Monday, July 7, 2014

Tausiyah Ramadhan 1435 H - Hari 9

Semua pasti tahu, pada masa Rasulullah saw, setiap waktu sholat tiba, akan ada seorang pria yang mengumandangkan adzan. Dia adalah Bilal bin Rabbah. Bilal ra ditunjuk karena memiliki suara yang indah. Pria berkulit hitam asal Afrika itu mempunyai suara emas yang khas. Posisinya semasa Nabi saw tak tergantikan oleh siapapun, kecuali saat perang atau saat keluar kota bersama Nabi saw. Ia tak pernah berpisah dengan Nabi saw kemanapun Nabi saw pergi. Hingga tiba saatnya bagi Nabi pergi selama-lamanya pada awal 11 Hijriah, Bilal ra menyatakan diri tidak akan mengumandangkan adzan lagi. Ketika Khalifah Abu Bakar ra memintanya untuk menjadi muadzin kembali, dengan hati pilu nan sendu Bilal berkata, “Biarkan aku jadi muadzin Nabi saja. Nabi telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi.”

Abu Bakar terus mendesaknya. Bilal pun bertanya, “Dahulu, ketika engkau membebaskanku dari siksaan Umayyah bin Khalaf, apakah engkau membebaskanku karena dirimu atau karena Allah?” Abu Bakar ra hanya terdiam. 


“Jika engkau membebaskanku karena dirimu, aku bersedia jadi muadzinmu. Tetapi jika engkau dulu membebaskanku karena Allah, maka biarkan aku dengan keputusanku.” Abu Bakar ra pun tak bisa lagi mendesak Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan.

Kesedihan sebab ditinggal wafat Nabi saw terus mengendap di hati Bilal ra. Kesedihan itulah yang mendorongnya meninggalkan Madinah. Ia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam dan kemudian tinggal di Homs, Syria. Lama Bilal ra tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam, Nabi saw hadir dalam mimpi Bilal dan menegurnya, “Ya Bilal, wa maa hadzal jafa’? Hai Bilal, kenapa engkau tak mengunjungiku? Kenapa sampai begini?” Bilal pun bangun terperanjat. Ia pun segera mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah pada Nabi saw. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Nabi saw.


Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada sang kekasih, Rasulullah saw. Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa mendekatinya. Keduanya adalah cucu Nabi saw, Hasan dan Husein. Sembari mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Nabi saw itu. Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal ra, “Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami? Kami ingin mengenang kakek kami.” Ketika itu, Umar bin Khattab ra yang telah jadi khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu. Beliau juga memohon agar Bilal mau mengumandangkan adzan, meski sekali saja.

Bilal ra pun memenuhi permintaan itu. Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu dia biasa adzan pada masa Nabi saw masih hidup. Mulailah dia mengumandangkan adzan. Saat lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap. Segala aktifitas terhenti. Semua terkejut. Suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok nan agung, suara yang begitu dirindukan telah kembali. Ketika Bilal meneriakkan kata “Asyhadu an laa ilaaha illallah”, seluruh isi kota Madinah berlarian ke arah suara itu sembari berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan pun keluar.


Saat Bilal ra mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, Madinah pecah oleh tangis dan ratapan yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Nabi saw. Umar bin Khattab ra adalah orang yang paling keras tangisnya. Bilal tak sanggup meneruskan adzannya. Lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Hari itu, Madinah mengenang masa saat Nabi saw masih ada di antara mereka. Tak ada pribadi agung yang begitu dicintai seperti Nabi saw. Tak ada sosok yang begitu dirindukan seperti Rasulullah saw. Dan adzan itu, adzan yang tak bisa dirampungkan, adalah adzan pertama sekaligus terakhir dari Bilal ra. Semenjak Nabi saw wafat, Bilal tak pernah bersedia lagi mengumandangkan adzan. Kesedihan yang teramat sangat segera mencabik-cabik hatinya mengenang seseorang yang karena dirinya derajatnya terangkat begitu tinggi. 

Ya Allah, semoga kita dapat merasakan nikmatnya rindu dan cinta seperti yang Allah karuniakan kepada sahabat Bilal bin Rabbah ra, aamiin.

Dikutip dari sini

ps. Allahumma sholli 'ala Muhammad, wa 'ala ali Muhammad. Aku ingin sekali bermimpi bertemu Rasulullah saw, meski hanya sekali, hanya sekali.

No comments: