Friday, March 26, 2010

Hijab

Hijab adalah gaya hidup, sebuah gaya hidup yang utuh. Sayangnya, kebanyakan kita menginterpretasikan makna hijab secara salah. Kita mengira ia hanyalah sepotong pakaian yang menutupi rambut dan tubuh kita. Tidak! Hijab bukan ‘sekedar’ begitu. Pada dasarnya, hijab sebuah pakaian, perisai imajiner, materiel dan spiritual yang melindungi kita dari mata yang buruk, dosa-dosa, dan kejahatan.

Hijab bukan sekedar symbol atau tradisi agama. Ia tidak sekedar bermakna menutupi rambut dan tubuh kita. Ia bukan sekedar pakaian penutup, melainkan yang lebih penting, ia adalah perilaku, tata karma, pembicaraan, dan penampilan di depan umum. Pakaian hanya satu segi dari wujud total. Hijab juga menyangkut cara hidup kita, gaya kita bertindak, ekspresi yang kita tunjukkan, cara kita bicara, berjalan, dan bekerja.

Hijab adalah kesederhanaan. Allah memerintahkan mengenakan hijab sebagai suatu manifestasi untuk kesucian dan kesederhanaa. Allah berfirman, “Hai Nabi,katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaknya mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).

Dalam ayat tersebut, ada dalil bahwa pengakuan kecantikan perempuan yang kelihatan adalah berbahaya baginya. Ketika penyebab daya tarik menghilang, pembatasan dibuang. Saya mengenakan hijab dan itu tidak mudah untuk saya pada awalnya.

Hijab masih menjadi hal yang sama sekali tidak menjadi pilihan bagi sebagian orang, olehnya mereka sangat menentang dan mengejek, bahkan mengolok-olok saya karena mengenakannya. Saya menjadi sasaran pandangan aneh, belalakan, dan lirikan-lirikan. Anda lihat, saya mengenakan hijab, kerudung yang menutupi seluruh badan saya. Saya lakukan ini karena saya adalah seorang perempuan Muslim yang percaya tubuhnya adalah kepentingan pribadinya sendiri. Mengenakan hijab telah memberi saya kebebasan dari atensi konstan terhadap fisik saya. Karena penampilan luar saya tidak menjadi perhatian publik, kecantikan, atau mungkin keburukan saya, terhapuskan dari bidang yang dapat didiskusikan secara sah.

Akar kata hijab adalah hijaba, sebuah kata Arab, dan itu artinya: menyelubungi, menutupi, melindungi, menaungi, menyembunyikan, menjadikan tidak kelihatan, tidak tampak, menyamarkan, menopengi, menghindarkan dari pandangan, menutupi rapat, menjadi tersembunyi, menjadi samar, menjadi tidak tampak, menghilang dari pandangan.

Hijab juga bermakna perasaan malu. Seperti yang dikatakan putri tercinta Nabi kita, “Perhiasan terbaik seorang perempuan adalah hijabnya.” Perempuan bukan barang untuk dijual. Ia harus merdeka sepenuhnya dalam menetapkan masa depan dan nasibnya. Seorang perempuan membutuhkan perlindungan, keamanan, dan kenyamanan, dan hijab memberikan semua itu.
Hijab adalah kesucian. Allah telah menunjukkan kepada kita kebijaksanaan di balik penetapan hijab dalam Al-Qur’an sebagai berikut, “…Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang hijab.” (QS. Al-Ahzab: 53).

Hijab menjadikan hati kita bersih. Hijab menjadikan hati laki-laki dan perempuan mukmin lebih bersih sebab ia melindungi dari hasrat hati.tanpa hijab, hati mungkin berhasrat atau mungkin tidak.hati menjadi semakin bersih kala hijab menghalangi pandangan, sehingga pencegahan perbuatan jahat menjadi sangat jelas. Hijab menghapus semua pikiran buruk dan kerakusan hati yang sakit.

Hijab adalah ketakwaan. Bentuk-bentuk pakaian yang tersebar di dunia dewasa ini mayoritas untuk memamerkan diri dan jarang diperuntukkan sevagai penutup dan pelindung tubuh perempuan, bagi perempuan beriman, tujuan berpakaian adalah untuk melindungi badannya dan menutupi bagian-bagian pribadi mereka sebagai suatu manifestasi perintah Allah. Ini adalah perilaku takwa.

Hijab juga merupakan ghirah (cemburu). Ghirah adalah suatu emosi pendorong yang mendorong laki-laki yang lurus untuk melindungi perempuan yang bersaudara dengannya dari orang-orang asing. Muslim laki-laki yang lurus memiliki ghirah untuk semua perempuan Muslim. Sebagai respon terhadap hawa nafsu, laki-laki memandang dengan hasrat kepada perempuan lain sementara mereka tidak berkeberatan laki-laki lain melakukan hal yang sama kepada istri dan putrid-putri mereka.

Percampuran kedua jenis kelamin dan tiadanya hijab menghancurkan ghirah pada laki-laki. Islam menganggap ghirah sebagai satu bagian integral dalam iman. Kehormatan istri atau anak perempuan atau setiap perempuan Muslim harus dijunjung tinggi dan dipertahankan.

Hal-hal yang indah di dunia, hal-hal yang alami seharusnya tidak tampak.

Dikutip dari Hijaab Wali karya Ikram Abidi.

No comments: