sementara nilai moral dan akhlak agama semakin tersisihkan. Di bawah ini beberapa catatan tentang kerusakan moral yang sedang melanda Indonesia:
  1. Menurut Direktur Rehabilitasi Tunasusila Kemensos, di Indonesia ada sekitar 230.000 wanita tuna susila. Yang tinggal di lokalisasi sekitar 40.000 orang. Menurut Menteri Kesehatan, laki-laki yang jadi pelanggan pelacur tercatat 6,7 juta orang.
  2. Penjualan gadis ABG sekitar 200-300 orang per tahun
  3. Sekitar 2,4 juta wanita melakukan aborsi setiap tahunnya, sekitar 800 ribuan remaja, pelajar dan mahasiswa.
  4. Ada sekitar satu juta kaum gay di Indonesia. Tahun 2010 mereka menyelenggarakan kongres kaum gay sedunia di Jawa Timur tapi ditentang oleh 20 ormas Islam. Mereka memprogandakan kebolehan perkawinan sejenis.
  5. Menurut Sambudiono, Deputi Pengembangan Masyarakat BNN, tahun 2012 pecandu narkoba mencapai 3,3 juta orang. Tahun 2015 diperkirakan mencapai 5,1 juta orang
  6. Menurut ICW, tahun 2012 sebanyak 597 pejabat yang terjerat kasus korupsi dengan kerugian negara 1,22 triliun.
Pertanyaannya, siapakah yang dapat diharapkan mampu menangkal kerusakan semua itu? Menurut Sambudiono, satu-satunya benteng pertahanan yang masih dapat diharapkan adalah keluarga. Karena itu, keluarga adalah benteng pertahanan dan perlawanan terakhir dari perang peadaban global yang sangat ganas ini. Allah berpesan di dalam Al-Qur'an,
"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..." [QS. Tahrim ayat 6].

Beberapa keteladanan Nabi saw dalam keluarga yang patut kita contoh adalah:
  1. Kesetiaan Nabi saw kepada Khadijah dan penghargaan atas jasa-jasanya
  2. Kecintaan dan kasih sayang Nabi saw kepada Keluarga
  3. Nabi saw memberikan hak bersenang-senang dengan keluarganya
  4. Nabi saw membantu pekerjaan rumah tangga istri-istrinya
  5. Nabi saw adalah seorang guru bagi keluarganya. Beliau mendidik keluarga dan umatnya segala sesuatu yang baik
Dari Salman ra, ia berkata, sebagian kaum musyrikin bertanya seraya mencomoohkannya, "Saya melihat sahabatmu (Nabi Muhammad) mengajari kalian segala sesuatu, sampai-sampai buang hajat?" Salman berkata, "Ya, tentu. Beliau memerintahkan kami agar jangan menghadap ke kiblat (waktu buang hajat) dan melarang kami beristinja dengan tangan kanan, dan tidak beristinja kurang dari tiga batu yang bukan kotoran binatang dan bukan tulang." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Sunday, April 14, 2013

Walaupun

Walaupun Indonesia terkaya di dunia, tetapi selama ilmu alam, tidak merdeka, seperti politik negaranya, maka kekayaan Indonesia bukan akan menjadikan penduduk Indonesia ini senang, melainkan semata-mata akan memusnahkannya. Politik dan kecerdasan bangsa asing akan memastikan belenggunya Indonesia, seperti ular kobra memeluk mangsanya.
 -Madilog, Tan Malaka-

Sunday, April 7, 2013

Rahasia Pekerjaan Rumah Tangga

Tulisan ini untuk main-main saja, tidak serius--saya nulisnya saja sambil cengar-cengir, tidak pakai landasan ilmiah apalagi hingga riset lama. Nah, ditulis, agar banyak orang realized, menyadari begitu beragamnya pekerjaan rumah yang boleh jadi kita tinggal terima beres saja. Semoga dengan membaca tulisan ini, jadi ngeh, kalau semua pekerjaan rumah itu penting dan pantas diapresiasi. Kabar baiknya, karena saya tidak suka menggurui orang lain, memaksa kalian, catatan akan saya tulis dengan pendekatan berbeda.

Topik tulisan ini adalah: jika kita sejak kecil sudah dibiasakan mengerjakan sebuah pekerjaan rumah, maka kelak, kita akan jadi pribadi seperti apa?

1. Mencuci piring
--Kalau dia cewek, maka kelak saat tumbuh besar, dia akan jadi gadis yang anggun. Anak cewek usia 5-6 tahun, terampil mencuci piring, mulai dari membuang sisa makanan, menyiramnya dengan air, disabun, dibasuh, lantas mengeringkannya, disusun di rak piring, itu simbol betapa anggunnya kelak saat dia menjadi wanita dewasa. Kalau dia cowok, maka kelak akan jadi pemuda yang penyabar. Mencuci piring itu pekerjaan yang butuh kesungguhan bukan? Orang-orang habis makan tinggal pergi, eh kita disuruh cuci piringnya. Maka, para cowok yang sejak kecil terbiasa disuruh mencuci piring, adalah laki-laki yang pantas dipertimbangkan sebagai calon suami. Dia tipe suami yang penyabar.

2. Mencuci dan menyetrika pakaian
--Berlaku untuk dua-duanya, cowok dan cewek. Anak-anak yang sejak kecil dibiasakan bertanggungjawab mencuci dan menyetrika pakaian sendiri, atau bahkan mencuci pakaian seluruh keluarga, akan tumbuh jadi anak yang disiplin dan paham tentang pengorbanan. Tidak mudah loh mencuci pakaian sendiri. Banyak yang suka ditumpuk-tumpuk dulu pakaiannya, kelupaan direndam, sampai bau, maka melihat anak-anak yang sejak kecil sudah terampil mencuci pakaian, itu sama saja dengan melihat calon pemuda-pemudi masa depan yang tangguh. Apalagi menyetrika, itu menghabiskan banyak waktu, belum lagi hanya untuk tahu, disetrika rapi-rapi nanti-nanti juga lusuh lagi saat dipakai. Bagaimana kalau anak-anaknya bahkan semangat mau mencuci baju-baju tetangga? teman-temannya? Kalau yang ini, bisa dipastikan, bakal sukses besar kalau dibuatkan bisnis laundry.

3. Menyapu dan mengepel rumah
--Kalau cewek, ini jelas akan tumbuh jadi gadis yang gesit dan cekatan. Kalau cowok, saat dewasa nanti akan tumbuh jadi pemuda yang bisa diandalkan, semua pekerjaan yang diberikan padanya akan beres. Nah, mau cewek atau cowok, anak-anak yang sejak kecil dibiasakan menyapu dan mengepel rumah, pasti akan tumbuh jadi anak yang cerdas, memakai logikanya dan sistematis. Kalian tahu, lulusan sarjana sekalipun, kalau tidak pernah mengepel lantai, maka dia akan kagok, dan lupa logika bahwa ngepel itu harus mundur. Logika, bukan?

4. Memasak
-- Wuah, anak-anak cowok yang sejak kecil dibiasakan masak, besok lusa akan punya istri cantik jelita. Nah, ibu-bapak, kalau mau punya menantu cantik, anak bujangnya diajari masak, ya. Kalaupun ternyata rumus ini gagal--dan saya jelas ngarang saja, setidaknya di rumah akan ada koki kecil yang bisa diandalkan. Semua wanita suka dengan cowok yang pandai masak. Sementara kalau anak cewek yang dibiasakan masak sejak kecil, sama, besok lusa juga akan punya suami yang tampannya pol, plus baik hati. Ditambah bonus, disayang anak-anaknya. Jadi membiasakan anak-anak masak sejak kecil, adalah strategi paling mudah untuk memperbaiki keturunan.

5. Menyikat kamar mandi
--Bukan main, kalau dia cowok, maka sungguh beruntung Bapak/Ibu yg punya anak demikian. Kelak kalau sudah besar, dia berbakat jadi pemimpin semacam gubernur DKI Jakarta yang rendah hati dan suka mendatangi orang-orang kecil itu. Tanya saja sama beliau, waktu kecil pasti rajin menyikat kamar mandi. Nah, kalau dia cewek, dia akan tumbuh jadi ibu yang sayang dengan anak2nya, menjaga keluarganya, dan bisa selalu menjaga amanah. Apa hubungannya menyikat kamar mandi dengan hal-hal tersebut? Cobalah menyikat kamar mandi, toilet, dan sebagainya, maka akan paham sendiri. Ilmu ini hanya bisa dipahami jika dipraktikkan.

Kurang lebih demikian. Maka adik-adik remaja atau juga orang-orang dewasa di page ini, bersyukurlah selalu jika keluarga kita berkecukupan dan kita tidak perlu melakukan hal ini semua--sebab ada yang sudah membereskannya. Tapi sekaya apapun keluarga kita, semakmur apapun orang tua kita, kita selalu bisa memilih untuk bisa bekerja di rumah, mengurus pekerjaan rumah. Jangan sebaliknya, sudah orang tuanya ngos-ngosan cari nafkah, kita susaaaahnya minta ampun disuruh ngepel. Lebih sering ribut minta pulsa biar bisa facebook-an, internetan, dan itu tuh, lebih asyik menghabiskan waktu baca tulisan-tulisan di page tere-liye.


Dikutip dari Page Facebook Darwis Tere Liye


ps. Kalau saya, paling jago di nomor 1 dan paling malas di nomor 2 (apalagi kalau manual), padahal judul besarnya sama-sama mencuci :D

Saturday, April 6, 2013

Allah Knows

And with Him are the keys of the unseen; none knows them except Him. And He knows what is on the land and in the sea. Not a leaf falls but that He knows it. And no grain is there within the darknesses of the earth and no moist or dry [thing] but that it is [written] in a clear record.
-QS. Al-An'am: 59-

Sunday, March 24, 2013

Syirik

Materi pengajian kali ini dibawakan oleh Ustadz Beben Mubarak. Asal kata syirik, kata Ustadz Beben, dibagi menjadi dua, yaitu menurut bahasa dan istilah. Menurut bahasa, syirik berasal dari kata 'syarika', 'yasyriku', 'syarikat', dan 'syarikatan' yang artinya 'bercampur' atau 'bergabung'. Sedangkan menurut istilah syirik adalah menyekutukan Allah swt baik dalam rubbubiyah (percaya ada zat selain Allah swt yang mengurus alam raya), uluhiyyah (penyembahan selain kepada Allah swt), asma' wa shifat (tidak mempercayai sifat-sifat Allah), dan mulkiyah (mengakui diri sebagai Tuhan atau menjadikan hawa nafsunya sebagai raja).

Al-Asfahani dalam kitabnya Mufrodat menjelaskan syirik sebagai menggabungkan dua kepemilikan atau adanya sesuatu yang dimiliki oleh dua orang atau lebih, baik berupa suatu zat atau sifat.

Syirik sendiri juga dibagi dalam dua jenis, yaitu syirik besar dan syirik kecil. Syirik besar berkaitan dengan zat Allah atau syirik yang berkaitan dengan rububiyyah Allah. Contoh syirik besar adalah :
1. Syirik ta'til seperti dilakukan oleh Fir'aun dan orang atheis
2. Syirik yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah, contohnya syirik dalam berdoa yaitu meminta kepada selain Allah swt; syirik dalam niat/keinginan beramal bukan karena Allah swt; syirik dalam ketaatan, taatnya seorang hamba dalam perbuatan maksiat kepada Allah; syirik dalam mahabbah, seorang hamba mencintai makhluk seperti mencintai Allah.

Sementara syirik kecil juga dibagi dalam dua jenis, yaitu syirik dzahir (syirik yang terlihat jelas) dan syirik khofi (syirik yang tersembunyi dalam hati). Contoh syirik dzahir adalah riya (perbuatannya ingin dilihat orang) dan sum'ah (amalnya ingin didengar orang). Contoh syirik khofi adalah ananiyyah (ke-aku-an) dan ta'ajub (heran dengan dirinya sendiri).

Contoh-contoh perbuatan syirik adalah:
1. Sihir
Sihir berasal dari kata "sahara" yang berarti remang-remang. Disebut dengan remang-remang karena metode sihir biasanya menggunakan asap yang mengaburkan/meremangkan. Allah swt telah menjelaskan sihir dalam QS. Al-Falaq ayat 1-5:
"Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar). Dan dari kejahatan (makhluk) yang Dia ciptakan. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya). Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki."

2. Ramalan
Meramalkan sesuatu peristiwa yang masih gaib dikatakan syirik, karena ia mengklaim mengetahui, kegaiban yang hanya diketahui Allah.

3. Nusyroh
Pengobatan yang dilakukan terhadap orang yang diduga kemasukan jin (mengeluarkan sihir dari seseorang yang terkena sihir). Penyembuhan dengan doa dan Qur'an hukumnya sunnah dan mubah sementara pengobatan dengan sihir hukumnya haram.

4. Tanjim
Tanjim dibagi dua, yaitu tasy'ier dan tafsier. Tasy'ier adalah menjadikan bintang dan benda-benda angkasa sebagai petunjuk penentuan arah mata angin dan letak geografi. Contohnya adalah ilmu falak dan astronomi. Sedangkan tafsier adalah menjadikan bintang dan benda-benda angkasa sebagai dasar ramalan untuk masalah gaib, misalnya zodiak dan astrologi. Menggunakan tasy'ier diperbolehkan sementara menjalankan tafsier hukumnya haram.  
 
5. At-Tiyaroh
Keyakinan bahwa suatu binatang atau benda dikaitkan dengan keadaan. Contohnya bila ada kupu-kupu maka ada tamu, jika ada gagak terbang ada yang meninggal, dsb. Dari Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah saw bersabda, "Thiyaroh itu syirik. Thiyaroh itu syirik. Thiyaroh itu syirik." (HR. Abu Dawud).

6. Tama'im
Jimat berupa gelang benang atau tali mantra, bacannya atau sejenisnya itu hukumnya haram.

7. Gulluw (menghormat berlebihan)
Artinya melampaui batas, yaitu menganggap bahwa orang-orang shaleh mempunyai hak-hak khusus dan kedudukan yang hanya milik Allah, dan menyamakan makhluk dengan Khalik.

8. Tabarruk
Memohon keberkahan selain kepada Allah dengan mengunjungi tempat-tempat keramat dan mengusapnya.

9. Menyembelih bukan karena Allah
Penyembelihan apa saja yang diniatkan bukan karena Allah.

Akibat perbuatan syirik
1. Menggugurkan semua amal shalih
"Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Allah kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." [QS.Al-An'am: 88]

2. Kekal dalam neraka
"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun" [QS. Al-Maidah: 72]

3. Halal darah dan hartanya

4. Sembelihan dari orang syirik adalah haram
“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [QS. At-Taubah: 5]

5. Tidak boleh menikahi dan menikahkan orang musyrik
"Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." [QS. At-Taubah: 28]

Jika kita pernah melakukan syirik, baik besar atau kecil--naudzubillah--maka lekaslah bertaubat. Taubatan nasuha (taubat yang sebenar-benarnya taubat) dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:
1. Istigfar memohon ampunan Allah dengan mengucapkan astagfirullah'aladziim
2. Berjanji kepada Allah tidak akan mengulangi lagi dosa yang telah diperbuat
3. Menyesali perbuatan dosa yang pernah dilakukan
4. Mengganti amalan dosa yang diperbuat dengan amal shalih

Syirik, kata Ustadz Beben merupakan penyakit aqidah. Penyakit akhlak adalah sekuler, sementara penyakit ibadah adalah bid'ah.

Sunday, March 17, 2013

Quote of the Day

Jabir bin Abdullah ra reported: Messenger of Allah saw said, "Beware of injustice, for oppression will be darkness on the Day of Resurrection; and beware of stinginess because it doomed those who were before you. It incited them to shed blood and treat the unlawful as lawful."

--Shahih Muslim No. 2578

Thursday, March 7, 2013

Hewan dan Teritori

Seandainya orang jatuh ke dalam lubang singa dan dicabik-cabik, sebabnya bukanlah karena singa itu lapar--percayalah, hewan-hewan di kebun binatang diberi makan cukup--atau haus darah, melainkan karena orang tersebut telah melanggar teritorinya.

Itu sebabnya pelatih singa sirkus harus selalu masuk paling dulu ke dalam arena, dengan disaksikan singa-singa asuhannya.Dengan demikian, dia menunjukkan bahwa arena tersebut merupakan teritorinya, bukan teritori singa-singa itu; dan ini dia tekankan dengan cara berseru-seru, berkeliling sambil mengentak-entakkan kaki, dan dengan melecutkan cambuknya. Singa-singa itu jadi terkesan dibuatnya. Mereka menyadari betul posisi mereka yang lebih rendah daripadanya. Perhatikan bagaimana mereka masuk ke dalam arena: para predator perkasa ini, "si raja-raja hutan", masuk dengan ekor terjuntai rendah dan selalu berjalan di tepi arena, yang sengaja dibuat bundar supaya tidak ada tempat bersembunyi bagi mereka. Makhluk di hadapan mereka ini sangatlah dominan, makhluk super-alfa, dan mereka harus patuh pada semua perintahnya. Maka singa-singa ini membuka mulut lebar-lebar, duduk tegak, melompati gelang-gelang berlapis kertas, merangkak di dalam pipa-pipa, berjalan mundur, berguling-guling. "Makhluk ini aneh sekali," pikir mereka bingung. "Belum pernah kami melihat singa hebat seperti dia. Tapi bolehlah dia jadi pemimpin. Dia selalu punya makanan untuk kami dan--jujur saja,teman-teman--segala tingkah polahnya membuat kita sibuk. Lama-kelamaan bosan juga tidur terus-menerus. Setidaknya kita tidak disuruh naik sepeda seperti beruang-beruang cokelat, atau menangkap lemparan-lempara piring seperti simpanse.

Tapi si pelatih sebaiknya memastikan dia tetap menjadi si makhluk super-alfa. Kalau sampai derajatnya turun menjadi "beta", bisa fatal akibatnya. Kebanyakan perilaku tidak ramah dan agresif binatang merupakan ekspresi perasaan tidak aman secara struktur sosial. Binatang di hadapanmu harus tahu persis kedudukannya, apakah dia lebih tinggi atau lebih rendah daripada kau. Kedudukan sosial merupakan kunci bagi binatang tersebut dalam menjalani hidupnya. Kedudukannya akan menentukan dengan siapa saja dia boleh bergaul, dan dalam kapasitas apa; di mana dan kapan dia boleh makan; di mana dia boleh beristirahat, boleh minum, dan seterusnya. Sebelum binatang itu tahu persis kedudukannya, hidupnya merupakan neraka anarki yang tak tertahankan. Dia akan gugup, cepat marah, dan berbahaya. Untunglah bagi si pelatih sirkus, sebab penentu kedudukan sosial di antara binatang-binatang yang lebih besar tidak selalu didasarkan pada ukuran kekuatan semata-mata. Hediger (1950) pernah berkata, "Saat dua makhluk berhadap-hadapan, makhluk yang bisa mengintimidasi lawannya diakui sebagai yang lebih superior kedudukan sosialnya, sehingga penentu kehidupan ini tidak selalu bergantung pada perkelahian; dalam beberapa situasi, satu pertemuan saja sudah cukup." Kata-kata bijak dari orang yang mengerti betul tentang binatang. Mr. Hediger telah bertahun-tahun menjadi direktur kebun binatang, pertama-tama di Kebun Binatang Basel, kemudian di Kebun Binatang Zurich. Dia sangat memahami tingkah polah binatang.

Singa-singa itu mesti dikalahkan dengan otak, bukan dengan kekuatan. Pelatih sirkus menggunakan pendekatan psikologis untuk dianggap sebagai makhluk dengan kedudukan lebih tinggi. Lingkungan yang asing bagi binatang yang bersangkutan, sikap tubuh si pelatih yang tegak, gerak-geriknya yang tenang, sorot matanya yang mantap, langkah majunya yang tidak kenal takut, aumannya yang aneh (misalnya dengan melecutkan cambuk atau meniupkan peluit)--faktor-faktor inilah yang memenuhi pikiran si binatang, membuatnya ragu dan takut, dan memberi penjelasan kepadanya tentang kedudukannya; justru memang hal itulah yang ingin diketahuinya. Setelah merasa puas, si makhluk nomor dua akan surut mundur, dan si nomor satu akan berbalik menghadap penonton sambil berseru, "Kita teruskan pertunjukan ini! dan sekarang, saudara-saudara melompati lingkaran api sungguhan.

Disadur dari Life of Pi karya Yann Martel.

ps. If animals have their own territory, so i as human being have my own territory

Saturday, February 23, 2013

Fix with Love

Cari orang yang mau menerima kekurangan kamu, jatuh cinta sama keanehan kamu, tapi nggak membiarkan kamu memelihara sifat-sifat burukmu. Kamu itu kacau, perlu diperbaiki, pakai cinta.
-Otoy Ways, jilid 2-


Friday, January 25, 2013

Materi di Aziziyah

Seluruh materi ini disampaikan oleh Ustadz Jeje Zainuddin setiap ba'da Ashar di Maktab 205, Aziziyah.

Inti dari agama Islam dibagi dalam dua hal, yakni aqidah dan syariah. Aqidah ialah hal yang berhubungan dengan tauhid sementara syariah adalah perbuatan manusia yang terkait dengan hukum. Syariah Islam memiliki tiga hal pokok, yaitu: 'adamul haraj (menghilangkan kesusahan), qalilut taqalid (sedikit beban yang wajib), dan at-tadarruj (bertahap). Setiap ada kesulitan dalam Islam maka pasti ada pengguguran hukumnya (pengecualian). Contohnya, seorang muslim wajib melaksanakan shalat. Namun, kala ia sakit, shalat boleh dilakukan dalam keadaan duduk berbaring, atau bahkan bila parah hanya dengan isyarat hati. Namun melakukan shalat tetap wajib dilakukan.

Al-Fatihah, surat pertama dalam Qur'an mengandung lima hal pokok dalam ajaran Islam, yaitu:

 
1. Ketauhidan
Prinsip hanya Alah sebagai Tuhan semesta alam, Maha Pencipta, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Hal tentang inti dari ajaran Islam ini terkandung dalam ayat pertama sampai ayat ketiga. 

2. Hari akhir
"Yang Menguasai hari pembalasan." Pesan tentang adanya hari kiamat dan akhir kehidupan dunia ada dalam ayat keempat.  

3. Tuntunan ibadah
Ibadah ditujukan hanya kepada Allah ta'ala. Tuntunan untuk menyembah hanya kepada Maha Menggenggam jiwa ada dalam ayat kelima.

4. Janji baik dan janji buruk
Ayat keenam menunjukkan adanya sutu balasan bagi mereka yang baik dapat menapaki "sirathal mustaqim" sementara mereka yang jahat akan tergelincir dan tak mampu melewatinya.  

5. Sejarah hidup umat manusia
Ayat terakhir dalam Al-Fatihah menggambarkan adanya tiga golongan manusia dalam kehidupan, yaitu: orang-orang yang mendapat nikmat, orang-orang yang dimurkai Allah, dan orang-orang yang sesat. Ustadz Jeje berpendapat bahwa orang yang mendapat nikmat ialah umat muslim. Orang-orang yang shiddiq dan shalih. Mereka yang berilmu dan mengamalkan ilmunya. Orang yang mendapat murka adalah mereka yang berilmu dan tahu tapi mengingkari dan mengkhianati ilmunya. Sementara orang-orang yang sesat adalah mereka yang tidak memiliki ilmu tapi sikap sok tahunya luar biasa. Kesesatan dalam agama dibagi atas dua hal, yaitu zalim dan jahil. Mereka berbuat zalim padahal mereka memiliki ilmu. Sementara di sisi lain jahil (bodoh) tapi tidak mau menuntut ilmu. Zalim melahirkan sifat syahwat. Berbuat hanya berlandaskan nafsu amarah. Sementara jahil melahirkan sifat syubhat (keragu-raguan).

Daerah Mekkah dahulunya adalah tempat persinggahan para kafilah. Mekkah dimulai menjadi sebuah kota ketika Nabi Ibrahim as meninggalkan Siti Hajar dan Ismail di sana. Daerah Mekkah sangat tandus. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Keyakinan Hajar bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-hamba-Nya membuatnya bertahan di sana. Nabi Ismail as yang saat itu masih bayi merengek kehausan meminta air. Siti Hajar pun kebingungan. Sejauh mata memandang, yang ditemui hanyalah padang tandus nan gersang. Tapi ia tetap yakin dengan pendiriannya. Allah tak akan pernah menyia-nyiakannya. Ia kemudian berlari naik ke bukit Shafa. Ia tengok sekeliling dan melihat tanda adanya air di bukit Marwa. Ia lari ke bukit Marwa. Tapi yang ia temukan hanya fatamorgana. Ia lihat kembali ada tanda air di bukit Shafa. Ia lari ke sana, namun tak menemukan apa-apa. Siti Hajar melakukannya hingga tujuh kali. Dengan kekuasaan Allah, Siti Hajar diperintahkan untuk memukulkan kakinya ke tempat ia berpijak. Keluarlah mata air yang tak pernah berhenti mengalir sampai sekarang. Zamzam.

Dengan adanya sumur zamzam, Mekkah menjadi kota yang hidup. Banyak kafilah yang berhenti di sana dan mendirikan rumah. Kafilah mula-mula adalah Bani Jurhum. Bani Jurhum inilah yang menjadi cikal bakal penduduk Quraisy. Ketika Nabi Ismail sudah beranjak dewasa, Nabi Ibrahim as datang mengunjungi Siti Hajar dan Nabi Ismail. Di malam ke-10 kunjungannya, Nabi Ibrahim menceritakan mimpinya untuk menyembelih Ismail. Ismail dengan ikhlas mengiyakan perintah ayahnya. Kisah yang indah ini tertulis dalam Al-Qur'an surat Ash-Shaffat ayat 102, "Maka tatkala anak itu mencapai umur dapat bekerja bersamanya, Ibrahim berkata, "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat di dalam mimpi bahwa aku akan menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu?" Dia berkata, "Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada engkau, insya Allah engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar."

Masa pemerintahan Khalifah Islam dimulai dari Abu Bakar ra. Setelah Abu Bakar meninggal, pemerintahan Islam dilanjutkan oleh Umar bin Khattab ra, Utsman bin Affan ra, dan Ali bin Abi Thalib ra. Setelah Ali, pemerintahan diambil alih oleh Bani Umayyah dari Syria dan dilanjutkan dengan Bani Abasiyah dari Baghdad.
 
Pada tahun 930-951 Masehi, Hajar Aswad pernah dicuri oleh kelompok Ismailiyah, yakni sebuah aliran syiah di Bahrain. Namun Hajar Aswad berhasil ditemukan kembali dan diletakkan ke tempat semula, yakni di Baitullah. Karena Hajar Aswad direbut secara paksa, banyak pecahan Hajar Aswad disana-sini.

Tahun 1258 Masehi, Mongolia menyerang Baghdad. Tentara Islam mengungsi ke Cnstantinopel, Turki. Pemerintahan Turki Utsmani pada abad 15-21 runtuh di tahun 1524, di bawah Kemal Attaturk. Dahulu, di Turki terkenal suatu aliran tarekat dengan tokohnya Jalaluddin Rumi.

Pada abad ke-18, banyak sekali bermunculan bid'ah dan khurafat di situs-situs bersejarah Mekkah. Rumah Rasulullah misalnya, menjadi tempat orang-orang untuk melaksanakan shalat. Mereka menangis meratap-ratap di sana. Padahal tidak ada tuntunan untuk melakukan hal itu. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab kemudian maju untuk menentang kemusyrikan di Mekkah dan Madinah. Pemerintah Saudi Arabia mendukung usaha Muhammad bin Abdul Wahab tersebut. Pada tahun 1926 Masehi, Pemerintah Saudi Arabia membersihkan makam-makam sahabat nabi dan menghilangkan situs-situs bersejarah.

Ilmu pengetahuan Islam kemudian mengalami kemunduran pada abad ke-17 Masehi. Ilmu pengetahuan Islam runtuh disebabkan adanya sekulerisasi dan penjauhan umat Islam dari pedoman hidupnya, Quran dan Sunnah.

Saturday, January 19, 2013

SDM: Imtak dan Iptek

Meningkatkan kualitas iman dan takwa (imtak) sekaligus meningkatkan kualitas penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) harus dilakukan dalam satu tarikan nafas. Saya selalu mengatakan, bagaikan suatu pesawat terbang, sayap kirinya adalah imtak sedangkan sayap kanannya adalah penguasaan iptek. Jikalau anda, hanya sepihak saja, maka akan susah dikendalikan. Ibarat pesawat terbang tidak akan berfungsi jika hanya menggunakan satu sayap. Pesawat itu akan terus berputar dan jatuh! Dua-duanya harus seimbang. Manusia sepanjang masa tidak boleh berhenti untuk meningkatkan imtak yang harus seimbang iptek. Yang dihadapi sekarang adalah dominasi dari iptek atas beban pengorbanan kualitas imtak. Karena itu, kehidupan di bumi mengalami "krisis nilai" atau crisis of values.
-BJ. Habibie-
ps. And still haven't watched Habibie-Ainun yet!

Saturday, January 12, 2013

Peluk

Dan jika peristiwa jatuh hati diumpamakan air terjun, maka bersamamu aku sudah merasakan terjun, jumpalitan, lompat indah. Berkali-kali. Namun kanal hidup membawa aliran itu ke sebuah tempat datar, dan hatiku berhenti mengalir.

-Dee Lestari, Rectoverso-

Puncak Berserah Diri

Ibadahku
adalah proses berserah diri
. . .
Ketika syahadatku
bermakna komitmen
untuk meniadakan segala kecuali Engkau
Kuteguhkan niat dan kutancapkan tekad
menjalani kehidupan
mengikuti Nabi-Mu dan petunjuk-Mu
. . .
Ketika shalatku
bermakna interaksi dengan-Mu
kutegakkan istiqomahku
untuk selalu menghadirkan-Mu
di seluruh ruang kesadaran
pagiku, petangku, siangku, dan malamku
tiada waktu tanpa kehadiran-Mu
. . .
Ketika puasaku
bermakna latihan mengendalikan emosi
beserta segala tingkah lakuku,
Kulaparkan dan kuhauskan jiwa ragaku
agar aku tahu
bagaimana cara mendidik diri sendiri
dan menguasainya ketika segala kepentingan
dan kebutuhan terus membelenggu
. . .
Ketika zakatku
bermakna meluaskan kepedulian
kepada orang-orang yang terpinggirkan
kuhamburkan harta bendaku
sambil mengatakan kepada diri sendiri
bahwa 'semua ini bukan milikmu'
kecuali sekadar titipan untuk siapa saja yang sedang membutuhkan
. . .
Maka, bergeraklah
wahai jiwa yang terus menyempurna,
menuju ke puncak penyerahan diri abadi
ke tanah yang disucikan
yang disediakan untuk hamba-hamba
yang terus melakukan pencarian
. . .
Ketika Arafah
bermakna perenungan kualitas diri sejati
Ketika Jamarah
bermakna melontar sifat-sifat setaniyah
dalam diri sendiri
Ketika Thawaf
 bermakna menceburkan diri
dalam pusaran energi abadi Illahi Rabbi
dan ketika Sa'i
bermakna usaha tiada henti
. . .
maka,
kenapa masih saja ada
jiwa-jiwa kerdil sepulang haji?
Tetap tak kenal diri sejatinya
meski sudah merenung di Padang Arafah?
. . .
Tetap memelihara sifat-sifat setaniyah
dalam dirinya
meski sudah melempar bebatuan
ke simbol keingkaran?
. . .
Tetap tak mau masuk
ke dalam pusaran ridha Illahi
meskipun sudah berthawaf berkali-kali?
. . .
Bahkan, begitu mudahnya berputus asa
untuk berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya
meskipun sudah melakukan sa'i
antara Shafa dan Marwa?
. . .
Lantas,
untuk apa dia pergi ke tanah suci?
Apa yang diperolehnya selama berhaji
jika bukan kualitas berserah diri
sepenuh-penuhnya
hanya kepada Illahi Rabbi?
. . .
Sementara,
kumenyaksikan begitu banyak
orang-orang yang tak sempat ke tanah suci telah mencapai penyerahan abadi
diri dan kehidupannya
hanya untuk Dia
Sang Kekasih
. . .

Dicuplik dari Menjadi Haji Tanpa Berhaji karya Agus Mustofa