Tuesday, June 10, 2008

Mencari Sebuah Masjid

Mencari Sebuah Masjid

Karya: Taufik Ismail

Aku diberi tahu tentang sebuah masjid
Yang tiang-tiangnya dari pepohonan di hutan
Fondasinya batu karang dan pualam pilihan
Atapnya menjulang tempat tersangkutnya awan
Dan kubahnya tembus pandang berkilauan
Digasak topan kutub utara dan selatan
Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparan
Diluasi ukiran kaligrafi Qur’an
Dengan warna platina dan keemasan
Berbentuk daun dan sangat teratur
Serta sarang lebah demikian geometriknya
Ranting dan tunas jalin-menjalin
Bergaris-garis gambar putaran angin
Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang masjid yang menara-menaranya
Menyentuh lapisan Ozon
Dan menyeru adzan tak habis-habisnya
Membuat lingkaran mengikat pinggang dunia
Kemudian nadanya yang lepas-lepas
Disulap malaikat jadi renda-renda benang emas
Yang memperindah ratusan juta sajadah
Di setiap rumah tempatnya singgah
Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang letaknya di mana
Bila waktu adzan lohor engkau masuk di dalamnya
Engkau berjalan sampai waktu ashar,
tak bisa kan capai shaf pertama
Sehingga bila engkau tak mau kehilangan waktu
Bershalatlah di mana saja
Di lantai masjid ini, yang besar luar biasa

Aku diberitahu tentang ruangan di sisi mihrabnya
Yaitu sebuah perpustakaan tak terkata besarnya
Dan orang-orang dengan tenang membaca di dalamya
Di bawah gantungan lampu-lampu kristal
Terbuat dari berlian yang menyimpan cahaya matahari
Kau lihat bermilyar huruf dan kata
Masuk beraturan ke susunan pustaka
Yang bukunya berjuta-juta
Terletak di sebelah-menyebelah masjid kita
Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang beranda dan ruang di dalamnya
Tempat orang-orang yang bersila bersama
Dan bermusyawarah tentang dunia dengan hati terbuka
Dan pendapat bisa berlainan namun tanpa pertikaian
Dan kalaupun ada pertikaian bisalah diuraikan
Dalam simpul persaudraan yang sejati
Dalam hangat sajadah yang itu juga
Terbentang di sebuah masjid yang sama
Tumpas aku dalam rindu
Mengembara mencarinya

Di manakah dia gerangan letaknya

Pada suatu hari aku mengikuti matahari
Ketika di puncak tergelincir sempat
Lewat seperempat kuadran turun ke barat
Dan terdengar merdunya adzan di pegunungan
Dan aku pun melayangkan pandangan
Mencari masjid itu ke kiri dan ke kanan

Ketika seorang tak ku kenal membawa sebuah gulungan,
Dia berkata

Inilah dia masjid dalam pencaharian tuan
Dia menunjuk tanah ladang itu
Dan di atas lahan pertanian itu dia bentangkan secarik tikar pandan
Kemudian diturunkannya aku ke sebuah pancuran
Airnya bening dan dingin mengalir beraturan
Tanpa kata dia berwudhu duluan
Aku pun di bawah air itu menampungkan tangan

Ketika kuusap mukaku kali ketiga secara perlahan
Hangat air yang terasa, bukan dingin
Kiranya demikianlah air pancuran
Bercampur dengan air mataku
Yang bercucuran.


Jeddah, 30 Januari 1988
[disadur dari Majalah Ash-Sholihah, Yogyakarta, Desember 1993]

No comments: