Sunday, August 21, 2011

Ramadhan dan Semangat Kemerdekaan

Di bawah ini adalah tulisan yang diperuntukkan untuk sebuah lembaga keilmuan. Saya membuatnya kemarin malam sehabis tarawih dari jam 22.00-01.00 wib. Meski perjalanan tulisan ini agak tersendat karena komputer saya entah mengapa hang terus-menerus, Alhamdulillah tugas ini bisa diselesaikan tepat waktu dengan ditemani alunan merdu Margie Segers dan obrolan ringan dari partner in whatsapp, Dipo.

Teman, saat ini kita sudah memasuki sepuluh malam terakhir. Ayo semangat tingkatkan ibadah! Semoga tahun ini kita mendapat lailatul qadr. Aamiiin.


Oh ya, kata-kata dari Mohammad Iqbal ini adalah one of my fave quotes

“The sign of a kafir is that he is lost in horizon, while the sign of a mukmin is that the horizon lost in him”
-Mohammad Iqbal-

Akhirnya, saya ucapkan selamat membaca dan MERDEKA! :D

Ramadhan dan Semangat Kemerdekaan

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Mulia
Yang mengajar (manusia) dengan pena
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ia bingung. Gemetar. Takut. Tak tahu harus berkata apa.
Malaikat datang padanya dengan membawa sehelai lembaran seraya berkata, “Bacalah!”
“Saya tak dapat membaca,” katanya. Malaikat pun memeluknya dengan keras. Ia sesak. Napasnya tersengal-sengal.
Malaikat kembali menyodorkan lembarannya, “Bacalah!”
“Apa yang harus saya baca?” tanya pria berusia 40 tahun itu.
Untuk kedua kalinya, malaikat memeluknya. Napasnya kembali sesak. Setelah beberapa saat, malaikat melepaskan pelukan dan berkata “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah yang Maha Mulia.”

Dialah Muhammad saw. Penutup para nabi dan rasul. Manusia yang ditunjuk Allah untuk membawa umatnya dari kebodohan menuju jalan terang-benderang. Muhammad, dengan sejumlah wahyu dan sifat kenabian mengajak seluruh masyarat untuk melepaskan diri dari belenggu berhala yang membuat jiwa kerdil.

Saat itu masyarakat Quraisy berada dalam abad kegelapannya. The Dark Age. Saya rasa mirip dengan ibukota kita kini. Jahiliah namun modern. Masyarakat Quraisy pintar berdagang, pintar mengelola sumber alam, tapi bodoh dalam peradaban. Kota yang rusak. Kejahatan merajalela. Norma-norma tak tentu adanya. Hukum menjadi alat kekuasaan.

Ajaran Muhammad kemudian mengubah hal itu. Islam memberi warna dalam metamorfosis kehidupan masyarakat Mekkah bahkan dunia. L. Stoddart berkata bahwa Muhammad saw menjadi penerang jiwa seluruh bangsanya. Ia membawa ajaran tauhid, bersih dari segala kekhurafatan dan kebatilan. Digairahkannya kembali hati bangsa Arab pada agama. Disatukannya manusia dalam persaudaraan universal. Secara berbondong-bondong, seluruh penjuru mengikutinya, antara pegunungan Pyrenia dan Himalaya, antara padang pasir di tengah Asia hingga ke benua Afrika, menuju Rabbul ‘alamin.

Inilah kemerdekaan. Merdeka dari kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Merdeka dari kungkungan penghambaan materiil kepada keesaan Allah. Islam bukanlah agama yang terbatas dalam masjid dan ritual. Sebab Islam adalah agama yang menyeluruh, mengatur hubungan vertikal maupun horizontal, ibadah maupun muamalah. HAR Gibb menyebutkan bahwa Islam sesungguhnya lebih dari satu sistem agama, Islam adalah kebudayaan yang lengkap.

Salah satu ajaran dalam Islam adalah berpuasa di bulan Ramadhan. Kewajiban ini merupakan sarana dari Allah ta’ala untuk memerdekakan diri dari nafsu yang membelenggu. Tiga puluh hari berjuang menahan makan, minum, serta hal-hal yang mengurangi nilai puasa akan meningkatkan derajat kita dalam golongan orang-orang yang bertakwa. Puasa meneguhkan kembali hubungan kita dengan Allah. Puasa akan mengokohkan bashirah (hati nurani) kita. Sebab, kata Ustadz Rahmat Abdullah, hati nurani manusia yang beraroma bumi harus disiram dengan bashirah langit, yakni wahyu Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an.

Di bulan Ramadhan tahun 1945, Indonesia berhasil melepaskan diri dari jerat kolonialisme. Semoga Ramadhan tahun ini membuat kita menjadi manusia merdeka seutuhnya. Merdeka bukanlah berbuat apapun semau kita. Merdeka adalah kebebasan untuk menjalankan syariat-syariat yang telah ditetapkan Allah swt.

“Katakanlah, “Tuhanku menyuruhku berlaku adil. Hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap shalat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula.”
QS. Al-A’raf: 29

2 comments:

Aris said...

Wah, terlambat saya membaca ini.

Ala kulli hal, taqobbalallahu minna wa minkum shiyaamanaa wa shiyaamakum.

:)

[esensi.wordpress.com]

Iftirar said...

@Aris:

taqabbal yaa kariim
better late than never! :D

salam esensi!