Sunday, April 10, 2011

Born To Be King

"You can't change the past, but you can fix the future"

Suatu hari, Nala, teman lama Simba, muncul di hutan dan memohon agar Simba pulang ke Karang Singa, tempat Scar, paman Simba yang jahat, mengambil kedudukan sebagai raja.
"Aku tak bisa pulang," Simba berkeras. "Mengertilah, kadang hal buruk terjadi, dan kita tak bisa melakukan apa-apa. Jadi untuk apa mencemaskannya?"

Malam itu, Simba menjelajahi bentangan dataran tinggi berumput. Apa yang akan kubuktikan jika aku kembali ke Karang Singa? pikirnya. Itu takkan mengubah apapun. Kita tak bisa mengubah masa lalu.

Ketika Simba sedang berkelana, seekor babun melompat turun dari pohon dan mengikutinya. "Tolong berhenti mengikutiku!" geram Simba.
"Siapa kau?"
Rafiki berkata, "Pertanyaannya adalah: Siapa kau?"
"Tadinya kupikir aku tahu," Simba menghela napas. "Tapi sekarang aku tidak yakin."
Rafiki terkekeh, "Aku tahu siapa kau. Kau putra Mufasa."
"Dulu kau kenal ayahku?" tanya Simba terperangah.
"Salah!" jawab Rafiki. "Sekarang aku kenal ayahmu."

Simba menggeleng sedih, "Aku tak suka memberitahumu berita ini, tapi dia sudah lama mati."
"Tidak!" sergah babun itu. "Salah lagi! Dia masih hidup. Akan kuperlihatkan kepadamu. Ikuti si tua Rafiki. Dia tahu jalannya!"
Simba mengikuti Rafiki ke sebuah kolam. Rafiki menyibakkan batang buluh dan berkata, "Ssstt.. Lihat di bawah sana."
Simba mengintip ke dalam air, berharap akan melihat keajaiban. "Itu bukan ayahku," katanya pelan. "Itu hanya pantulanku."
"Tidak," Rafiki berkeras. "Lihat lebih teliti."
Simba mencoba. Memang benar ia mirip Mufasa, tapi...
"Lihat?" kata Rafiki. "Ayahmu hidup dalam dirimu."

Lalu Simba mendengar suara agung Mufasa menggelegar di angkasa. Simba menengadah menatap bintang-bintang.
"Simba," perintah Mufasa., "kau harus mengambil tempatmu dalam lingkaran kehidupan. Ingat siapa dirimu. Kau putraku, dan satu-satunya raja yang sejati. Ingat.. Ingat..."
Ketika suara itu memudar, Rafiki mengedipkan sebelah mata dan berkata, "Apa itu tadi? Cuacanya.. sangat aneh!"

"Sepertinya angin akan berubah," kata Simba.
"Perubahan itu bagus!" jawab Rafiki.
"Ya," kata Simba, "tapi tidak mudah. Aku tahu apa yang harus kulakukan. Tapi... pulang berarti aku harus menghadapi masa laluku. Aku sudah lama melarikan diri dari masa laluku."
Rafiki mengangkat tongkatnya dan memukul kepala Simba.
"Aduh!" teriak Simba. "Kenapa aku dipukul?"
Rafiki tertawa. "Tidak penting kenapa. Itu sudah lewat, sudah masa lalu!"
"Ya," kata Simba sambil menggosok-gosok kepalanya, "tapi masih terasa sakit."
"Oh, memang, masa lalu bisa menyakitkan. Tapi, menurutku, kita bisa menghindari masa lalu... Atau belajar darinya."

Simba akhirnya yakin. Ia berlari menerobos rerumputan tinggi, menuju Karang Singa. Ia akan menantang Scar. Sudah waktunya.

Dikutip dari Disney Family's Story Collection Kisah-Kisah untuk Keluarga.

Dongeng Simba di atas adalah salah satu dongeng favoritku selain Beauty and The Beast dan Aladdin. Perubahan adalah keniscayaan. Mari berinovasi!

No comments: