Friday, August 20, 2010

Tausiyah Ramadhan (Hari X)

Berhala Kekhusyuan
Dikutip dari Jalan Cinta Para Pejuang karya Salim A. Fillah

Seorang musafir berhenti di sebuah masjid. Ia lelah, gerah, penat, pegal, dan pening. Terlebih, sepanjang jalan ia merasa sepi di tengah ramai, dan asing di tengah khalayak. Di masjid itu ia menemukan ketenangan. Wudhunya serasa membasuh seluruh jiwa raga. Ketika air itu menyapu, ia seperti bisa melihat noktah-noktah hitam dosanya luntur berleleran, mengalir hanyut bersama air.

Dalam shalatnya ia benar-benar merasa berdiri di hadapan Sang Pencipta. Tiap bacaannya seolah dijawab oleh-Nya. Ia merasakan getar keagungan. Ini pertama kalinya ia bisa terisak-isak dalam sujudnya. Hatinya diselimuti perasaan tenteram, sejuk, penuh makna. Dia merasakan sebuah ekstase.

Saat lain ia lewat di masjid itu. Ia memang sengaja ingin shalat di sana. Ia rindu kekhusyukannya. Masjid ini memancarkan keagungan. Pilar-pilarnya tegak kokoh, berlapis marmer kelabu. Kolom-kolom setengah lingkarannya manis dengan ukiran geometris. Lampu-lampunya remang dibingkai logam mengilat bersegi delapan. Lantainya lembut menyambut tiap sujud, dingin menyejukkan khas granit hitam.

Ia memilih shalat di sebalik tiang berbalut kuningan yang berukir ayat suci. Ia mencoba menghayati shalatnya. Tapi aneh. Kali ini, ia tak menemukan getar itu. Ia kehilangan kekhusyukannya. Benar. Ia kehilangan semua perasaan itu. Tak ada ekstase. Tak ada kelezatan ruhani. Tak setitikpun air matanya sudi meleleh. Dalam sesal ia menguluk salam. Ke kanan, lalu ke kiri. Dan matanya menumbuk terjemah sebuah kaligrafi di dinding selatan.

Terbaca olehnya, ”Barangsiapa mencari Allah, ia mendapatkan kekhusyukan. Barangsiapa mengejar kekhusyukan, ia kehilangan Allah.”

Alangkah malang para penyembah kekhusyukan. Khusyuk menjadi tujuan, bukan sarana menuju Allah Subhanahu wa Ta’alaa. Maka perhatian utama dalam shalatnya terletak pada bagaimana caranya agar khusyuk, atau setidaknya terlihat khusyuk. Ayuhai, andai kau tahu bagaimana Sang Nabi dan sahabat-sahabatnya shalat. Mereka mendapatkan kekhusyukan bukan karena mencarinya. Mereka khusyuk karena shalat benar-benar perhentian dari aktivitas maha menguras di sepanjang jalan cinta para pejuang. Mereka khusyuk karena payahnya diri dan kelelahan yang membelit melahirkan rasa kerdil dan penghambaan sejati.

No comments: