Tuesday, August 24, 2010

Tausiyah Ramadhan (Hari XIV)

Teman, masihkah kamu ingat ketika beberapa tahun lalu ketika Presiden Gloria Arroyo dari Filipina mempertaruhkan jabatan ketika seorang warganya yang menjadi supir truk di Irak ditawan oleh sebuah kelompok bersenjata? Arroyo mengambil resiko dengan membantah larangan Presiden George Bush yang tak menginginkan ada negosiasi dengan para penculik yang disebutnya teroris. Hanya satu nyawa, teman! Dan seorang supir truk pula.

Maaf bukan maksudku mengatakan bahwa hidup seorang supir truk tak boleh dibela mati-matian. Aku hanya membandingkan dengan kabar kematian para pekerja kita di luar negeri yang terus mengalir hampir setiap hari. Baik karena bunuh diri, disiksa, diperkosa, dihinakan harkat martabatnya senista-nistanya. Nyawa-nyawa itu pergi tanpa penghormatan yang layak sebagai manusia.

Siapa di antara para pejabat kita yang berani mempertaruhkan jabatan dan kursi untuk membela hak hidup mereka? Kita beri mereka gelar-gelar palsu seperti pahlawan devisa, pahlawan kampung halaman, untuk menyembunyikan karakter kita sebagai bangsa lintah berkepala manusia sedalam-dalamnya.

Rasanya aku sudah lelah tentang sikap para pejabat kita dalam menanggapi kematian demi kematian para pekerja kita di luar negeri. Aku tak bisa membayangkan bagaimana sepinya hidup yang terenggut berkali-kali seperti mereka. Hidup jauh dari keluarga, berjuang setengah mati di negeri orang, dan mendapat siksaan bertubi-tubi. Seberat-beratnya hidupku jauh lebih berat hidup mereka.

Negeri kita compang-camping Teman! Orang-orang sepertiku banyak berharap pada orang-orang sepertimu. Aku tahu bukan hal mudah bagimu untuk mengubah keadaan. Tapi setiap kali kau putus asa dan ingin menyerah terhadap keadaan, bayangkanlah seekor hiu di cangkir kopimu. Tak pernah ada yang abadi di dunia ini, tak juga kekuasaan yang pernah begitu ditakuti. Semoga kita semua selalu sehat dalam lindungan Allah swt.

Jakarta, 14 Ramadhan 1431 H
Dikutip (dengan sedikit perubahan) dari cerpen Seekor Hiu di Cangkir Kopi karya Akmal Nasery Basral.

2 comments:

Dinar Rahmi said...

bagus qiqi...
kini dan nanti, ketika kita jadi seorang yang berpengaruh . jbatan, dll.. semoga tetap berani membela hak yang tercerabut oleh kedzaliman.
bukan diam, seolah tak terjadi apapun.

semangat membangun negeri!!

Iftirar said...

aaamiiin..

doakan saya jadi orang yang amanah ya dee..

btw, kumaha SBM? hayok semangat!

nanti kalo udah masuk kabar2i ya dee :)