Monday, April 27, 2015

Adab Kefakiran

Asal kalimat faqir adalah patah tulang belakang. Al-Jurnani menjelaskan bahwa fakir adalah kehilangan apa yang dibutuhkan, adapun kehilangan apa yang tidak dibutuhkan tidaklah disebut faqir. Sementara Sayyid Sabiq berpendapat bahwa faqir-miskin adalah orang yang memiliki kebutuhan dan tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Lawan dari faqir-miskin adalah orang kaya yang berkecukupan yang dapat memenuhi kebutuhannya. Kaya ialah apabila ia memiliki kelebihan dari kebutuhan pokok yang ada.

Al Raghib Al Ashfahani menjelaskan empat makna faqir dalam Al-Quran, yakni:
a. Tidak adanya kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh semua manusia di dunia
    Semua manusia pada dasarnya merupakan faqir, kita faqir terhadap Allah swt.
b. Tidak mendapatkan barang yang dibutuhkan
c. Jiwa yang serakah, merasa tidak cukup, menyeret kepada kefaqiran
    Seorang yang faqir pada dasarnya bisa saja menjadi manusia yang bahagia asalkan ia memiliki ghaniyatunnafs (hati yang kaya).
d. Faqir kepada Allah, merasa membutuhkan Allah, perlu kepada bantuan Allah swt.

Kefakiran dan kemiskinan bisa saja merupakan bentuk siksa Allah swt sebagaimana disebutkan dalam QS. Ali Imran ayat 112:
"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan (tali) perjanjian dengan manusia. Mereka mendapat murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi, tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas."

Dari ayat di atas, dapat dilihat bahwa Yahudi mendapat siksa disebabkan oleh empat hal, yakni:
- Mengingkari ayat-ayat Allah swt
- Membunuh para nabi
- Maksiat (durhaka)
- Melampaui batas (berbuat maksiat pada manusia)

Empat hal tersebut juga merupakan indikator untuk membedakan suatu musibah itu disebut ujian atau siksa.

Ada beberapa keutamaan orang faqir, yakni:
- Allah swt mencintai orang faqir yang menjaga kehormatan
- Tidak ada perbedaan kekayaan di mata Allah swt, yang membuat beda adalah ketakwaan manusia itu masing-masing. Nabi saw bahkan pernah ditegur oleh Allah swt karena mengabaikan orang miskin buta yang ingin bertanya tentang agama Islam.
- Pengikut Rasulullah saw berasal dari orang-orang faqir
- Hamba Allah swt yang paling dicintai adalah orang faqir yang qanaah dan ridha atas apa yang Allah berikan padanya.

Ada empat adab kefakiran:
1. Adab batin

Kefaqiran dipandang sebagai cobaan dari Allah swt. Pada kefaqirannya ia tidak suka namun ia memandangnya sebagai ujian karenanya ia tetap cinta kepada Allah swt.

2. Adab zahir

Menjaga kehormatan, tidak memperlihatkan kesusahan, tidak mengeluh pada kefaqiran, namun menyembunyikannya dari orang lain. Ia tidak menunjukkan kesusahannya pada orang lain, malah ia memberi kepada yang lain. Ia tidak menjadi peminta-minta. Karena sikapnya ini, orang-orang menyangkanya ia berkecukupan padahal ia faqir.

3. Adab bergaul dengan orang faqir

Rendahkan diri dan dekati orang faqir. Orang yang tawadhu pada orang miskin akan diberi ganjaran oleh Allah swt. Jangan hanya diam dan tunduk pada orang kaya ketika melihat sesuatu yang salah, sebab ketundukan hanya pada Allah swt (amar ma'ruf nahi munkar).
 

4. Adab dalam menyikapi kefaqiran

Jangan malas ibadah karena sebab kefaqiran seolah-olah ibadah yang banyak tetap membuat diri ada dalam kefaqiran. Jangan sampai berhenti bershadaqah karena sebab faqir. Usahalah yang maksimal dalam berinfaq. Shadaqah dalam masa kefaqiran lebih berharga dibanding dalam zaman kemakmuran.

Dirangkum dari pengajian bulanan Persis oleh Ustad Husen.

No comments: