Saturday, October 1, 2011

Rectoverso

Rectoverso adalah gambar yang saling mengisi antar muka dan depan. Salah satu contoh rectoverso yang bisa kita temui sehari-hari adalah ikon gambar di lembar uang kertas. Misalkan, ada sebuah rectoverso yang secara utuh berupa lingkaran di dalamnya ada lima kelopak, berjajar teratur, dan berpusat pada satu titik tengah.

Di satu sisi kertas, gambar yang dimunculkan adalah lingkaran dengan tiga kelopak. Di sisi lain, adalah gambar lingkaran dengan dua kelopak, yang apabila disatukan dengan sisi baliknya akan menampilkan rectoverso yang utuh, lingkaran dengan lima kelopak yang teratur dan berpusat pada satu titik tengah.

Perspektif kita yang parsial tidak akan melihat bahwa diri kita sebenarnya adalah rectoverso. Terlalu banyak manusia yang menghabiskan seumur hidupnya dalam perasaan hampa, seakan-akan ada sesuatu hilang dari dirinya dan tidak tahu apa. Lalu mereka mencari, dan mencari. Keluar dari inti mereka sendiri, dan kemudian tersesat. Dengan bermacam-macam cara mereka lalu memeras keringat dan otak untuk mendefinisikan “sesuatu” yang hilang itu, yang kebanyakan mereka anggap di “luar” sana.

Manusia memang seolah didesain untuk menunaikan satu misi: mencari tahu asal-usul mereka. Demi kembali merasakan keutuhan itu, yang niscaya akan membuat mereka berhenti merasa kecil dan teralienasi di tengah megahnya jagat raya.

Lalu, bagaimana kalau ternyata apa yang kita kira selama ini sebagai ketidaklengkapan sebenarnya hanya rectoverso belaka? Yang artinya, kita tidak perlu kemana-mana. Yang artinya lagi, untuk merasa utuh kita hanya perlu mengubah perspektif kita. Ketika kita berhasil mengambil jarak dari benih-benih pemecah-belah dalam pikiran kita, maka rectoverso akan tampil. Yang artinya lagi (dan lagi), apa yang kita ingin cari tidak berada di luar sana. Sebaliknya, sangat dekat, tak berjarak. Temukan kenop kita, dan putar. Lihat dengan cara yang lain.

Berhentilah merasa hampa. Berhentilah minta tolong untuk dilengkapi. Berhentilah berteriak-teriak ke sesuatu di luar sana. Berhentilah bertingkah seperti ikan di dalam kolam yang malah mencari-cari air. Apa yang kita butuhkan semuanya sudah tersedia. Tidak ada seorang pun mampu melengkapi apa yang sudah utuh. Tidak ada sesuatu pun dapat mengisi apa yang sudah penuh. Tidak ada satu pun yang dapat berpisah satu sama lain. Tinggal kemauan kita untuk mampu menyadarinya, atau tidak.

Temukan kenop kita, dan putar!

Dikutip dari Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh karya Dee Lestari

2 comments:

ria said...

very nice article

Iftirar said...

thank you Ria :)