Sunday, February 22, 2009

Yahudi dan Penyimpangan Agama Tauhid

Saat Muhadharah Umum alumni Haji Johar, saya mendapat materi tentang Yahudi dan Penyimpangan Agama Tauhid. Materi ini dibawakan oleh Ustad Romly Qomaruddien Abu Yazied, wakil Ketua Litbang PP Pemuda Persatuan Islam (bidang Aqidah dan Pemikiran) dan pengajar Studi Aqidah Islam di STID Mohammad Natsir.

Inilah catatannya..

Yahudi dan Penyimpangan Agama Tauhid

A.Penamaan Yahudi

-Secara umum disebut sebagai Ahlul Kitab (sebagaimana Nasrani)
Muhammad Ali Ya’budi menyatakan bahwa Yahudi disebut ahlul kitab karena mereka mendapat amanah kitabullah. Namun, karena mereka menyimpang, mereka disebut ahlul kitab.
-Pandangan Sayyid Thanthawi, Guru Besar Al-Azhar
Ada tiga sebutan untuk kaum Yahudi: Bani Israil, Yahudi, dan Ibrani

B.Sebutan Ibrani

-Disandarkan pada datuk ke lima bangsa Yahudi yang bernama A’bir (dikatakan si fulan seorang Ibrani, bermakna anak cucu A’bir). Sebutan ini dipakai pula oleh bangsa Palestina Kuno. Abdullah ibnu Abbas mengatakan bahwa Taurat menggunakan bahasa Ibrani kemudian ditafsirkan dengan menggunakan bahasa Arab.
-Diambil dari kota Ibri (dari kata a ba ra, artinya melintasi, menyeberangi). Disandarkan kepada peristiwa keluarnya Nabi Ya’qub dari Irak yang menyeberangi Sungai Eufrat. Maka, Nabi Ya’qub disebut sebagai seorang Ibri, dan anak cucunya disebut Ibrani.
-Sebutan Ibrani dinisbahkan kepada Nabi Ibrahim al-Ibrani. Keturunannya mengadakan perjalanan menuju Khuran, Syiria dilanjutkan ke negeri Kananiyah (2000 SM) dan menetap di sana hingga melahirkan Ya’qub dan keturunannya. Ibrahim memiliki dua putra, Ishaq dan Ismail. Ishaq melahirkan Ya’qub dan keturunannya sementara Ismail melahirkan bangsa Quraisy dan Nabi Muhammad saw hingga keturunannya.
-Sebutan Ibrani dinisbahkan kepada kaum Baduy padang pasir yang senantiasa berpindah-pindah (dinisbahkan kepada asal kaumnya Nabi Ibrahim).
Maka dapat diambil kesimpulan sementara bahwa penamaan kaum Yahudi dengan Ibrani lebih kepada rasial dan kegemaran hidup mengembara.

C.Sebutan Bani Israil

-Disandarkan kepada Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim sebagai gelar kesalehan (Isra berarti kekasih atau hamba dan ‘il berarti Tuhan). Ini sama seperti halnya Ibrahim yang memiliki gelar kekasih Allah (khalilullah) atau kekasih yang Maha Rahman (khalilurrahman).
-Ya’qub memiliki empat orang istri dan melahirkan dua belas anak:
•Dari Istri pertama (Li’ah) memiliki enam orang anak: Rawabbin, Samiun, Lawiyah, Yahudza, Badzakir, dan Dzambalan.
•Dari istri kedua (Rahil) memiliki dua anak: Yusuf dan Bunyamin.
•Dari istri ketiga (Zalifah) memiliki dua anak: Za’ad dan ‘Asyir
•Dari istri keempat (Barihah) memiliki dua anak: Dana dan Naftalia

Yahudza merupakan anak yang paling berpengaruh dari dua belas anak lainnya. Dari sini, kita dapat melihat bahwa bangsa Arab dan Yahudi sebenarnya adalah saudara.
Mereka disebut sebagai Bani Ya’qub atau Bani Israil sebagaimana tertera di QS. Al-Baqarah ayat 132-133. Ada satu ucapan menarik yang dilontarkan Nabi Ya’qub ketika ia akan meninggal. Ya’qub sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an berkata, “Maa ta’buduuna mim ba’di?” (apa yang akan kamu sembah sepeninggalku?). Kondisi ini sangat berbeda dengan kita saat ini. Ketika kita meninggal, yang kita wasiatkan kepada anak-anak kita mungkin “Maa ta’qulu?” (apa yang kamu makan?)

Penggunaan nama Israil/Israel inilah yang digunakan Theodore Hertzl (1860-1904) untuk menyebut negara Yahudi dengan tendensi politik atas kepentingan politik global yang dicetuskan dalam Kongres Zionisme Internasional pertama tahun 1895 di Bassel, Swiss. Salah satu rumusan yang paling penting dari kongres tersebut adalah lahirnya “24 pasal rahasia” yang melahirkan Protocols of Zion yang lebih dikenal dengan ayat-ayat setan Zionis Yahudi.

Ayat-ayat rahasia ini bocor oleh seorang Perancis dan sampai ke tangan Sergey Nylos (pendeta Ortodok Rusia) lalu diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Rusia tahun 1901. Kemudian, bocornya rahasia ini menyebabkan kalangan Yahudi memborong semua buku di pasaran Eropa Timur, namun sebuah naskah berhasil lolos karena terbawa seorang wartawan Inggris Victor E. Mersden dan menyebar ke Eropa Barat (pada tahun 1917 diterjemahkan menjadi The Protocols of The Learned of Zion), lalu menyebar ke Amerika dan Jerman dan diterjemahkan kepada lebih dari 21 bahasa dunia.

D.Sebutan Yahudi

1.Diambil dari peristiwa taubatnya Bani Israil setelah menyembah anak sapi (QS. Al-A’raf: 156).
2.Disandarkan kepada sikap mereka yang ‘gemetar’ ketika membaca Taurat
3.Disandarkan pada anak keempat Nabi Ya’qub bernama Yahudza (yang menjadi anak paling berpengaruh), sekalipun pandangan ini masih bersilang pendapat sehubungan perbedaan pendapat antara kata Yahudza dan Yahudi.

Setelah wafatnya Sulaiman bin Dawud, keturunan Ya’qub ini pecah menjadi dua golongan besar:
-Kelompok Yahudza (didukung keturunan Yahudza dan Bunyamin) yang dikenal dengan Kerajaan Selatan.
-Kelompok Israil (didukung sepuluh keturunan) yang disebut dengan Samaria atau kerajaan Utara. Namun akhirnya jatuh ke tangan bangsa Syria, lalu bergabung dengan kelompok Yahudza kembali.

Semenjak itu pula (722 SM) terjadi malapetaka “pengkhianatan” terhadap perubahan Taurat secara besar-besaran yang dilakukan para pendetanya serta tokoh-tokohnya hingga saat ini (mereka mengubah Taurat menjadi Talmud) dan mengubah Talmud menjadi Protocolat.

Kebiasaan ini telah mendarah daging sejak dahulu. Yahudi mengatakan bahwa najis hukumnya mereka yang bukan anak Tuhan. Anak Tuhan yang dimaksud di sini adalah Bani Israel. Bahkan, oleh kaum Yahudi Nabi Ya’qub dituduh berzina dengan anaknya sendiri. Nabi Sulaiman yang memakmurkan Israel dituduh sodomi. Tidak kurang 300 nabi pernah dibunuh oleh Bani Israel, baik yang tercatat maupun yang tidak.

E.Mereka menyimpang dari agama tauhid, mengubah ayat Allah, mengingkari ayat nabi, dan membunuh nabinya sendiri.

-Sifat dan sikap mereka yang senantiasa mengubah ayat-ayat Allah (QS. Al-Maidah: 41).
Allah telah memperingatkan kepada kita tentang perilaku ini agar tak terulang pada umat Muhammad saw. Ada ulama yang berkata, pada saat Nabi saw isra mi’raj ke sidratul muntaha untuk menerima perintah shalat sebanyak 50 rakaat, Nabi Musa protes. Kenapa Musa yang protes, tidak yang lainnya? Karena Nabi Musa memiliki pengalaman yang pahit menghadapi kaumnya, Bani Israil.
-Sifat dan sikap mereka yang menolak kebijakan nabi-nabinya (QS. Al-Maidah: 26)
-Karena keingkarannya, Allah mengutuk dan menghinakan mereka (QS. Ali-Imran: 112).
Oleh Allah, Bani Israil tidak diperkenankan memiliki tempat di muka bumi. Napoleon Bonaparte memiliki keinginan yang besar untuk mengumpulkan Yahudi dalam satu wilayah. Akhirnya, diputuskanlah di Palestina. Mengapa Palestina? Agar ada akar sejarah. Bani Israil dulu pernah bertempat tinggal di sana. Namun, itupun tadinya dihuni bangsa Kan’an. Ada tiga suku di Kan’an, dan Yahudi tidak termasuk di dalamnya. Kemudian Bani Israil datang sebagai bangsa pendatang. Jadi, sebenarnya Palestina bukanlah tempat tinggal Yahudi.

F.Rasulullah SAW menjadi saksi atas penolakan dan pengingkaran mereka

Telah mengeluarkan riwayat ini Ibnu Abi Hatim, Ibnu Mundzir dari Ikrimah dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata, “Rasulullah saw pergi masuk ke tempat kajian kelompok orang Yahudi, lalu beliau mengajak mereka menuju jalan Allah, maka Nu’aim bin Amr dan Harits bin Zaid bertanya, “Atas dasar agama siapa anda hendak membawa kami?” Nabi menjawab, “Atas dasar ajaran agama Ibrahim as.” Keduanya menjawab, “Sesungguhnya Ibrahim itu (bapak kami) seorang Yahudi.” Maka nabi menjawab, “Kalau demikian, mari kembali kepada Kitab Taurat, karena antara kami dan kalian tidak ada bedanya.” Namun keduanya menolak, lalu turun ayat ini:
“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bagian kitab (taurat), mereka diseur kepada kitab Allah swt supaya kitab itu menetapkan hukum diantara mereka, kemudian diantara mereka berpaling dan mereka selalu membelakangi (kebenaran).”
[lihat Khalid Abdurrahman al-‘Ak dalam Shafwatul Bayan li Ma’anil Qur’an, 1994:53].

Komentar para mufassir:
•Yang dimaksud Al-Kitab adalah At-Taurat dan mu’ridhun adalah tidak mau menerima ketetapan hukum dari Nabi saw, demikian pula dengan penolakan mereka terhadap kitab Taurat sendiri (Tafsir Jalalain, Tahqiq Al-Arnauth halaman 53).
•Kejadian tersebut berhubungan dengan penolakan orang Yahudi terhadap hukum rajam bagi dua orang yang berzina dari suku Khaibar (Mukhtashar at-Thabari, halaman 68).
•Ayat tersebut merupakan celaan bagi orang Yahudi dan Nasrani yang merasa bangga terhadap Taurat dan Injil sekalipun tidak mengamalkan hukumnnya. Demikian pula dengan orang yang tidak mengikuti kepada hukum yang ditetapkan Muhammad saw (Muhammad Nasieb Ar-Rifa’I, Ikhtisar Ibn Katsir 1/262).
•Asy-Syaukani mengatakan ilmu dan pengakuan mereka (sebagian pendeta Yahudi) tidak sesuai dengan seruan isi kitab Taurat (Dr. Muhammad Sulaiman Al-Asyqor, Zubdah At-Tafsir min Fathil Qadir, halaman 66).
Wa hum mu’ridhun merupakan kalimat penegasan terhadap sikap penyelewengan karena tabiat mereka selalu berpaling dari kebenaran dan kekal dalam kebatilan (Muhammad Ali As-Shobuni, Shafwat at-Tafasir 1/193).
•Termasuk mu’ridhun orang-orang yang hanya sekedar membanggakan terhadap Al-Qur’an dan nabinya, namun tak mau meyakini dan mengamalkannya. Allah azza wa jalla mencela orang-orang yang menyimpang dari hukum Taurat, demikian pula dengan penyimpangan mereka terhadap Al-Qur’an yang suci dan agung (Sa’id Hawwa, Al Asas fii Tafsir 2/779).

Ada beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta acara:

1.Apa yang harus kita lakukan dengan Yahudi? Apakah damai mungkin dilakukan?

Yahudi telah merebut tanah Palestina. Pada masa Umar bin Khattab, Umar membebaskan Palestina ke tangan kaum muslimin. Kenapa dibebaskan?karena di sana terdapat kiblat umat muslimin. Sampailah pada masa Sultan Abdul Hamid masa kekhalifahan Utsmaniyyah. Saat itu, Theodore Hertzl meminta Sultan memberikan Palestina bagi kaum Yahudi. Namun, Sultan Abdul Hamid menolak. Ia berkata, “Haram bagi kami menyerahkan Palestina kepada Yahudi, dalam Palestina terdapat hak umat muslim” (penjelasan lebih lanjut ada dalam email, mungkin akan saya posting setelah tulisan ini).

Sebenarnya, jika Yahudi tidak menginginkan sesuatu yang lebih besar, mereka tidak akan sulit diterima. Namun, bangsa Yahudi selalu menginginkan lebih. Bila sudah ada sejengkal, mereka ingin sehasta lalu menjadi sedepa, dan seterusnya. Seharusnya bedol Yahudi tidak perlu dilakukan. Biarlah Yahudi diam di tempatnya masing-masing dan tidak berkumpul menjadi negara. Karenanya, sampai kapanpun, mungkin sampai kiamat, kita tetap harus memerangi Yahudi dan membebaskan Palestina, karena Yahudi di Palestina adalah penjajahan.

2.LDII seperti apa? Peserta yang bertanya ini (nenek-nenek yang sudah tua loh, hebat!) ditawari masuk dalam LDII
Nur Hasan Ubaidah mengaku berguru pada Abu Utsman di Darul Hadits, Mekkah di tahun 1941. Namun, setelah dikonfirmasi, Abu Utsman mengaku tidak memiliki murid bernama Nur Hasan Ubaidah. Nur Hasan Ubaidah kemudian mendirikan Lemkari. Lemkari berubah nama menjadi LDII. Karena didesak sebagai aliran sesat, LDII berubah nama menjadi LDII Paradigma Baru, paradigma yang tak lagi menganggap jamaah di luar mereka najis. Ada lima prinsip yang mereka anut dan inilah yang membuat mereka dikatakan sebagai aliran sesat:
a.Jamaah, yakni sah seseorang bila berada di dalam Jama’atul Muslimin. Di luar Jama’atul Muslimin (LDII) kafir.
b.Imamah, yakni sebuah konsep yang menganggap bahwa imam sudah berdiri. Seseorang yang tidak ikut bergabung dengan kelompok imam adalah sesat.
c.Bai’at, suatu janji yang menyatakan setia. Bila ia keluar dari bai’at menjadi kafir.
d.Thoriqatu Manqul, sebenarnya saya tidak terlalu paham penjelasan ini. Intinya, metode yang keliru dalam pembelajaran para ulama. LDII meyakini bahwa hadits tidak harus sampai ke ahli hadits, yang terpenting sampai pada Nur Hasan Ubaidah.
e.Sanad yang harus sampai kepada Nur Hasan Ubaidah.
Liberalisasi pemikiran tak hanya terjadi di Barat, pun di Timur. Banyak orang-orang yang kuliah di Mesir atau Arab sesat. Ustad ini pun bercerita tentang banyaknya hafiz qur’an yang sesat (wah.. seram juga ya!). jadi, jangan tanya di mana anda belajar, tapi tanyalah apa yang dipelajari?

3.Taurat itu tertulis di batu, sementara Talmud diturunkan secara lisan, ini bagaimana?
Semua kitab suci diturunkan secara berbeda-beda oleh Allah. Wahyu itu diinterpretasi menjadi sifir (lembaran). Ten commandements dan Talmud berbeda. Ketika Zionis berdiri, ayat-ayat Tuhan ditafsirkan dengan kacamata politik untuk menjadi target bangsa Israil. Negara-negara yang menjadi sasaran Israel ialah Syam, Syria, dan Palestina.

4.Nabi Ibrahim memiliki anak Ismail dan Ishaq. Apakah Ismail juga keturunan Yahudi?
Ismail bukan Yahudi, sebab Yahudi merupakan keturunan dari Ishaq bukan Ismail. Jadi, Yahudi dan keturunan Ismail atau bangsa Arab masih ada garis saudara.

5.Apakah isi dari 24 pasal rahasia itu?
24 pasal rahasia Yahudi berisi tentang pasal-pasal yang memicu terjadinya perang.

Sebenarnya, saya masih punya beberapa pertanyaan. Namun, karena waktu tak cukup, pertanyaan itu harus dipendam. Selepas acara, saya tetap tak bisa bertanya. Ustadnya dikerubungi bapak-bapak yang ingin berdiskusi dan saya merasa tak enak menghampirinya. Apakah ada yang tahu jawabannya?
1.Ustadnya berkata bahwa ada dendam sejarah antara Yahudza dan bangsa Arab. Dendam sejarah apakah itu? Saya sangat penasaran!
2.Kenapa 24 pasal rahasia disembunyikan dan mengapa Yahudi memborong semua pasaran buku ini?
3.Bukankah Yusuf dan Bunyamin anak bungsu?

Penasaran!

No comments: