Friday, January 25, 2013

Materi di Aziziyah

Seluruh materi ini disampaikan oleh Ustadz Jeje Zainuddin setiap ba'da Ashar di Maktab 205, Aziziyah.

Inti dari agama Islam dibagi dalam dua hal, yakni aqidah dan syariah. Aqidah ialah hal yang berhubungan dengan tauhid sementara syariah adalah perbuatan manusia yang terkait dengan hukum. Syariah Islam memiliki tiga hal pokok, yaitu: 'adamul haraj (menghilangkan kesusahan), qalilut taqalid (sedikit beban yang wajib), dan at-tadarruj (bertahap). Setiap ada kesulitan dalam Islam maka pasti ada pengguguran hukumnya (pengecualian). Contohnya, seorang muslim wajib melaksanakan shalat. Namun, kala ia sakit, shalat boleh dilakukan dalam keadaan duduk berbaring, atau bahkan bila parah hanya dengan isyarat hati. Namun melakukan shalat tetap wajib dilakukan.

Al-Fatihah, surat pertama dalam Qur'an mengandung lima hal pokok dalam ajaran Islam, yaitu:

 
1. Ketauhidan
Prinsip hanya Alah sebagai Tuhan semesta alam, Maha Pencipta, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Hal tentang inti dari ajaran Islam ini terkandung dalam ayat pertama sampai ayat ketiga. 

2. Hari akhir
"Yang Menguasai hari pembalasan." Pesan tentang adanya hari kiamat dan akhir kehidupan dunia ada dalam ayat keempat.  

3. Tuntunan ibadah
Ibadah ditujukan hanya kepada Allah ta'ala. Tuntunan untuk menyembah hanya kepada Maha Menggenggam jiwa ada dalam ayat kelima.

4. Janji baik dan janji buruk
Ayat keenam menunjukkan adanya sutu balasan bagi mereka yang baik dapat menapaki "sirathal mustaqim" sementara mereka yang jahat akan tergelincir dan tak mampu melewatinya.  

5. Sejarah hidup umat manusia
Ayat terakhir dalam Al-Fatihah menggambarkan adanya tiga golongan manusia dalam kehidupan, yaitu: orang-orang yang mendapat nikmat, orang-orang yang dimurkai Allah, dan orang-orang yang sesat. Ustadz Jeje berpendapat bahwa orang yang mendapat nikmat ialah umat muslim. Orang-orang yang shiddiq dan shalih. Mereka yang berilmu dan mengamalkan ilmunya. Orang yang mendapat murka adalah mereka yang berilmu dan tahu tapi mengingkari dan mengkhianati ilmunya. Sementara orang-orang yang sesat adalah mereka yang tidak memiliki ilmu tapi sikap sok tahunya luar biasa. Kesesatan dalam agama dibagi atas dua hal, yaitu zalim dan jahil. Mereka berbuat zalim padahal mereka memiliki ilmu. Sementara di sisi lain jahil (bodoh) tapi tidak mau menuntut ilmu. Zalim melahirkan sifat syahwat. Berbuat hanya berlandaskan nafsu amarah. Sementara jahil melahirkan sifat syubhat (keragu-raguan).

Daerah Mekkah dahulunya adalah tempat persinggahan para kafilah. Mekkah dimulai menjadi sebuah kota ketika Nabi Ibrahim as meninggalkan Siti Hajar dan Ismail di sana. Daerah Mekkah sangat tandus. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Keyakinan Hajar bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-hamba-Nya membuatnya bertahan di sana. Nabi Ismail as yang saat itu masih bayi merengek kehausan meminta air. Siti Hajar pun kebingungan. Sejauh mata memandang, yang ditemui hanyalah padang tandus nan gersang. Tapi ia tetap yakin dengan pendiriannya. Allah tak akan pernah menyia-nyiakannya. Ia kemudian berlari naik ke bukit Shafa. Ia tengok sekeliling dan melihat tanda adanya air di bukit Marwa. Ia lari ke bukit Marwa. Tapi yang ia temukan hanya fatamorgana. Ia lihat kembali ada tanda air di bukit Shafa. Ia lari ke sana, namun tak menemukan apa-apa. Siti Hajar melakukannya hingga tujuh kali. Dengan kekuasaan Allah, Siti Hajar diperintahkan untuk memukulkan kakinya ke tempat ia berpijak. Keluarlah mata air yang tak pernah berhenti mengalir sampai sekarang. Zamzam.

Dengan adanya sumur zamzam, Mekkah menjadi kota yang hidup. Banyak kafilah yang berhenti di sana dan mendirikan rumah. Kafilah mula-mula adalah Bani Jurhum. Bani Jurhum inilah yang menjadi cikal bakal penduduk Quraisy. Ketika Nabi Ismail sudah beranjak dewasa, Nabi Ibrahim as datang mengunjungi Siti Hajar dan Nabi Ismail. Di malam ke-10 kunjungannya, Nabi Ibrahim menceritakan mimpinya untuk menyembelih Ismail. Ismail dengan ikhlas mengiyakan perintah ayahnya. Kisah yang indah ini tertulis dalam Al-Qur'an surat Ash-Shaffat ayat 102, "Maka tatkala anak itu mencapai umur dapat bekerja bersamanya, Ibrahim berkata, "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat di dalam mimpi bahwa aku akan menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu?" Dia berkata, "Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada engkau, insya Allah engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar."

Masa pemerintahan Khalifah Islam dimulai dari Abu Bakar ra. Setelah Abu Bakar meninggal, pemerintahan Islam dilanjutkan oleh Umar bin Khattab ra, Utsman bin Affan ra, dan Ali bin Abi Thalib ra. Setelah Ali, pemerintahan diambil alih oleh Bani Umayyah dari Syria dan dilanjutkan dengan Bani Abasiyah dari Baghdad.
 
Pada tahun 930-951 Masehi, Hajar Aswad pernah dicuri oleh kelompok Ismailiyah, yakni sebuah aliran syiah di Bahrain. Namun Hajar Aswad berhasil ditemukan kembali dan diletakkan ke tempat semula, yakni di Baitullah. Karena Hajar Aswad direbut secara paksa, banyak pecahan Hajar Aswad disana-sini.

Tahun 1258 Masehi, Mongolia menyerang Baghdad. Tentara Islam mengungsi ke Cnstantinopel, Turki. Pemerintahan Turki Utsmani pada abad 15-21 runtuh di tahun 1524, di bawah Kemal Attaturk. Dahulu, di Turki terkenal suatu aliran tarekat dengan tokohnya Jalaluddin Rumi.

Pada abad ke-18, banyak sekali bermunculan bid'ah dan khurafat di situs-situs bersejarah Mekkah. Rumah Rasulullah misalnya, menjadi tempat orang-orang untuk melaksanakan shalat. Mereka menangis meratap-ratap di sana. Padahal tidak ada tuntunan untuk melakukan hal itu. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab kemudian maju untuk menentang kemusyrikan di Mekkah dan Madinah. Pemerintah Saudi Arabia mendukung usaha Muhammad bin Abdul Wahab tersebut. Pada tahun 1926 Masehi, Pemerintah Saudi Arabia membersihkan makam-makam sahabat nabi dan menghilangkan situs-situs bersejarah.

Ilmu pengetahuan Islam kemudian mengalami kemunduran pada abad ke-17 Masehi. Ilmu pengetahuan Islam runtuh disebabkan adanya sekulerisasi dan penjauhan umat Islam dari pedoman hidupnya, Quran dan Sunnah.

Saturday, January 19, 2013

SDM: Imtak dan Iptek

Meningkatkan kualitas iman dan takwa (imtak) sekaligus meningkatkan kualitas penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) harus dilakukan dalam satu tarikan nafas. Saya selalu mengatakan, bagaikan suatu pesawat terbang, sayap kirinya adalah imtak sedangkan sayap kanannya adalah penguasaan iptek. Jikalau anda, hanya sepihak saja, maka akan susah dikendalikan. Ibarat pesawat terbang tidak akan berfungsi jika hanya menggunakan satu sayap. Pesawat itu akan terus berputar dan jatuh! Dua-duanya harus seimbang. Manusia sepanjang masa tidak boleh berhenti untuk meningkatkan imtak yang harus seimbang iptek. Yang dihadapi sekarang adalah dominasi dari iptek atas beban pengorbanan kualitas imtak. Karena itu, kehidupan di bumi mengalami "krisis nilai" atau crisis of values.
-BJ. Habibie-
ps. And still haven't watched Habibie-Ainun yet!

Saturday, January 12, 2013

Peluk

Dan jika peristiwa jatuh hati diumpamakan air terjun, maka bersamamu aku sudah merasakan terjun, jumpalitan, lompat indah. Berkali-kali. Namun kanal hidup membawa aliran itu ke sebuah tempat datar, dan hatiku berhenti mengalir.

-Dee Lestari, Rectoverso-

Puncak Berserah Diri

Ibadahku
adalah proses berserah diri
. . .
Ketika syahadatku
bermakna komitmen
untuk meniadakan segala kecuali Engkau
Kuteguhkan niat dan kutancapkan tekad
menjalani kehidupan
mengikuti Nabi-Mu dan petunjuk-Mu
. . .
Ketika shalatku
bermakna interaksi dengan-Mu
kutegakkan istiqomahku
untuk selalu menghadirkan-Mu
di seluruh ruang kesadaran
pagiku, petangku, siangku, dan malamku
tiada waktu tanpa kehadiran-Mu
. . .
Ketika puasaku
bermakna latihan mengendalikan emosi
beserta segala tingkah lakuku,
Kulaparkan dan kuhauskan jiwa ragaku
agar aku tahu
bagaimana cara mendidik diri sendiri
dan menguasainya ketika segala kepentingan
dan kebutuhan terus membelenggu
. . .
Ketika zakatku
bermakna meluaskan kepedulian
kepada orang-orang yang terpinggirkan
kuhamburkan harta bendaku
sambil mengatakan kepada diri sendiri
bahwa 'semua ini bukan milikmu'
kecuali sekadar titipan untuk siapa saja yang sedang membutuhkan
. . .
Maka, bergeraklah
wahai jiwa yang terus menyempurna,
menuju ke puncak penyerahan diri abadi
ke tanah yang disucikan
yang disediakan untuk hamba-hamba
yang terus melakukan pencarian
. . .
Ketika Arafah
bermakna perenungan kualitas diri sejati
Ketika Jamarah
bermakna melontar sifat-sifat setaniyah
dalam diri sendiri
Ketika Thawaf
 bermakna menceburkan diri
dalam pusaran energi abadi Illahi Rabbi
dan ketika Sa'i
bermakna usaha tiada henti
. . .
maka,
kenapa masih saja ada
jiwa-jiwa kerdil sepulang haji?
Tetap tak kenal diri sejatinya
meski sudah merenung di Padang Arafah?
. . .
Tetap memelihara sifat-sifat setaniyah
dalam dirinya
meski sudah melempar bebatuan
ke simbol keingkaran?
. . .
Tetap tak mau masuk
ke dalam pusaran ridha Illahi
meskipun sudah berthawaf berkali-kali?
. . .
Bahkan, begitu mudahnya berputus asa
untuk berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya
meskipun sudah melakukan sa'i
antara Shafa dan Marwa?
. . .
Lantas,
untuk apa dia pergi ke tanah suci?
Apa yang diperolehnya selama berhaji
jika bukan kualitas berserah diri
sepenuh-penuhnya
hanya kepada Illahi Rabbi?
. . .
Sementara,
kumenyaksikan begitu banyak
orang-orang yang tak sempat ke tanah suci telah mencapai penyerahan abadi
diri dan kehidupannya
hanya untuk Dia
Sang Kekasih
. . .

Dicuplik dari Menjadi Haji Tanpa Berhaji karya Agus Mustofa