Saturday, August 9, 2008

Kisah Kalbu pada Nurani

"Apakah kau mencintainya?" tanya Nurani suatu hari

"Apa kau gila?”

“Aku mencintainya melebihi diriku!" jawab Kalbu

"Lalu kenapa kau menjauh darinya?" tanya Nurani penuh selidik

"Entahlah" Kalbu hanya terdiam

"Apa dia tidak mencintaimu?" Nurani kembali bertanya

"Kurasa cintanya padaku sederas hujan dan sebanyak bintang di langit"

"Ini semua salahku," Kalbu terduduk lemas

"Kenapa?" tanya Nurani

"Karena aku terlanjur jatuh cinta pada cahaya kesholehannya," jawab Kalbu sambil memandang penuh arti kepada Nurani.

Kemudian sambil menghela nafas panjang Kalbu berkata,

"Cahaya kesholehan pada seseorang adalah sesuatu yang sangat langka di dunia ini, dan untuk mendapatkannya diperlukan cara-cara yang halal."

"Dan bila kita mendapatkannya dengan cara-cara tidak halal maka yang kita dapat hanyalah sebuah raga tanpa jiwa, karena cahaya itulah yang membuat cinta menjadi nyata. Cinta yang menembus batas ruang dan waktu melewati nilai-nilai fisik dan keduniawian."

"Ah… Siapa yang peduli dengan hal itu? Yang penting kan kalian saling mencintai," sergah Nurani

"Memang benar tapi cinta yang tidak dinaungi cahaya kesholehan akan cepat memudar seiring waktu. Lambat laun dia akan mengikis jiwa-jiwa yang lemah dan menjauhkannya dari Rabbnya"

"Lambat laun hati orang tersebut akan membeku menjadi batu. Nasihat-nasihat akan terpancarkan bak angin lalu. Maka selanjutnya, jiwanya akan mati tak berarti dan raganya cuma mayat hidup di hadapan Rabbnya" jawab Kalbu dengan tenang.

"Lalu apa yang kau lakukan?" tanya Nurani sambil memegang bahu sahabatnya itu

"Hanya ada dua pilihannya," jawab Kalbu penuh takzim

"Yaitu?" tanya Nurani

"Bila Rabbku mengizinkan kami bertemu, insya Allah bila saatku sudah tiba maka aku akan melamarnya langsung"

"Lalu yang kedua?"

"Bila Rabbku tidak menakdirkan kami, aku rela bila dia menikah dengan seorang pemuda yang sholeh," jawab Kalbu mantap.

"Kenapa seperti itu? Bukankah justru itu akan membuat hatimu semakin sakit?" tanya Nurani dengan herannya.

"Memang, tapi bagiku akan jauh lebih sakit bila cahaya kesholehan itu hilang dari dirinya. Karena aku terlanjur jatuh cinta pada cahaya itu bukan pada fisik, harta, maupun keturunannya".

"Aku lebih baik kehilangan wujud fisiknya, ketimbang harus kehilangan cahaya itu. Dan aku rela mengorbankan apapun termasuk diriku sendiri untuk mempertahankan cahaya itu," jawab Kalbu penuh arti.

Tak terasa setitik air menetes dari mata Nurani mendengar kisah sahabatnya. Matahari pun kembali ke peraduannya sambil membawa kedukaan resah dan gelisah semua orang kala itu.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali Imran: 14)

(Diambil dari blog Kang Yoga dengan sedikit perubahan)

No comments: