Sunday, February 28, 2010

Mampukah Ekonomi Syariah Menghadapi Perlakuan Sistem Perdagangan Bebas China-ASEAN 2010?

Judul di atas adalah pertanyaan besar dari pengajian yang saya ikuti hari ini. Ada empat narasumber dalam pengajian kali ini. Narasumber pertama adalah Prof. Maman Abdurrahman, Ketua Umum Persis. Narasumber kedua adalah Eri Sudewo, Direktur Dompet Dhuafa. Pak Nanang dan seorang perwakilan dari Kementerian Koperasi dan UKM menjadi narasumber berikutnya.

Oh ya, tulisan ini saya persembahkan untuk dua sahabat saya, Emma dan Dinar yang kini sedang merintis usahanya, juga untuk para entrepeneur muda Indonesia, semangat kawan! :)

Sebenarnya, Islam sudah mengajarkan kearifan lokal dari 14 abad lampau. Rasulullah saw dulu melarang pedagang kota menjemput barang ke desa karena hal ini dapat mengakibatkan adanya tengkulak. Umar bin Khattab ra juga pernah mengusir pedagang karena mengobral barang dengan harga sangat murah di Madinah sementara harga barang saat itu sedang tinggi.

Karenanya, dalam Islam ada kaedah-kaedah yang harus diperhatikan, yakni:
1. Setiap hal harus jelas status kehalalan dan keharamannya
2. Al-Qur'an dan Sunnah melarang kepada hal yang menjurus pada hal yang haram.
3. Bila ditengarai ada bahaya lokal (misalnya bahaya yang mengancam kelangsungan pengusaha lokal), negara wajib melarangnya. Di Amerika Serikat misalnya, ban mobil produksi China dikenakan pajak hingga 300% sehingga penduduk Amerika lebih memilih produk buatan mereka dibanding produk luar.
4. Umat Islam harus tolong-menolong dalam kebajikan dan taqwa.
5. Umat Islam harus membesarkan bangsanya sendiri.

Kemiskinan itu adalah suatu produk, imbas dari kebijakan. Karenanya, kebijakan yang bagus juga dapat menjadi sedekah bagi pemimpin.

Ada tiga indikator yang menentukan keberhasilan seseorang dalam berusaha:
1. Kapasitas
2. Kapabilitas
3. Karakter

"Jika anda berencana untuk hidup satu tahun, tanamlah biji-bijian. Jika anda berencana hidup sepuluh tahun, tanamlah pepohonan. Jika anda berencana untuk hidup seribu tahun, tanamlah manusia."
-Pepatah China-

No comments: