Wednesday, September 8, 2010

Tausiyah Ramadhan (Hari XXIX)

"Ceritakan padaku Tuan, mengapa kau sampai digelari pedang Allah yang terhunus?" tanya Roderick, panglima Romawi dalam pertempuran Yarmuk. "Apakah Tuhan telah menurunkan sebilah pedang padamu dari langit, hingga kau ayunkan dia ke arah musuh maka kau pasti menghancurkan mereka?"

Tentu saja jawabnya tidak. Pedang Allah yang terhunus justru turun melalui sulbi seorang laki-laki yang cerdas namun angkuh bernama Walid bin Al Mughirah. Dia adalah tokoh Quraisy yang paling dihormati, yang berkata tentang Al-Qur'an,"Ini adalah sihir yang dipelajari." Maka, Allah pun menghinakannya. Tetapi Allah memuliakan Al-Qur'an yang dikagumi sekaligus didustakannya dengan putranya: Khalid bin Walid.

Cerita lebih jauh tentang Khalid bin Walid bisa kalian baca di Jalan Cinta Para Pejuang karya Salim A. Fillah bagian Keberanian yang Terhunus.

Intinya, Khalid mengoreksi prinsip yang dianutnya, bahwa perang bukanlah untuk perang itu sendiri.

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
-QS. Al Baqarah: 216-

Tahun demi tahun berlalu, Khalid belajar lebih banyak. Dan gairah perangnya menjadikan semua peniti jalan cinta para pejuang, iri kepadanya. "Satu malam yang dingin berjaga dalam perang," katanya, "Lebih aku cintai daripada bermalam pertama dengan gadis perawan." Seseorang menjadi pahlawan bukan karena banyaknya darah yang ia tumpahkan atau peperangan yang ia lakukan, namun karena ia mencintai perdamaian.

Keberanian sejati mengenal rasa takut.
Dia tahu bagaimana takut kepada apa yang harus ditakuti.
Orang-orang yang tulus menghargai hidup dengan penuh kecintaan.
Mereka mendekapnya sebagai permata yang berharga.
Dan mereka memilih waktu serta tempat yang tepat untuk menyerahkannya.
Mati dengan penuh kemuliaan.
-Eiji Yoshikawa, Mushashi-

No comments: