Saturday, June 27, 2009

Hidup Sesudah Mati

Intinya tentang cara mempersiapkan kehidupan. Manusia, kata Ustad Endang Mansyur, berbeda dengan hewan. Ketika hewan mati, maka habis perkaranya. Sementara ketika manusia mati, justru segala perkaranya baru dimulai. Ketika hewan mati, maka ia telah berakhir dari kehidupan. Namun, ketika manusia mati, ia baru saja akan memulai kehidupan yang sebenarnya.

Materi tentang kematian ini saya dapatkan hari ini, 28 Juni 2009 jam 10.00-11.30 WIB dalam acara Pengajian Bimbingan Haji Johar Baru yang dibawakan oleh Ustad Endang Mansyur, seorang guru agama Islam. Tadinya, yang akan mengisi pengajian adalah Ustad Jeje, namun beliau berhalangan hadir sehingga harus digantikan oleh Ustad Endang. Pembawaan materinya cukup menarik, sepertinya Ustad ini urang Sunda karena sepanjang pembicaraan banyak kosakata Sunda yang keluar dan saya hanya termangu mendengarnya (teu ngartos euy!).

Kematian, menurut Ustad Endang bukanlah akhir kehidupan dan bukan akhir dari segala-galanya. Sebaliknya, kematian merupakan awal dari kehidupan dan awal dari segala-galanya. Allah swt dan Rasul-Nya telah banyak menjelaskan bahwa kematian adalah haq setiap orang dan adanya kehidupan setelah kematian.

Ustad Endang kemudian bercerita tentang gurunya yang minggu kemarin meninggal. Sekitar 8000 orang datang untuk menyolatkan guru tersebut. Ustad Endang mendeskripsikan bahwa jalanan menjadi macet sehingga ia terpaksa memarkir mobil satu kilometer dari rumah sang guru untuk melayat karena banyaknya orang yang takziah. Nabi saw bersabda bahwa jika ada orang yang meninggal dan dishalatkan sebanyak 40 orang yang bertauhid dan ikhlas maka doa orang-orang yang shalat akan dikabulkan. Apalagi kalau 8000 ya? Subhanallah!

Kematian dijelaskan dalam beberapa firman Allah seperti berikut:

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah pada Kami kamu dikembalikan."
[QS. Al-Ankabut: 57]

"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh..."
[QS. An-Nisa: 78]

"Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)."
[Az-Zumar: 30]

"Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
[QS. Al-Jumu'ah: 8]

"Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan."
[QS. Al-Baqarah: 28]

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: "Telah bersabda Rasulullah saw., "Banyaklah kalian mengingat pemotong ladzat (yaitu) maut.""
[HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa'i]

=> ladzat itu apa ya?

"Wahai manusia bertaubatlah kamu kepada Allah sebelum kamu sekalian mati."
[HR. Ibnu Majah dari Jabir bin 'Abdillah ra.]

"Malaikat Jibril telah datang kepadaku (Rasulullah saw) dan berkata, "Hai Muhammad, hiduplah sesukamu karena sesungguhnya engkau pasti mati....""
[HR. Al-Baihaqi dari Jabir ra.]

=> baca hadis ini ingat tausiyah indah dari Hanum, jazakallah Num!

Tapi, kata Ustad Endang, kita tidak boleh mencita-citakan kematian karena kesusahan hidup di dunia. Lebih baik seperti ini:

Dari Anas ra, ia berkata, telah bersabda Rasulullah saw, "Janganlah seseorang dari kamu mencita-citakan kematian karena suatu kesusahan yang menimpanya. Tetapi, jika mesti mencita-citakan, maka hendaklah ia mengucapkan, "Ya Allah, hidupkanlah aku (panjangkanlah umurku) selama hidup itu baik bagiuku, dan matikanlah aku, sekiranya mati itu baik untukku.""
[HR. Bukhari-Muslim]

Sesal kemudian tiada berarti. Inilah sesalan orang-orang kafir yang tidak mempercayai adanya kehidupan yang kekal. Mereka, kata Ustad Endang adalah ahli maksiat dan juga sombong dengan kemaksiatannya, pada saat menghadapi sakaratul maut, mereka meminta supaya diperpanjang umur mereka, agar mereka dapat beriman, dan mereka memohon kepada Allah agar dapat kembali ke dunia. Ini juga terdapat dalam beberapa firman Allah swt berikut:

"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia.""
[QS. Al-Mu'minun: 99]

"Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya, Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh"
[QS. Al-Munafiqun: 10]

"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan."
[QS. Al-Munafiqun: 11]

"Mereka menjawab, "Ya Tuha kamu, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu Kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi Kami) untuk keluar (dari neraka)?"
[QS. Al-Mu'min: 11]

Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Kali ini, banyak juga yang bertanya. Ini dia pertanyaan dan jawabannya:

1. Ada yang berkata bahwa takbir dalam shalat 'Ied itu hanya satu kali, bukan tujuh di rakaat pertama dan lima di rakaat kedua. Bagaimana pendapat Ustad? (Penanya pertama ini berasal dari Bandung, aku tak habis pikir, pengajian mulai jam 8, dia harus berangkat dari rumah jam berapa ya? Rajinnya...)

Jawaban:
Sebenarnya, isu ini telah berkembang lama. Ustad Omo dari Singaparna menyatakan bahwa takbir dalam Shalat 'Ied hanya satu kali. Hal ini disesuaikan dengan kaifiyah shalat, bahwa dalam shalat hanya ada satu kali takbir, bukan tujuh atau lima kali. Pendapat ini kemudian digunakan oleh sebagian dari masyarakat Ciawi, Tasikmalaya, dan Garut. Namun, hal ini dibantah oleh Ustad Aceng Zakaria, bahwa shalat I'ed, shalat jenazah, dan shalat gerhana merupakan satu pengecualian. Ustad Aceng juga ingin berdiskusi tentang hal ini namun pihak ustad Omo tidak menanggapinya. Dewan Hisbah PP Persis kemudian memutuskan untuk tetap berpegang pada hadis yang menyatakan bahwa takbir shalat 'Ied rakaat pertama adalah tujuh kali dan yang kedua lima kali.

2. Bagaimana halnya dengan takbir shalat jenazah? Ada yang mengatakan takbir empat kali, dan mengangkat tangan hanya satu kali?

Jawaban:
Sama halnya dengan shalat jenazah yang merupakan pengecualian. Takbir di shalat jenazah ada empat kali dan mengangkat tangan pun juga empat kali. Ada empat kali kita mengangkat tangan dalam sholat fardu: di awal, tiap rukuk, tiap i'tidal, dan bangun dari duduk setelah tasyahud awal. Lebih jelasnya Ustad Endang menyarankan untuk membaca Kitab Bulughul Maram.

3. Apakah sholat malam itu waktunya hanya di sepertiga malam? Apakah sholat malam setelah isya bid'ah?

Jawaban:
Nabi melakukan qiyamul Ramadhan (shalat malam di bulan Ramadhan) selepas shalat Isya. Jadi, tidak masalah bila mengerjakannya setelah shalat Isya atau di sepertiga malam. Namun (ini pendapat saya), melakukannya di sepertiga malam lebih utama.

4. Jika orangtua kita meninggal, beliau memiliki hutang puasa. Apakah hutangnya wajib dibayarkan?

Jawaban:
Hal ini sama seperti shalat. Ketika orangtua berniat shalat namun tidak dapat melaksanakannya, tidak perlu kita gantikan. Begitu juga dengan shaum, meski ketika shaum orangtua kita memiliki hutang dan harus diqadha, kita tidak perlu menggantikannya. Hal ini sesuai dengan QS. Al-Munafiqun ayat 10 di atas tadi.

5. Adakah shalat tasbih dan shalat taubah?

Jawaban:
Kaidah ushul fiqh mengatakan bahwa hendaklah meninggalkan sesuatu yang diragukan. Kesunnahannya lebih baik daripada berbuat bid'ah. Karenanya, lebih baik fokus pada yang fardhu atau sunah yang jelas saja dan tidak terjadi perbedaan di sini, seperti: sunah rawatib, dhuha, qiyamul lail, syukrul wudhu, tahiyyatul masjid, atau shalat gerhana.

6. Bagaimana hukum merayakan perayaan ulang tahun?

Jawaban:
Hukumnya adalah bid'ah karena tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah saw. Hal ini juga dinamakan tasyabbuh yakni mengikuti suatu kaum nonmuslim. Mengadakan perayaan ulang tahun merupakan tradisi umat jahiliah di masa Nabi Nuh as yang diselenggarakan oleh salah satu anak Nabi Nuh.

Penanya kemudian bertanya lagi: bagaimana halnya dengan perayaan ulang tahun suatu perusahaan atau organisasi atau negara?

Sang Ustad hanya menjawab, itu perusahaan kan? bukan saya, terima kasih kalau begitu. Itu bukan saya (jawaban yang aneh!!!)

7. Bagaimana jika kita tidak kuat untuk pergi mengaji lagi? Apakah itu dosa? (Pertanyaan ini diajukan seorang nenek yang sudah sangat tua)

Jawaban:
Minta dibopong saja oleh anaknya. Kalau tidak bisa, sebisa mungkin melakukan cara untuk mengaji, mungkin hanya dengan membaca Al-Qur'an di rumah atau membaca hadits. Intinya berusaha sebisa mungkin untuk terus mengkaji Islam.

8. Pertanyaan ini juga diajukan oleh nenek-nenek yang sudah tua: Ustad, bagaimana hukumnya, saya selalu mengeluarkan air seni ketika batuk-batuk dan itu mengganggu shalat saya karena saya harus bolak-balik ke WC?

Jawaban:
Ustad Endang menceritakan pengalamannya ketika menjadi pembimbing haji. Ketika itu, ada seorang ibu yang sudah empat tahun tidak shalat karena setiap ada gerakan yang berlekuk, dia selalu buang gas. Ibu tersebut kemudian bertanya pada Ustad Endang. Menurut Ustad Endang, masih banyak cara yang bisa dilakukan. Shalat merupakan kewajiban yang tak bisa ditinggalkan. Ustad Endang menyarankan ibu tersebut untuk sholat dengan duduk. Alhamdulillah, ibu tersebut tidak mengeluarkan gas lagi. Untuk kasus nenek di atas, Ustad Endang menyarankan nenek untuk menyembuhkan batuk tersebut, bisa pula sholat duduk bukan berdiri, intinya shalat harus dikerjakan (Setuju! Shalat adalah tiang agama!)

Ustad Endang juga mengutip perkataan Ibrahim bin 'Adam, seorang ulama. Beliau mengatakan dua hal:

1.Kalian mengatakan bahwa mati adalah hak setiap orang. Tapi, kalian tidak berlindung dari kematian.
2.Kalian menguburkan orang-orang yang mati, tapi kalian tidak mengambil ittiba' (pelajaran) darinya.

Kematian memang guru terbaik kehidupan. Karenanya, seorang ulama berdoa, "Ya Allah, jadikanlah amalan-amalan terbaikku pada saat mendekati ajal."

Dan aku juga berdoa, "Ya Allah, matikanlah aku dalam keadaan khusnul khotimah." amiiin...^^

No comments: