Saturday, September 20, 2008

Untukmu 1000 kalinya

Novel yang mengharukan, mencekam, dan eksotik...

Dilatarbelakangi suasana kisruh di Afghanistan, The Kite Runner berhasil membawa pembaca menitikkan air mata untuk kondisi sosial disana.. well, kita tahu bahwa most of pepole in Afghanistan are moslems. But, in fact, ( hmm.. kadang soleh individu tidak berbanding lurus sama soleh sosial, coba baca Robohnya Surau Kami dari AA.Navis). In Afghanistan, kaum muslim saling bertengkar hanya karena ia berasal dari suku Pashtun atau Hazara (yah…mirip-mirip konflik etnis Madura-Dayak yang mengerikan itu). Memang, sebagai sesama muslim kita wajib mengingatkan bila ada yang menyimpang dari koridor yang digariskan. Tapi, saya rasa perdamaian lebih baik daripada peperangan. Banyak darah tumpah, air mata menetes, dan raungan kesedihan di mana-mana.

Actually, novel ini, sesuai judulnya, menceritakan perjalanan kehidupan dua orang anak kecil yang memuat intrik dan konflik di dalamnya. Berbagai rentetan peristiwa terjadi. Kebohongan, kesakitan, pengkhianatan, penyesalan, hingga penebusan dosa.

Cerita dimulai dengan mengisahkan kehidupan Amir, seorang Pashtun yang hidup mewah bersama Baba, Ali, pelayannya, dan Hassan, seorang Hazara. Ali dan Hassan bagaikan sahabat meski dalam strata berbeda. Suatu hari, saat musim salju dimulai, pertandingan akbar layang-layang digelar. Ada satu tradisi, ketika layang-layang jatuh terlibas oleh layang-layang lain, orang-orang berhamburan mengejar layang-layang yang jatuh tersebut. Barangsiapa berhasil mendapatkan layang-layang putus ini, ia serasa mendapatkan piala dari sang raja.

Hassan adalah pengejar layang-layang terbaik di distrik Wazir Akbar Khan, daerah di Kabul tempat Amir, Baba, Ali, dan Hassan tinggal. Ketika layang-layang Amir berhasil menjadi pemenang dengan memutuskan benda berkerangka empat yang berwarna biru itu, Hassan bersiap. Ia kemudian mengejar layang-layang tersebut untuk tuan yang dianggap sahabat terbaiknya, Amir. Hassan pun berhasil mendapatkan layang-layang berkat kemampuannya mengetahui letak mata angin.

Namun, sesaat setelah mendapatkan layang-layang, bencana dimulai. Pengkhianatan atas pengabdian terjadi. Kekejaman ras arya bangkit. Mimpi buruk yang kemudian dipendam selama bertahun-tahun, bahkan hingga melintasi benua. Amir insyaf, jalan menuju kebaikan adalah dengan menghadapinya, bukan menghindar atau lari darinya.

Novel ini sungguh menyedihkan. Saya sampai menangis dibuatnya. Kabarnya, filmnya telah beredar. Mungkin, akan saya tonton pula. Lagi-lagi tokoh favorit saya di novel ini berakhir dengan kematian. Kenapa setiap tokoh favorit saya dalam cerita selalu berakhir di tengah tragisnya kehidupan? Dumbledore, tokoh kesayangan saya di Harry Potter harus tewas oleh Avada Kedavra. Corrie du Busse, tokoh di Salah Asuhan juga meninggal lebih dulu.

Back to topic, satu hal yang menarik dari novel ini adalah jalan menuju kebaikan berasal dari hati nurani. Sumber kekuatan nurani adalah wahyu Illahi. Karenanya, nurani manusia yang beraroma bumi harus disiram dengan nurani langit. Fikroh adalah sesuatu yang menggerakkan orang pada perilaku. Oleh sebab itu, ketika kita memiliki masalah—baik itu ketumpulan hati, kelelahan jiwa, atau kegersangan pikiran—ia berasal dari kedangkalan ibadahnya pada Allah.

Ketika relung-relung hati telah diisi dengan ibadah yang baik, apapun kondisinya, pengaruhnya akan tercermin pada caranya menyikapi kehidupannya.

Yuk, menjernihkan hati! Untukmu, hati, keseribu kalinya! :D

Ps. Novel The Kite Runner sarat dengan bahasa Persia, buat yang sedang belajar bahasa Parsi, novel ini layak dibaca

Ps2. Saya rasa dosa terbesar bukanlah mencuri, melainkan musyrik: menyekutukan Allah.
Mencuri adalah menyekutukan Allah terhadap harta
Berzina adalah menyekutukan Allah terhadap nafsu semata
Berbohong adalah menyekutukan Allah dengan merasa bahwa Allah tidak melihatnya
Well, dosa tertinggi adalah bila mengakui adanya Ilah selain Allah…

Ps3. Untukmu, keseribu kalinya, saya sarankan untuk membaca novel ini!

3 comments:

Anonymous said...

udah lama gak baca novel..dibanding ama laskar pelangi bagusan mana?

wah bisa sampai dibuat menangis???

Iftirar said...

hmmm... [bingung mode on]

hmm....

hmm...

tapi, The Kite Runner bagus kok!

meski bagus itu relatif...

Iftirar said...

klo di Laskar Pelangi, saya nangis karena Lintang (tokoh fave saya nih..) harus putus sekolah, klo di The Kite Runner, saya nangis karena seseorang yg berhasil kembali pada jalan kebaikan setelah bertahun2 tak mnegenal Tuhan..