Saturday, January 12, 2013

Puncak Berserah Diri

Ibadahku
adalah proses berserah diri
. . .
Ketika syahadatku
bermakna komitmen
untuk meniadakan segala kecuali Engkau
Kuteguhkan niat dan kutancapkan tekad
menjalani kehidupan
mengikuti Nabi-Mu dan petunjuk-Mu
. . .
Ketika shalatku
bermakna interaksi dengan-Mu
kutegakkan istiqomahku
untuk selalu menghadirkan-Mu
di seluruh ruang kesadaran
pagiku, petangku, siangku, dan malamku
tiada waktu tanpa kehadiran-Mu
. . .
Ketika puasaku
bermakna latihan mengendalikan emosi
beserta segala tingkah lakuku,
Kulaparkan dan kuhauskan jiwa ragaku
agar aku tahu
bagaimana cara mendidik diri sendiri
dan menguasainya ketika segala kepentingan
dan kebutuhan terus membelenggu
. . .
Ketika zakatku
bermakna meluaskan kepedulian
kepada orang-orang yang terpinggirkan
kuhamburkan harta bendaku
sambil mengatakan kepada diri sendiri
bahwa 'semua ini bukan milikmu'
kecuali sekadar titipan untuk siapa saja yang sedang membutuhkan
. . .
Maka, bergeraklah
wahai jiwa yang terus menyempurna,
menuju ke puncak penyerahan diri abadi
ke tanah yang disucikan
yang disediakan untuk hamba-hamba
yang terus melakukan pencarian
. . .
Ketika Arafah
bermakna perenungan kualitas diri sejati
Ketika Jamarah
bermakna melontar sifat-sifat setaniyah
dalam diri sendiri
Ketika Thawaf
 bermakna menceburkan diri
dalam pusaran energi abadi Illahi Rabbi
dan ketika Sa'i
bermakna usaha tiada henti
. . .
maka,
kenapa masih saja ada
jiwa-jiwa kerdil sepulang haji?
Tetap tak kenal diri sejatinya
meski sudah merenung di Padang Arafah?
. . .
Tetap memelihara sifat-sifat setaniyah
dalam dirinya
meski sudah melempar bebatuan
ke simbol keingkaran?
. . .
Tetap tak mau masuk
ke dalam pusaran ridha Illahi
meskipun sudah berthawaf berkali-kali?
. . .
Bahkan, begitu mudahnya berputus asa
untuk berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya
meskipun sudah melakukan sa'i
antara Shafa dan Marwa?
. . .
Lantas,
untuk apa dia pergi ke tanah suci?
Apa yang diperolehnya selama berhaji
jika bukan kualitas berserah diri
sepenuh-penuhnya
hanya kepada Illahi Rabbi?
. . .
Sementara,
kumenyaksikan begitu banyak
orang-orang yang tak sempat ke tanah suci telah mencapai penyerahan abadi
diri dan kehidupannya
hanya untuk Dia
Sang Kekasih
. . .

Dicuplik dari Menjadi Haji Tanpa Berhaji karya Agus Mustofa

No comments: