Monday, May 6, 2013

Orangutan

Orangutan telah berevolusi bersama alam dua juta tahun. Manusia baru muncul 200 ribu tahun terakhir. Namun, dalam 100 tahun, atas nama ekonomi manusia telah mendesak orangutan hingga mendekati punah. Hanya 20 persen populasi orangutan yang tersisa.

Seperti manusia, setiap individu orangutan memiliki kepribadian unik. Orangutan punya kompleksitas dan kerentanan emosi seperti manusia. Mereka bisa menunjukkan trauma, gangguan jiwa, juga afeksi kepada yang dicinta. Dengan mata bundarnya yang berkilau, tatapan orangutan akan meninggalkan kesan yang berbeda. Ada yang menatap lembut, ada yang memancarkan agresi samar, ada yang dingin, ada yang jenaka. Apapun kesan yang mereka tinggalkan, tatapan orangutan selalu menembus ke hati. Mereka menatap tanpa agenda tersembunyi.

Berbeda dengan gorila yang terestrial, atau simpanse yang setengah arboreal, orangutan adalah primata arboreal tulen. Sebagian besar hidup orangutan terjadi di pohon. Bagi makhluk terestrial seperti manusia, mengamati orangutan bukan pekerjaan mudah.

Gorila dan simpanse hidup dalam kelompok sedangkan orangutan hidup soliter. Orangutan jantan dewasa menghabiskan hidupnya dalam kesendirian, kecuali jika musim kawin. Jika berkelompok pun, jumlahnya tidak lebih dari tiga atau empat. Seiring dengan perubahan umur dan dinamika antar-individu, kebersamaan itu biasanya sementara. Ibu akan melepas anak dewasanya. Jantan akan menyendiri.

Meski penyendiri, tidak berarti orangutan tak mengenal kesetiaan. Justru karena sifatnya soliter, orangutan amat jujur. Dalam tindakan terkecilnya sekalipun, manusia selalu dibayangi motivasi sosial. Manusia butuh justifikasi dari lingkungannya, orangutan tidak. Manusia perlu konfirmasi berulang dalam hubungan antarsesama, entah itu pasangan, sahabat, atau keluarga. Kita gemar menguji cinta. Orangutan tidak. Ikatan orangutan terjadi sekali dan bertahan selamanya.

Orangutan cuma bisa bertahan kalau hutan bertahan. Kalau manusia tidak bisa mempertahankan hutan, tidak cuma orangutan yang hilang, manusia juga. Menebang satu pohon di hutan tropis berarti membunuh puluhan, mungkin ratusan spesies sekaligus. Di Amazon, ada satu pohon yang dihuni 163 spesies kumbang. Setiap pohon bisa menghasilkan spesies serangga yang berbeda-beda. Hutan tropis adalah ekosistem paling kompleks di dunia.

Dikutip dari Partikel karya Dee Lestari

No comments: